Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aida Nashita

Al, Teman Baru atau Ancaman bagi Pekerjaan Kita?

Teknologi | 2025-10-27 18:04:45

Teknologi selalu hadir membawa dua wajah, kemudahan dan tantangan. Kini, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi inovasi yang paling banyak dibicarakan di seluruh dunia. Dari industri hingga pendidikan, AI hadir membantu manusia dalam berbagai bidang. Namun di tengah pesatnya perkembangan ini, muncul pertanyaan yang semakin sering kita dengar apakah AI akan menjadi teman baru manusia, atau justru ancaman bagi pekerjaan kita?

Perubahan yang Tak Terelakkan

Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan telah merubah cara kita menjalani pekerjaan. Di sektor perbankan, algoritma dapat memproses ribuan transaksi dalam waktu yang sangat singkat. Di pabrik, robot otomatis mengerjakan tugas berat yang sebelumnya memerlukan banyak tenaga manusia. Di dunia pendidikan, sistem yang didukung AI membantu para guru dalam menganalisis kemampuan siswa dan menyesuaikan materi ajar dengan kebutuhan masing-masing.

Kehadiran teknologi ini membuat banyak pekerjaan menjadi lebih efektif. Waktu dan biaya dapat dihemat, kesalahan yang dilakukan manusia bisa berkurang, dan hasil kerja menjadi lebih cepat serta lebih tepat. AI terlihat seperti asisten baru yang siap membantu manusia untuk mencapai produktivitas yang lebih baik.

Bayangan Kekhawatiran

Walau ada kemajuan, muncul rasa khawatir mengenai hilangnya pekerjaan. Menurut laporan dari World Economic Forum 2023, sekitar 83 juta pekerjaan di seluruh dunia diprediksi akan digantikan oleh otomatisasi, walaupun 69 juta jenis pekerjaan baru juga akan lahir. Jadi, pekerjaan tidak benar-benar menghilang, tetapi berganti bentuk.

Masalahnya, tidak semua orang siap beradaptasi dengan perubahan secepat teknologi. Banyak pekerja masih mengandalkan keterampilan lama yang mulai tergantikan oleh mesin. Ini disebut sebagai “disrupsi keterampilan” — saat kemampuan manusia sudah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan saat ini. Jika dibiarkan, kesenjangan antara mereka yang siap dan tidak siap menghadapi AI akan semakin besar.

Manusia Selalu Jadi yang Utama

Walaupun AI bisa melakukan banyak tugas, ada satu hal yang tidak bisa digantikan: sifat kemanusiaan. AI tidak memiliki rasa empati, nilai-nilai moral, dan juga insting. Di sinilah manusia tetap memiliki peranan yang sangat penting. Pekerjaan yang memerlukan kreativitas, komunikasi, dan keputusan berdasarkan etika masih memerlukan campur tangan manusia.

Karena itu, yang penting bukanlah menolak keberadaan AI, tetapi menyesuaikan diri dengan kehadirannya. Pendidikan menjadi dasar yang sangat penting. Sekolah dan universitas harus memperkuat kemampuan digital, berpikir kritis, dan kerja sama. Dunia kerja juga perlu menyediakan kesempatan untuk pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan agar para pekerja dapat beradaptasi dengan tuntutan yang baru.

Menatap Masa Depan

Kecerdasan buatan bukan hanya sebuah teknologi, ia mencerminkan diri kita sebagai manusia. Apakah kita akan menggunakannya untuk kebaikan, atau membiarkannya mengambil alih posisi kita? Jawaban untuk pertanyaan ini bergantung pada seberapa siap kita.

Jika kita menghadapinya dengan bijaksana, kecerdasan buatan dapat menjadi sahabat baru yang membantu meningkatkan kemampuan kita dan menciptakan pekerjaan baru yang lebih berarti. Namun, jika kita mengabaikannya, ia dapat berubah menjadi bahaya yang menggantikan kita di tempat kerja.

Pada akhirnya, masa depan pekerjaan bukan tentang siapa yang lebih unggul antara manusia dan mesin, tetapi tentang bagaimana keduanya dapat hidup berdampingan. Kecerdasan buatan hanyalah sebuah alat, kita sebagai manusia yang menentukan bagaimana cara memanfaatkannya.gambar

Source : https://eraspace.com/artikel/post/mengenal-5-teknologi-digital-yang-semakin-tren-di-abad-21

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image