Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Ghani Khalid

Budaya Self-Development di Kalangan Mahasiswa: Tren atau Kebutuhan?

Pendidikan | 2025-10-27 18:15:51
idn.freepik.com

Self-development atau pengembangan diri adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan oleh seseorang untuk meningkatkan nilai diri dan kualitas hidup dengan meningkatkan potensi diri, keterampilan, keahlian, dan bakat. Tujuan dari proses ini adalah untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi, baik secara pribadi maupun sosial.


Dalam beberapa tahun terakhir, istilah self-development atau pengembangan diri telah menjadi sangat populer di kalangan mahasiswa. Berbagai kegiatan seperti seminar motivasi, workshop kepemimpinan, pelatihan public speaking, hingga kelas pengembangan karier ramai diikuti. Untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif, mahasiswa kini tidak hanya dituntut unggul secara akademik, tetapi juga harus memiliki berbagai keterampilan non-akademik.


Namun, muncul pertanyaan menarik dari fenomena ini: apakah budaya self-development ini benar-benar lahir dari kebutuhan akan peningkatan kualitas diri mahasiswa, atau sekadar menjadi tren sosial yang diikuti demi pengakuan?


Saat ini, budaya self-development menjadi bagian penting dari identitas akademik dan sosial mahasiswa, bukan lagi aktivitas tambahan. Dengan berkembangnya teknologi digital dan media sosial menciptakan ruang baru bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi dan memamerkan proses pengembangan dirinya. Pada platform seperti Instagram, YouTube, atau LinkedIn, tokoh-tokoh muda yang sukses sering berbagi cerita inspiratif, tip produktivitas, dan kehidupan sehari-hari mereka. Motivasi internal dan tekanan dari dunia digital yang penuh persaingan membuat dorongan untuk menjadi versi terbaik dari diri sendiri pun semakin kuat.


Tidak dapat dipungkiri bahwa self-development memainkan peran penting dalam membangun karakter mahasiswa dan mempersiapkan mereka untuk bekerja di dunia profesional. Kegiatan pengembangan diri membantu mahasiswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka, meningkatkan kepercayaan diri mereka, dan membangun jaringan sosial. Bagi mahasiswa yang ingin mengikuti tuntutan zaman, pengembangan diri menjadi kebutuhan nyata. Ini karena dunia kerja kontemporer mempertimbangkan nilai akademik serta kemampuan untuk beradaptasi, berpikir kritis, dan berkomunikasi dengan baik. Mereka yang aktif terlibat dalam proses ini cenderung memiliki arah hidup yang lebih jelas dan tujuan yang lebih terorganisir.


Sebaliknya, banyak mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan pengembangan diri hanya karena faktor sosial. Banyak yang pergi ke seminar atau pelatihan hanya untuk mendapatkan sertifikat atau meningkatkan unggahan mereka di media sosial. Fear of Missing Out (FOMO) membuat beberapa mahasiswa berpikir mereka harus selalu terlihat produktif dan sibuk agar tidak tertinggal dari teman-teman mereka. Oleh karena itu, konsep Self-development menjadi salah kaprah. Self-development berkembang dari proses refleksif untuk memperbaiki diri menjadi ruang mencari eksistensi sosial dan validasi.


Salah satu konsekuensi serius dari budaya ini adalah risiko kelelahan. Banyak mahasiswa merasa bersalah saat beristirahat karena tekanan terus-menerus untuk menjadi lebih baik, seolah-olah beristirahat adalah tanda kegagalan atau kemalasan. Mereka terjebak dalam siklus produktivitas yang tidak sehat di mana setiap detik harus dihabiskan untuk aktivitas yang "bernilai". Walaupun begitu, istirahat adalah bagian penting dalam proses pengembangan diri. Ketika self-development dilakukan tanpa keseimbangan fisik dan mental, ia akan menyebabkan stres, kehilangan identitas, dan kelelahan mental.


Budaya self-development mahasiswa sangat kompleks dan berubah-ubah ini merupakan kebutuhan nyata untuk beradaptasi dengan tuntutan zaman yang semakin kompetitif, tetapi juga dapat menjadi tren sosial yang buruk jika dilakukan tanpa kesadaran diri. Mahasiswa harus menyadari bahwa pengembangan diri adalah proses yang berkelanjutan dan reflektif untuk mengidentifikasi potensi diri, memperbaiki kelemahan, dan berkontribusi pada lingkungan sekitar. Self-development dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kehidupan akademik dan profesional mahasiswa dengan menyeimbangkan nilai sosial dan motivasi pribadi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image