Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asjur Mubarak

Efektivitas Pembelajaran Jurnalistik Secara Daring

Pendidikan dan Literasi | 2025-10-28 21:02:26

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan, termasuk dalam metode pembelajaran jurnalistik. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan fleksibilitas dan akses pendidikan yang merata, pembelajaran jurnalistik secara daring menjadi alternatif yang semakin populer di berbagai perguruan tinggi. Pelatihan jurnalistik daring yang saya ikuti bertajuk “Pelatihan Jurnalistik Digital untuk Mahasiswa Hukum” yang diselenggarakan oleh Lembaga AR Learning Center pada tanggal 26 Oktober 2025, menjadi pengalaman reflektif yang memperlihatkan potensi dan tantangan dari metode ini.

Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari melalui platform Zoom meeting dengan menghadirkan narasumber dari kalangan jurnalis profesional, akademisi, dan praktisi media digital. Materi yang disampaikan meliputi teknik penulisan berita, etika jurnalistik, verifikasi informasi, serta pemanfaatan media sosial sebagai kanal distribusi berita. Meskipun dilakukan secara daring, pelatihan ini berhasil menciptakan ruang belajar yang interaktif dan informatif.

Kelebihan Pembelajaran Jurnalistik Daring

Salah satu keunggulan utama dari pelatihan ini adalah fleksibilitas waktu dan tempat. Mahasiswa dapat mengikuti sesi dari mana saja tanpa harus hadir secara fisik, sehingga mengurangi hambatan geografis dan biaya transportasi. Hal ini sangat relevan bagi mahasiswa yang memiliki jadwal padat atau tinggal di luar kota.

Tantangan dan Keterbatasan

Namun demikian, pembelajaran jurnalistik secara daring tidak lepas dari tantangan. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan praktik lapangan. Jurnalistik sejatinya menuntut kemampuan observasi langsung, wawancara tatap muka, dan peliputan di lokasi kejadian. Dalam pelatihan daring, aspek-aspek ini hanya bisa disimulasikan, sehingga kurang memberikan pengalaman nyata yang dibutuhkan oleh calon jurnalis.

Keterbatasan interaksi juga menjadi hambatan. Meskipun tersedia fitur diskusi, suasana kelas daring tidak seintensif kelas luring. Beberapa peserta cenderung pasif, dan diskusi sering kali terhambat oleh kendala teknis seperti koneksi internet yang tidak stabil. Hal ini berdampak pada dinamika pembelajaran dan kualitas pertukaran gagasan.

Selain itu, pembahasan mengenai etika jurnalistik terasa kurang mendalam. Topik seperti bias media, konflik kepentingan, dan tanggung jawab sosial jurnalis membutuhkan diskusi yang lebih reflektif dan kontekstual, yang idealnya dilakukan secara langsung agar peserta dapat saling bertukar pandangan secara terbuka.

Penutup dan Rekomendasi

Secara keseluruhan, pelatihan jurnalistik daring memberikan pengalaman belajar yang adaptif dan relevan dengan perkembangan media digital. Meskipun terdapat keterbatasan dalam praktik lapangan dan interaksi, pelatihan ini tetap mampu meningkatkan kompetensi dasar mahasiswa dalam menulis berita, memahami etika jurnalistik, dan memanfaatkan teknologi pendukung.

Ke depan, penyelenggara pelatihan sebaiknya mempertimbangkan model hybrid, yaitu menggabungkan sesi daring dengan praktik lapangan secara langsung. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman empiris yang esensial dalam dunia jurnalistik. Selain itu, perlu ada penguatan pada aspek etika dan tanggung jawab sosial agar calon jurnalis tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga bijak dalam menyampaikan informasi kepada publik.

Pembelajaran jurnalistik daring bukanlah solusi sempurna, tetapi merupakan langkah awal yang menjanjikan dalam membentuk generasi jurnalis yang adaptif, kritis, dan bertanggung jawab di era digital.

  • #ab
  • Disclaimer

    Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

    Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

    × Image