Alat Evaluasi Pembelajaran Jenis Non Tes
Lainnnya | 2025-10-12 15:23:25
Alat evaluasi pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu alat evaluasi jenis tes dan non tes. Artikel ini membahas alat evaluasi jenis non tes.
Alat Evaluasi Jenis Non Tes
A. Observasi (Observation)
Observasi merupakan salah satu alat evaluasi jenis nontes yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Sedangkan bila dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1. bservasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Selanjutnya, Sutrisno Hadi (1981: 141) mengemukakan ada tiga jenis observasi yang masing-masing hanya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu "observasi partisipan observasi nonpartisipan, observasi sistematik observasi nonsistematik, dan observasi eksperimental observasi noneksperimental".
Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana observer turut ambil bagian dalam peri kehidupan orang atau objek-objek yang diobservasi. Sedangkan observasi dengan pura-pura disebut quasi participant observation. Jika unsur-unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat didalamnya, maka disebut nonparticipant observation. Observasi sistematik (systematic observation) disebut juga observasi berstruktur (structured observation). Ciri pokok observasi ini adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dahulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu. Sedangkan observasi yang tidak menggunaan kerangka disebut observasi non-sistematik. Kadang-kadang observasi sistematik menggunakan beberapa macam alat pencatat mekanis (mechanical recording devices) seperti film, kamera, tape recorder. Keuntungannya adalah kita dapat memutarnya kembali setiap waktu bila diperlukan, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Kelemahannya antara lain membutuhkan biaya yang besar dan tenaga yang profesional.
1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang diwawancarai (interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara. Sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya. Tujuan wawancara adalah:
-Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu.
-Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
-Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Wawancara mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan wawancara antara lain (1) dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektifitasnya (2) dapat memperbaiki proses dan hasil belajar (3) pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis dan personal. Sedangkan kelemahan wawancara adalah (1) jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya (2) adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan (3) sering timbul sikap yang kurang baik dari peserta didik yang diwawancarai dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai. Pertanyaan wawancara dapat menggunakan bentuk seperti berikut:
-Bentuk pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
-Bentuk petanyaan tak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka dimana peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik, karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.
-Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada pula yang bebas.
2. Skala Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Anda perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan madrasah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, Anda perlu mencari suatu cara atau teknik tertentu untuk menempatkan atau mengubah sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.
Dalam mengukur sikap, Anda hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek, (2) afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek, dan (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berprilaku peserta didik terhadap objek.
Referensi:
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama.
Febriana, Rina. 2019. Evaluasi Pembelajaran. PT Bumi Aksara.
Rahman, A. A., & Nasryah, C. E. 2019. Evaluasi Pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
