Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maulidiya Zeqova El Insani

Etika Dakwah dan Moralitas di Era Modern

Alkisah | 2025-10-21 11:07:05

Dakwah, sebagai tugas mulia dalam Islam, bukan sekadar aktivitas menyampaikan ajaran agama. Lebih dari itu, dakwah adalah sebuah proses ilmiah, moral, dan sosial yang menuntut integritas tinggi dari para pelakunya, yang dikenal sebagai da'i. Dalam konteks kekinian, di mana informasi mengalir deras dan masyarakat semakin kompleks, pemahaman tentang etika dan moralitas dalam berdakwah menjadi kunci kesuksesan dan dampak positifnya.
Artikel ini akan merangkum intisari dari makalah "Etika Dakwah dan Moralitas," menguraikan prinsip, teori, tantangan, dan panduan praktis bagi seorang da'i.

Prinsip Dasar Etika Dakwah yang Harus Dipegang

Sebelum melangkah lebih jauh, seorang da'i harus membekali diri dengan prinsip-prinsip etika dasar berikut:
1. Berilmu sebelum Berdakwah: Dakwah harus dilandasi pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam. Kesalahan dalam menyampaikan materi bukan hanya menyesatkan orang lain, tetapi juga dapat menyesatkan diri sendiri.2.Santun dan Menghargai Perbedaan: Khalayak sasaran dakwah (mad'u) berasal dari beragam latar belakang. Seorang da'i harus mampu menyesuaikan bahasa dan metode penyampaian tanpa merendahkan pihak lain.3.Bahasa yang Mudah Dimengerti: Gunakan bahasa yang sopan, jelas, dan komunikatif. Hindari bahasa yang terlalu rumit atau emosional berlebihan agar pesan dapat tersampaikan dengan efektif.4.Jujur dan Tidak Memanipulasi Dalil: Kejujuran intelektual adalah kunci. Seorang da'i dilarang menggunakan ayat Al-Qur'an atau hadis di luar konteks hanya untuk membenarkan pendapat pribadi.5.Menjadi Teladan yang Baik (Uswah Hasanah): Dakwah yang paling powerful adalah keteladanan. Perkataan harus selaras dengan perbuatan. Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari akan lebih berpengaruh daripada ribuan kata-kata.

Dua Teori Penting dalam Dakwah yang Beretika

Makalah ini menggarisbawahi dua teori utama yang saling melengkapi untuk menciptakan dakwah yang efektif dan beretika:
1.Teori Komunikasi Dakwah: Teori ini menekankan pada kualitas internal seorang da'i. Efektivitas dakwah bergantung pada:a. Kejujuran (Ṣiddīq): Menyelaraskan ucapan dan tindakan untuk membangun kredibilitas.b. Keikhlasan (Ikhlāṣ): Memurnikan niat hanya karena Allah, sehingga ketulusan terpancar dan menyentuh hati.c. Empati: Kemampuan memahami kondisi psikologis dan sosial mad'u agar pesan relevan dengan kebutuhan mereka.d. Penghormatan kepada Audiens: Menggunakan bahasa yang santun (qaulan layyinan) dan menghargai martabat manusia sebagai mitra dialog.2.Teori Medan Dakwah: Teori ini menekankan pada pemahaman konteks eksternal. Masyarakat adalah "medan" yang dinamis, sehingga da'i harus paham kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik setempat. Prinsip utamanya adalah menghargai pluralitas dan bersikap inklusif, menjadikan dakwah sebagai perekat, bukan pemecah belah, sesuai semangat rahmatan lil-'alamin.
Sinergi kedua teori ini melahirkan da'i yang tidak hanya baik secara spiritual, tetapi juga cerdas secara sosial.

Implikasi Moral dalam Praktik Dakwah

Bagaimana prinsip dan teori itu diterapkan? Berikut adalah implikasi moralnya dalam aksi nyata:
1.Keteladanan Nyata: Da'i harus menjadi representasi hidup dari nilai-nilai yang disampaikannya. Mengajak pada kejujuran, maka ia harus menjadi orang yang paling jujur.2.Niat yang Tulus: Motivasi dakwah harus murni mencari ridha Allah, bukan popularitas, kekuasaan, atau materi.3.Merangkul Perbedaan: Dalam masyarakat yang plural, da'i harus mengedepankan toleransi, menghargai kebebasan beragama, dan fokus pada nilai-nilai kemanusiaan universal.4.Etika dalam Tauhid dan Politik: Kesadaran tauhid melindungi da'i dari materialisme dan penyalahgunaan kekuasaan. Agama tidak boleh dipolitisasi untuk kepentingan golongan.

Tantangan dan Etika Dakwah di Era Digital

Era digital membawa tantangan moral baru. Media sosial bisa menjadi sarana dakwah yang powerful, tetapi juga rentan terhadap:Penyebaran ujaran kebencian dan hoaks.· Komersialisasi agama.· Sensasionalisme konten keagamaan.
Oleh karena itu, etika dakwah digital mutlak diperlukan, dengan prinsip:
1. Transparansi: Jujur dalam niat dan isi pesan, tidak menyesatkan.2. Anti-Provokasi: Menghindari ujaran kebencian dan lebih mengutamakan qaulan sadidan (perkataan yang benar dan menenangkan).3. Menjaga Adab Berdigital: Tetap santun dan menghormati perbedaan di ruang online.

Da'i modern adalah penjaga moral ruang publik digital.

Kesimpulan: Menuju Dakwah yang Ilmiah, Moral, dan Etis
Pada akhirnya, dakwah yang bermakna dan berdampak positif adalah dakwah yang berakar pada tiga pendekatan Qur'ani:
1. Hikmah (Kebijaksanaan): Pendekatan rasional dan penuh pertimbangan.2. Mau'izhah Hasanah (Nasihat yang Baik): Disampaikan dengan kelembutan dan kasih sayang.3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan (Debat yang Terbaik): Mengedepankan diskusi santun, bukan konfrontasi.
Keberhasilan dakwah tidak diukur dari jumlah pengikut atau likes, tetapi dari seberapa dalam pesan kebenaran itu mampu mengubah hati dan perilaku masyarakat menuju kebaikan. Dengan memadukan keilmuan, akhlak, dan pemahaman konteks, dakwah akan benar-benar mewujudkan misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil-'alamin).
---
Artikel ini disarikan dari makalah: "Etika Dakwah dan Moralitas" yang disusun oleh Kelompok 5, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2025).

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image