Tragedi yang Menguji Arti Kemanusiaan di Dunia Pendidikan
Pendidikan | 2025-10-21 09:46:47Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh kabar duka dari salah satu perguruan tinggi di Bali. Seorang mahasiswa ditemukan meninggal dunia, diduga karena tekanan dan perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan pertemanannya sendiri. Kejadian ini bukan sekadar tragedi pribadi, tetapi tamparan keras bagi dunia pendidikan yang seharusnya menjadi ruang aman bagi setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang.
Kampus idealnya menjadi tempat menanamkan nilai kemanusiaan, bukan tempat di mana seseorang kehilangan rasa aman dan harga diri. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tekanan sosial, ejekan, dan perilaku saling merendahkan masih sering dianggap hal biasa. Sering kali, kita baru menyadari bahayanya ketika sudah terlambat. Ketika luka batin seseorang berubah menjadi tragedi yang tak bisa diulang.
Pendidikan sejati tidak hanya mengajarkan cara berpikir kritis dan produktif, tetapi juga menanamkan empati dan kepekaan terhadap sesama. Namun, dalam praktiknya, dunia pendidikan sering kali terlalu fokus pada pencapaian akademik, lomba prestasi, dan persaingan, hingga lupa bahwa di balik setiap mahasiswa ada manusia yang membutuhkan pengakuan, dukungan, dan rasa diterima.
Tragedi ini seharusnya menjadi titik balik. Kampus perlu meninjau ulang perannya bukan hanya sebagai lembaga pembentuk intelektual, tetapi juga sebagai tempat pembentukan karakter dan kesehatan mental. Layanan konseling yang aktif, budaya komunikasi terbuka, dan pembelajaran yang menumbuhkan empati harus menjadi bagian dari sistem pendidikan, bukan tambahan yang diabaikan.
Lebih dari itu, setiap individu baik dosen, mahasiswa, maupun pengelola kampus harus menumbuhkan keberanian untuk peduli. Karena kadang, satu telinga yang mau mendengar atau satu hati yang mau memahami bisa menyelamatkan hidup seseorang. Tragedi ini menguji arti kemanusiaan kita. Ia mengingatkan bahwa pendidikan tanpa empati hanyalah pelatihan intelektual tanpa jiwa. Sudah saatnya dunia pendidikan kembali pada hakikatnya: mencerdaskan manusia, bukan hanya pikirannya, tetapi juga hatinya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
