Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tedi Sumaelan

Santri Go Digital

Teknologi | 2025-10-24 23:48:33

Dunia tengah bergerak cepat menuju era digital, di mana teknologi bukan lagi sekadar alat bantu, tetapi telah menjadi penentu arah pembangunan dan daya saing bangsa. Dalam arus besar perubahan ini, pesantren yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan moral dan spiritual kini menghadapi tantangan baru: bagaimana beradaptasi dengan dunia digital tanpa kehilangan jati diri keislamannya.

Isu ini menjadi pokok pembahasan dalam paparan Dr. Nusirwan, S.Ag., M.Si., dari Pusat Pengembangan Ekosistem SDM Komdigi, Badan Pengembangan SDM Kominfo dan Digital (Komdigi). Dalam materinya berjudul Transformasi Digital dan Penguatan IT di Pesantren untuk Meningkatkan Kemandirian Ekonomi, beliau menekankan pentingnya peran santri dan pesantren dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin sarat dengan teknologi.

Kesenjangan Digital Indonesia di Tengah Persaingan Global

Dr. Nusirwan memulai dengan gambaran umum tentang posisi Indonesia dalam peta kompetisi digital dunia. Berdasarkan Digital Competitiveness Index 2023, Indonesia masih bertengger di posisi 45 dunia, tertinggal dari sejumlah negara tetangga di kawasan ASEAN. Salah satu penyebab utamanya adalah lambatnya percepatan jaringan 5G, yang pada 2023 baru menjangkau 2,9% wilayah nasional.

Kondisi ini, menurutnya, menjadi alarm penting bagi bangsa Indonesia. “Jika kita tidak siap menghadapi tren global, maka daya saing nasional akan kalah dari negara-negara regional yang sudah lebih dahulu menyiapkan strategi digitalnya,” ujarnya. Ia memperingatkan bahwa pada tahun 2045, konektivitas global akan melonjak hingga 2000 exabyte, sehingga kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia digital menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta inovasi.

Antara Peluang dan Ancaman Teknologi

Namun, di balik besarnya peluang yang ditawarkan digitalisasi, tersimpan pula sejumlah tantangan serius. Adopsi teknologi seperti Internet of Things (IoT), metaverse, Artificial Intelligence (AI), dan blockchain memang dapat mendorong efisiensi dan inovasi, tetapi sekaligus membawa risiko baru.

Dr. Nusirwan menyoroti meningkatnya kasus kejahatan siber di Indonesia sebanyak 8.831 kasus pada tahun 2022 menurut catatan POLRI. Di sisi lain, rendahnya literasi digital dan keterbatasan kapasitas SDM bidang TIK membuat masyarakat, terutama generasi muda, masih rentan terhadap disinformasi, ujaran kebencian, hingga eksploitasi data pribadi.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa bonus demografi yang dimiliki Indonesia bisa menjadi berkah sekaligus beban. Tanpa peningkatan kemampuan digital, bonus itu justru bisa berbalik menjadi ancaman bagi tenaga kerja yang tidak siap menghadapi otomatisasi. “Kita butuh santri dan generasi muda yang bukan hanya paham agama, tapi juga melek digital,” tegasnya.

Persimpangan Menjawab Tantangan dan Meraih Peluang

Meski demikian, Dr. Nusirwan optimis. Ia melihat bahwa pesantren justru memiliki posisi strategis dalam menghadapi era disrupsi digital. Tradisi keilmuan yang kuat, jaringan sosial yang luas, dan semangat kemandirian ekonomi menjadi modal utama untuk melahirkan santri yang berdaya saing.

Dalam paparannya, ia menjabarkan empat bidang utama yang dapat menjadi lahan pengembangan bagi pesantren di era digital. Bidang-bidang ini tidak hanya menawarkan manfaat ekonomi, tetapi juga membuka ruang dakwah yang lebih luas dan relevan dengan kehidupan modern.

Dakwah Digital

Bidang pertama adalah dakwah digital dan konten Islami. Kini, dakwah tidak lagi terbatas di mimbar atau majelis taklim, melainkan telah merambah ke berbagai platform digital seperti YouTube, Instagram, TikTok, hingga podcast. Melalui media ini, santri dapat berdakwah secara kreatif dengan format Ngaji Online, Kultum 1 Menit, atau bahkan Humor Islami yang ringan namun bermakna.

