Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maulidiya Zeqova El Insani

Story Behind Hari Santri

Sejarah | 2025-10-29 08:18:42

Setiap tanggal 22 Oktober, kita memperingati Hari Santri Nasional. Momen ini bukan sekadar upacara, melainkan refleksi atas kontribusi besar kaum bersarung (santri dan ulama) dalam sejarah Indonesia. Jauh sebelum kemerdekaan, pesantren sudah menjadi benteng pertahanan, melahirkan para ulama dan pejuang yang berjuang dengan senjata sekaligus ilmu. Intinya, Hari Santri adalah pengingat bahwa kekuatan spiritual adalah modal fundamental bagi tegaknya sebuah bangsa.

Stereotip lama yang menganggap santri hanya berkutat di kitab kuning kini sudah usang. Hari ini, santri menjelma menjadi agent of change di berbagai bidang. Di ranah aktivis, mereka ada di garis depan isu-isu sosial, lingkungan, dan politik, mewarisi semangat Resolusi Jihad yang dikumandangkan KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Di ranah intelektual, mereka membawa kekayaan tradisi Islam moderat ke kampus-kampus dan forum ilmiah, menjembatani kearifan lokal dengan modernitas global. Mereka adalah ulama yang sekaligus intelek.

Pembahasan menjadi menarik ketika menyinggung konsep "negara dalam negara" seperti Yogyakarta di Indonesia dan Vatikan di Italia. Vatikan merupakan negara berdaulat di tengah Roma, Italia, mewakili kekuatan spiritual global yang independen. Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia sekaligus kepala negara Vatikan. Ia berperan sebagai pemimpin spiritual dan bertanggung jawab atas pemerintahan, ajaran, serta diplomasi Gereja Katolik.

Sementara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meskipun bagian dari NKRI, memiliki keistimewaan yang diakui secara historis dan hukum. Keistimewaan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Keistimewaan ini didasari oleh sejarahnya sebagai peleburan Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Juga mencerminkan ketaatan sejarah Kerajaan Mataram yang melekat pada Republik. Keduanya menunjukkan adanya entitas dengan otoritas unik yang hidup berdampingan di dalam entitas yang lebih besar.

Pada akhirnya, Hari Santri adalah pengakuan negara atas kontinuitas peran mereka: dari pejuang kemerdekaan, pengawal moral bangsa, hingga arsitek peradaban di masa depan. Spirit yang diemban santri adalah sinergi antara kesalehan individu (shalih li nafsihi) dan kesalehan sosial (shalih li ghairihi). Melalui kiprah aktivis dan karya intelektualnya, santri membuktikan bahwa mereka adalah komponen penting yang terus menjaga tradisi sambil merangkul kemajuan, demi Indonesia yang berdaulat, adil, dan berakhlak mulia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image