Manajemen Training Islam: Dari Konsep, Keterkaitan Ilmu, hingga Implementasi Organisasi Pelatihan
Pendidikan | 2025-10-25 21:37:19Buku “Manajemen Training Islam” karya Dr. H. Aep Kusnawan merupakan karya ilmiah yang mengintegrasikan konsep manajemen pelatihan modern dengan nilai-nilai spiritual Islam, khususnya dalam ranah pelatihan dakwah dan pendidikan Islam. Karya setebal 298 halaman ini diterbitkan oleh CV Elmarkazi Karya Raya pada tahun 2022, dan menyajikan pembahasan yang tersusun secara sistematis dalam sembilan bab, mencakup seluruh tahapan manajemen pelatihan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi yang berlandaskan prinsip-prinsip Islam.
1. Pengantar
Bagian pembuka bab ini memberikan landasan konseptual tentang pentingnya manajemen training dalam konteks Islam. Penulis menjelaskan bahwa manajemen training bukan hanya kegiatan administratif atau teknis, melainkan bagian dari proses pembinaan sumber daya manusia (SDM) yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Ditekankan bahwa keberhasilan pelatihan (training) dalam Islam tidak semata diukur dari keterampilan teknis yang diperoleh, tetapi juga dari perubahan perilaku, peningkatan moral, dan penguatan spiritual. Konsep ini menempatkan training sebagai sarana ibadah dan dakwah, bukan sekadar kegiatan profesional. Secara konseptual, pengantar ini berhasil mengaitkan manajemen modern dengan prinsip-prinsip syariah. Penulis juga menegaskan bahwa Islam memiliki sistem manajemen yang bersumber dari wahyu, sunnah, dan ijtihad ulama, sehingga MTI (Manajemen Training Islam) memiliki dasar epistemologis yang kuat.
2. Pengertian Manajemen Training Islam
Bagian ini memaparkan definisi dan hakikat Manajemen Training Islam (MTI). Manajemen dijelaskan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap sumber daya manusia dan material untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Ketika dikaitkan dengan Islam, MTI menjadi sistem pengelolaan pelatihan yang bukan hanya berorientasi pada kinerja duniawi, tetapi juga pada pembentukan insan kamil — manusia yang seimbang antara aspek jasmani, akal, dan ruhani.
Manajemen dalam Islam juga menekankan nilai-nilai seperti keikhlasan, keadilan, tanggung jawab, dan musyawarah (syura). Hal ini menjadikan MTI berbeda dari sistem manajemen sekuler yang cenderung materialistik. Dengan demikian, bagian ini menegaskan bahwa training dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari misi dakwah dan pembinaan karakter.
3. Objek Kajian Manajemen Training Islam
Dalam bagian ini, penulis menguraikan bahwa objek kajian MTI mencakup seluruh kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas SDM. Fokusnya meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga tindak lanjut pelatihan. Objek kajian ini bersifat integratif: mencakup aspek teoritis (ilmu manajemen, pendidikan Islam, dan dakwah) serta aspek praktis (pelaksanaan training di lembaga sosial, pendidikan, pemerintahan, dan keagamaan). Penulis menegaskan bahwa MTI tidak berdiri sendiri, melainkan bersinergi dengan disiplin ilmu lain yang sejalan dengan tujuan Islam untuk membentuk insan yang berilmu dan berakhlak.
4. Perbandingan Istilah
Bagian ini sangat penting karena membedakan tiga istilah yang sering disamakan: training, education, dan development. Menurut J.C. Denver, pendidikan (education) berhubungan dengan teori pekerjaan, mencakup pemahaman tentang “mengapa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan. Sedangkan training lebih menekankan pada keterampilan praktis untuk melakukan pekerjaan secara efektif. Andrew E. Sikula menambahkan bahwa pendidikan bersifat filosofis dan teoritis, sementara training bersifat praktis dan aplikatif. Meskipun berbeda secara pendekatan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu learning atau pembelajaran. Dengan pemahaman ini, penulis menggarisbawahi bahwa pendidikan menghasilkan insight dan kemampuan berpikir kritis, sedangkan training menumbuhkan kemampuan menerapkan teori ke dalam tindakan nyata. Keduanya saling melengkapi dalam membentuk SDM yang unggul.
5. Perbandingan Istilah (Lanjutan)
Pada bagian lanjutan, penulis menampilkan pandangan Sadili Syamsuddin dan Dale Yoder.
- Sadili Syamsuddin menjelaskan bahwa training adalah bagian dari pendidikan yang lebih spesifik, praktis, dan segera, karena langsung berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
- Dale Yoder membedakan training (peningkatan keterampilan kerja jangka pendek) dengan development (pematangan kemampuan jangka panjang).
Perbandingan ini memperjelas bahwa training merupakan sub-sistem dari pendidikan dan pengembangan. Dalam konteks Islam, ketiganya diarahkan untuk membentuk kepribadian yang produktif, berakhlak, dan berorientasi pada amal saleh.
6. Hubungan Manajemen Training dengan Ilmu Lain
Bagian ini menjelaskan bahwa MTI memiliki keterkaitan erat dengan banyak bidang ilmu. Penulis membaginya ke dalam tiga kelompok besar:
- Ilmu yang mendasari: seperti manajemen, pendidikan, dan dakwah.