Langkah ini tidak hanya memperluas jangkauan dakwah, tetapi juga membuka peluang ekonomi syariah digital, seperti monetisasi konten Islami, kerja sama dengan brand halal, hingga crowdfunding untuk kegiatan sosial pesantren. Dengan cara ini, santri menjadi agen perubahan positif di dunia maya melawan arus konten negatif dengan nilai-nilai Islam yang menyejukkan.

Ilmu yang Berdaya dan Menghidupi

Selanjutnya, era digital juga membuka jalan bagi santri untuk menjadi edupreneur, yaitu pendidik sekaligus wirausahawan di bidang pendidikan. Berbekal keilmuan yang dimiliki, santri bisa mengajar dari mana saja kepada siapa saja, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa di seluruh dunia.

Melalui kelas tahsin dan tahfidz online, pelatihan bahasa Arab, atau bimbingan beasiswa Timur Tengah, santri dapat menghasilkan pendapatan tanpa meninggalkan dunia pesantren. Selain menjadi ladang amal jariyah, aktivitas ini juga membangun jejaring pembelajaran global yang menghubungkan pesantren Indonesia dengan komunitas Islam internasional.

Wirausaha Digital yang Berkah

Bidang berikutnya adalah kewirausahaan digital. Santri kini berkesempatan menjadi santripreneur, yaitu pelaku usaha berbasis nilai-nilai Islam. Dengan memanfaatkan marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada, mereka bisa menjual produk halal, busana muslim, atau buku-buku keislaman.

Pendekatan ini bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga memperkuat ekonomi pesantren. Sebagian laba bisa digunakan untuk mendukung kegiatan pendidikan, memperluas lapangan kerja bagi sesama santri, serta memperbesar kontribusi pesantren dalam ekosistem ekonomi halal nasional.

Dari Konsumen Menjadi Pencipta Teknologi

Lebih jauh lagi, Dr. Nusirwan menekankan pentingnya membentuk santri sebagai developer dan inovator teknologi. Dunia coding dan pengembangan aplikasi kini terbuka bagi siapa pun yang mau belajar. Santri dapat menciptakan berbagai aplikasi Islami seperti pengingat ibadah, jadwal kajian, hingga sistem manajemen pesantren digital (ERP Santri).

Dengan semangat inovasi ini, santri bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga bagian dari ekosistem kreator digital. “Teknologi seharusnya tidak menjauhkan kita dari nilai-nilai agama, justru menjadi media untuk memperluas dakwah dan pelayanan umat,” katanya.

Menyiapkan Talenta Digital Pesantren

Untuk mendukung transformasi ini, Kominfo melalui BPSDM Komdigi telah menyiapkan berbagai platform pengembangan talenta digital nasional. Melalui Digital Talent Scholarship (digitalent.kominfo.go.id), pemerintah telah melatih lebih dari 650 ribu peserta aktif dalam berbagai bidang digital. Sementara itu, platform Diploy.id mempertemukan 77 ribu talenta digital dengan 300 lebih perusahaan di seluruh Indonesia.

Inisiatif ini menjadi jembatan penting agar pesantren dan santrinya dapat terlibat langsung dalam ekosistem kerja digital, sekaligus membangun generasi baru yang religius namun kompeten secara teknologi.

Menuju Pesantren Mandiri dan Modern

Menutup paparannya, Dr. Nusirwan menegaskan bahwa transformasi digital tidak boleh dipandang sekadar urusan teknologi, melainkan gerakan besar untuk membangun kemandirian dan keberdayaan umat. Pesantren, dengan segala keunikannya, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan ekonomi, pendidikan, dan inovasi berbasis nilai-nilai Islam.

“Santri harus menjadi bagian dari ekosistem teknologi, bukan sekadar penonton. Dunia digital bisa menjadi ladang dakwah sekaligus ladang penghidupan,” ujarnya menegaskan.

Dengan semangat ini, pesantren Indonesia kini tengah menapaki babak baru: dari lembaga tradisional menjadi lembaga modern yang berdaya saing tinggi. Melalui iman, ilmu, dan inovasi, pesantren bukan hanya benteng moral bangsa, tetapi juga mercusuar ekonomi umat di era digital.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image