Pengaruh Pola Tidur Terhadap Konsentrasi Belajar dan Suasana Hati
Edukasi | 2025-10-23 16:12:04
Dalam dunia yang serba cepat saat ini, tidur sering kali menjadi pengorbanan pertama demi memenuhi tuntutan akademik, pekerjaan, atau sosial. Pandangan ini salah, karena tidur bukan hanya sekadar waktu istirahat, melainkan merupakan proses biologis yang sangat aktif dan vital untuk menjaga fungsi mental. Baik kualitas maupun kuantitas tidur berpengaruh secara mendalam terhadap dua faktor penting dalam kehidupan sehari-hari seseorang: fokus belajar (kemampuan kognitif) serta suasana hati (keseimbangan emosional).
Pola tidur merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia yang secara langsung memengaruhi kesehatan fisik, mental, dan emosional. Dalam kajian biopsikologi, pola tidur memiliki keterkaitan erat dengan fungsi otak dan sistem saraf, termasuk bagaimana seseorang berkonsentrasi dan merasakan emosi tertentu. Oleh karena itu, esai ini bertujuan untuk menganalisis hubungan yang tak terpisahkan antara pola tidur dengan dimensi kognitif dan emosional.
Kualitas tidur yang baik membantu meningkatkan suasana hati, perhatian, motivasi, memori, dan fungsi kognitif seseorang. Pada saat seseorang tidur di malam hari, otak akan mengintegrasikan pengetahuan baru dan membentuk asosiasi baru, sehingga membuat pikiran lebih segar (Baert, et al., 2015).
Tidur memiliki peran penting dalam memaksimalkan fungsi otak dan sistem dalam tubuh, seperti metabolisme, fungsi imun, hormon, dan sistem kardiovaskular. Selain itu, tidur juga berdampak positif dalam proses belajar. Menurut Van Der Werf et al., (2009) tidur nyenyak sebelum belajar dapat mengoptimalkan kerja hipokampus pada saat memperoleh informasi baru.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Cheng et al., (2020) menunjukkan bahwa tidur dengan waktu lama bisa meningkatkan volume orbitofrontal cortex, prefrontal and temporal cortex, precuneus, dan supramarginal gyrus pada anak. Volume otak yang lebih besar di daerah tersebut berhubungan dengan skor kemampuan kogntitif yang lebih tinggi. Volume otak yang lebih tinggi pada area prefrontal cortex meningkatkan fungsi working memory dan peningkatan volume otak pada bagian temporal cortex berhubungan dengan kemampuan representasi persepsi dan semantik.
Selain memengaruhi fungsi kognitif, pola tidur juga berdampak langsung pada aspek emosional individu. Kurang tidur juga berhubungan dengan suasana hati dan bias dalam penilaian emosional (Anderson dan Platten, 2011). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tempesta et al., (2010) pada 50 mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 20 orang yang dikondisikan untuk tidak tidur selama satu malam dan kelompok yang lain mendapat waktu tidur yang cukup. Mereka diberikan 180 gambar yang berisi gambar menyenangkan, netral, dan gambar yang tidak menyenangkan.
Temuan menunjukkan bahwa individu yang mengalami kekurangan tidur memberikan respons negatif yang lebih banyak terhadap gambar yang ditampilkan dibandingkan dengan kelompok yang memiliki cukup tidur. Setelah analisis menggunakan fMRI dilakukan, ditemukan bahwa kurang tidur menyebabkan disfungsi pada sirkuit MPFC-amygdala, yang diiringi dengan peningkatan evaluasi negatif subjek terhadap stimulus emosional yang diberikan. Berkurangnya konektivitas fungsional antara MPFC dan sistem limbik akibat kurang tidur mengganggu fungsi inhibisi di lobus prefrontal. Hal ini mengakibatkan seseorang menunjukkan perilaku yang tidak pantas seperti kurang optimal dalam menilai dan mengambil keputusan yang rasional.
Pola tidur yang buruk juga berpengaruh kepada kesehatan mental, Penelitian telah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola tidur yang tidak teratur atau kurang tidur dengan peningkatan risiko gangguan kesehatanmental. Individu yang memiliki pola tidur yang buruk cenderung lebih rentan terhadap gejala depresi, kecemasan, dan stres. Sebaliknya, pola tidur yang sehat dan konsisten cenderung memberikan dukungan yang kuat bagi kesehatan mental yang optimal.
dapat disimpulkan bahwa pola tidur adalah faktor kunci dalam mempertahankan keseimbangan fungsi kognitif serta emosional seseorang. Tidur yang berkualitas mendukung otak dalam proses penyatuan memori, peningkatan fokus, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat. Sebaliknya, kurang tidur dapat mengganggu kemampuan berpikir, memperburuk suasana hati, serta meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi.
Dari sudut pandang biopsikologis, tidur yang cukup memiliki peran penting dalam memaksimalkan fungsi berbagai area otak, termasuk korteks prefrontal dan sistem limbik, yang sangat berpengaruh dalam pengontrolan emosi dan kognisi. Oleh karena itu, mempertahankan pola tidur yang baik bukan hanya kebutuhan fisik, tetapi juga merupakan investasi yang signifikan untuk kesehatan mental serta kinerja akademik dan sosial seseorang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
