Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ghania Aqeela Aviciena Santoso

Belajar Arti Kepedulian dari Praktik Dokter Gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Info Sehat | 2025-10-28 20:42:27

Setiap hari, kita selalu tersenyum sebagai bentuk sapaan dan menunjukkan ekspresi kebahagiaan. Namun, tidak semua orang merasa percaya diri untuk tersenyum. Ada yang mengalami rasa nyeri gigi, gigi patah, atau bahkan kehilangan gigi yang membuat mereka kurang percaya diri untuk menunjukkan ekspresi tulus tersebut.

Pada 22 Oktober 2025, saya berkesempatan mengamati secara langsung bagaimana pelayanan dokter gigi dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Airlangga. Pengalaman tersebut membuka mata bahwa pelayanan kesehatan gigi bukan sekadar tindakan medis, tetapi juga bentuk kepedulian seorang dokter gigi terhadap kualitas hidup masyarakat.

Gambar Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Airlangga. Credit: Website RSGMUnair

Pelayanan dimulai dari pemeriksaan awal. Ketika pasien datang, dokter gigi tidak langsung melakukan tindakan, tetapi terlebih dulu menggali keluhan pasien. Saya melihat pasien mengeluhkan nyeri berdenyut pada bagian belakang rahangnya. Dokter gigi dengan sabar mendengarkan, memberi penjelasan mengenai kemungkinan penyebab, kemudian melakukan pemeriksaan klinis. Langkah ini penting karena setiap keputusan tindakan harus berdasarkan data dan analisis yang tepat, bukan sekadar mengobati nyeri, tetapi menangani sumber masalahnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter gigi tersebut menjelaskan hasil temuannya. Inilah bagian yang membuat saya menyadari pentingnya komunikasi. Dokter gigi tidak menggunakan istilah rumit, melainkan menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dipahami sehingga pasien akan lebih paham. Misalnya, beliau menggambarkan infeksi pada akar gigi seperti sarang jamur yang berada di dalam kayu, bisa saja kayunya tampak baik dari luar, tetapi rapuh di dalam. Penjelasan sederhana ini membuat pasien benar-benar memahami mengapa perawatan saluran akar perlu dilakukan.

Proses tindakan dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Walaupun tampak teknis, tetapi ritmenya terukur dan tidak terburu-buru. Ada prosedur sterilisasi alat, penggunaan anestesi, hingga evaluasi kondisi pasien setelah tindakan. Semua langkah tersebut dijalankan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan pasien. Saya juga melihat bagaimana dokter gigi selalu memberi kesempatan pasien untuk bertanya dan beristirahat sejenak ketika dirasa sakit. Ini bukan hanya soal menyembuhkan, tetapi juga membangun kepercayaan.

Dari pengamatan ini, saya memahami bahwa pelayanan dokter gigi tidak hanya soal memperbaiki gigi yang rusak. Lebih dari itu, dokter membantu pasien mendapatkan kembali kepercayaan diri. Senyum bukan hanya ekspresi, melainkan bahasa emosional yang menunjukkan kenyamanan seseorang terhadap dirinya sendiri.

Gambar orang tersenyum. Credit: DepositPhotos

Di tengah kesibukan dan tuntutan hidup, sering kali kesehatan gigi kita menjadi hal yang terabaikan. Menurut data World Health Organization (WHO) 2025, lebih dari 3,7 miliar orang di dunia menderita satu atau lebih penyakit mulut. Di Indonesia sendiri, dilansir dari hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023, masalah kesehatan gigi dan mulut pada penduduk usia lebih dari 3 tahun mencapai 56,9%. Padahal, mulut adalah pintu utama dari kesehatan tubuh. Ketika sakit, tidak hanya berdampak pada rongga mulut, tetapi juga dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan umum lainnya. Ditambah, pada kebanyakan orang, sakit gigi juga dapat memengaruhi kualitas tidur, konsentrasi, hingga mood seseorang sehari-hari. Mengabaikan kesehatan gigi sama dengan membiarkan diri kehilangan kenyamanan yang sebenarnya bisa dijaga dengan langkah sederhana: pemeriksaan rutin, kebersihan mulut, dan konsistensi perawatan.

Pengamatan di RSGM membuat saya yakin bahwa pelayanan kesehatan gigi adalah investasi jangka panjang terhadap kualitas hidup. Senyum yang sehat bukan hanya milik mereka yang beruntung, tetapi bisa menjadi milik siapa saja yang peduli dan mau memulainya hari ini. Jika ada satu hal yang bisa dipetik dari pengalaman ini, maka itu adalah: pergi ke dokter gigi bukanlah pilihan saat sakit saja, tetapi bagian dari kepedulian diri yang seharusnya dilakukan setiap orang.

Referensi Data

1. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/oral-health

2. https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/5534/1/04%20factsheet%20Gilut_bahasa.pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image