- Ilmu yang memiliki bobot praktik pengembangan SDM: seperti kepemimpinan, didaktik-metodik, psikologi belajar, dan hubungan masyarakat (public relations).
- Ilmu dalam konteks aktivitas kelembagaan: seperti pendidikan, pemerintahan, sosial, politik, ekonomi, penyiaran, dan lembaga swadaya masyarakat.
Penulis menegaskan bahwa MTI tidak hanya berperan dalam tataran teoritis, tetapi juga menjadi alat strategis dalam meningkatkan kualitas SDM Muslim agar siap menghadapi tantangan zaman dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
7. Problematika Kajian Manajemen Training Islam
Bagian ini membahas tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan training Islam. Penulis menguraikan tiga tahap besar manajemen training:
- Persiapan (pre-training),
- Pelaksanaan (implementation),
- Pasca-training (post-training).
Masing-masing tahap menghadapi enam problem utama:
- Perencanaan,
- Pengorganisasian,
- Pelaksanaan,
- Evaluasi,
- Pelaporan, dan
- Follow-up.
Penulis menekankan bahwa keberhasilan training bergantung pada kemampuan manajerial pengelola dalam mengelola unsur-unsur penting seperti trainer, peserta, materi, metode, media, waktu, dan biaya. Bagian ini memperlihatkan sisi aplikatif dari teori manajemen dalam konteks dakwah dan pendidikan Islam.
8. Isyarat Hadits Tentang Fungsi Manajemen
Bagian ini menghubungkan prinsip-prinsip manajemen modern dengan nilai-nilai Islam yang bersumber dari hadits Nabi Muhammad SAW. Penulis membagi tujuh fungsi manajemen dengan landasan hadits:
- Niat (Planning): Niat menjadi dasar setiap amal dan menggambarkan pentingnya perencanaan yang benar.
- Pengorganisasian (Organizing): Islam menekankan pentingnya kebersamaan dan struktur dalam mencapai tujuan.
- Pembagian Kerja (Staffing): Setiap tugas harus diberikan kepada orang yang ahli, sesuai sabda Nabi tentang amanah.
- Pengkomunikasian (Communicating): Komunikasi dalam Islam harus dilandasi amar ma’ruf nahi munkar.
- Pengambilan Keputusan (Decision Making): Keputusan harus cepat, tepat, dan berdasarkan pertimbangan matang.
- Pengawasan (Controlling): Pengendalian diri merupakan inti dari pengawasan dalam Islam.
- Evaluasi (Evaluating): Setiap pemimpin bertanggung jawab atas amanahnya, sehingga evaluasi menjadi bentuk akuntabilitas.
Bagian ini menunjukkan bahwa Islam memiliki sistem manajemen yang komprehensif dan telah dipraktikkan Rasulullah SAW sejak masa awal peradaban Islam.
9. Pengorganisasian Training Islam
Bagian ini menjadi salah satu bagian paling teknis dan aplikatif. Penulis menjelaskan konsep organizing dalam pelatihan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.
- Pengorganisasian (Organizing): QS. Al-Anfal: 60 menegaskan pentingnya persiapan dan kekuatan kolektif. Hadits tentang pentingnya berjamaah memperkuat pentingnya koordinasi dan pembagian tanggung jawab.
- Pengertian Pengorganisasian: Dijelaskan bahwa organisasi training mencakup pengaturan struktur, tugas, dan hubungan antarindividu agar pelatihan berjalan efektif.
- Mengorganisasi Kebutuhan Training: Penulis memaparkan secara rinci daftar kebutuhan teknis dan administratif seperti TOR, formulir, manual latihan, perlengkapan, biaya, survei kebutuhan, dan laporan pelaksanaan.
- Membentuk Kepanitiaan Training: Ditekankan pentingnya membentuk kepanitiaan berdasarkan visi keislaman, keilmuan, dan keterampilan. Panitia dapat bersifat tetap atau ad hoc.
- Memilih Orang yang Tepat: Mengacu pada hadits Nabi, bahwa suatu urusan harus diserahkan kepada ahlinya.
- Pembagian Kerja Training: Dijelaskan peran-peran kunci seperti pengarah, manajer, sekretaris, bendahara, bidang internal, dan eksternal, beserta tugasnya masing-masing.
- Kepemimpinan Sebagai Kunci Pengorganisasian: Menekankan pentingnya pemimpin yang tegas, komunikatif, konsisten, dan mampu memberi motivasi.
Bagian ini memperlihatkan implementasi konkret dari prinsip manajemen dalam kerangka nilai-nilai Islam yang humanis, spiritual, dan professional. Manajemen Training Islam merupakan karya yang sangat relevan bagi pengembangan SDM Muslim modern. Ia bukan hanya memberikan teori, tetapi juga pedoman aplikatif dalam penyelenggaraan pelatihan berbasis Islam. Materi ini mengajarkan bahwa training dalam Islam bukan sekadar peningkatan keterampilan, tetapi juga pembentukan akhlak, penguatan iman, dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, MTI menjadi instrumen strategis untuk mewujudkan manusia unggul yang berilmu, beriman, dan beramal saleh.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
