Masa Depan Akuntan di Tengah Gelombang AI: Hilang atau Bertransformasi?
Teknologi | 2025-10-23 09:19:44
Perkembangan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Dari adanya penemuan mesin uap, penemuan listrik yang memicu penciptaan kendaraan-kendaraan, misalnya mobil, pesawat terbang, pesawat telepon, bahkan kendaraan perang, penemuan teknologi komputer dan internet, hingga saat ini muncul teknologi yang bernama Artificial Intelligence atau yang sering kita sebut dengan AI.
AI merupakan teknologi yang dapat mengimbangi kecerdasan kognitif manusia, seperti berpikir, mengambil keputusan, dan melakukan klasifikasi data. Tujuannya untuk memudahkan pekerjaan manusia. Sejauh ini, AI telah membantu banyak pekerjaan manusia di berbagai bidang dan profesi. Bahkan perusahaan-perusahaan besar dunia juga menggunakan AI untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas kinerja perusahaan.
AI dapat membuat pekerjaan lebih optimal karena kemajuan teknologinya dan minim akan kesalahan-kesalahan yang biasanya dilakukan oleh seorang manusia. Selain itu, perusahaan dapat menggunakan AI kapanpun karena teknologi ini tidak mengenal lelah.
Menurut laporan The state of AI: How organizations are rewiring to capture value yang dipublikasikan oleh McKinse, sebagian besar responden mengatakan, terdapat pengurangan biaya yang signifikan dalam suatu bisnis atau perusahaan yang menggunakan AI.
Hal ini tentu menimbulkan resiko kehilangan pekerjaan terhadap profesi-profesi yang dapat dengan mudah digantikan AI, terutama profesi yang bersifat rutin dan administratif seperti akuntan. Padahal tujuan awal adanya AI adalah untuk meringankan tugas manusia, kini malah dapat menggantikan serta menghilangkan pekerjaan manusia.
Bagaimana peran AI dalam akuntansi?
Menurut penelitian dari PWC, AI dapat mengotomisasi hingga 45% tugas-tugas akuntansi yang bersifat rutin dan berulang, seperti pembukuan, rekonsiliasi bank, dan pelaporan pajak. Selain itu, AI dapat meningkatkan akurasi laporan keuangan, mengidentifikasi tren, mengoptimalkan strategi, mengambil keputusan, hingga mendeteksi kesalahan dan kecurangan akuntansi.
Dalam hal audit, AI dapat menganalisis tren laporan keuangan, sehingga auditor bisa menganalisis kumpulan data dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Di samping itu, AI mampu mengidentifikasi potensi resiko penipuan dan bisa meminimalisir kerugian finansial perusahaan.
Dalam akuntansi pajak, AI digunakan untuk mengotomatiskan berbagai aspek pelaporan pajak, termasuk entri data, menyederhanakan riset pajak, dan juga memberikan informasi yang lebih akurat. Entri pajak yang biasanya memakan waktu lama, kini dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat.
Ringkasnya, AI mampu membuat pekerjaan akuntan menjadi lebih cepat, lebih akurat, mengurangi resiko kesalahan, dan dapat membuat keputusan keuangan yang lebih tepat dan strategis.
Apakah profesi akuntan akan hilang?
Laporan Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF) telah memprediksi bahwa lima tahun kedepan, penurunan dan pertumbuhan pekerjaan akan didorong oleh sektor digital dan teknologi. Terdapat tantangan dalam pekerjaan manual yang bersifat rutin dan administratif seperti akuntan tradisional.
Oleh karena itu, agar dapat berkompetisi dengan AI, akuntan perlu untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka seperti kemampuan dalam menganalisis data, pemecahan masalah, strategi manajemen bisnis, komunikasi yang efektif, dan yang paling penting meningkatkan keahlian di bidang AI.
Seperti fungsi awalnya, AI adalah alat bantu manusia untuk memudahkan pekerjaan. AI tidak menggantikan profesi akuntan, melainkan menjadi alat bantu untuk mengotomatisasi tugas-tugas rutin akuntansi. Peran akuntan bertranformasi ke arah yang lebih tinggi seperti, analisis tingkat tinggi, perencanaan strategis, dan pengawasan etika. Oleh karena itu, akuntan yang tidak beradaptasi dengan teknologi, termasuk AI, lebih berisiko kehilangan pekerjaan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
