Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dianty Rosirda

Pejuang Tangguh, Penyandang dan Penyintas Kanker Anak

Rembuk | 2025-10-01 00:45:47
sumber gambar: Md. Rahmatullah/vecteezy,com" />
sumber gambar: Md. Rahmatullah/vecteezy,com

Apa yang Anda pikirkan saat dokter menjatuhkan vonis kanker pada sang buah hati? Dunia seakan runtuh, bayangan kehilangan anak, menyalahkan keadaan, menyalahkan pasangan, bahkan menyalahkan diri sendiri dan sedih berkepanjangan? Ya, itulah yang kami rasakan, orang tua penyandang dan penyintas kanker anak.

Vonis kanker tak pernah kami bayangkan sebelumnya, apalagi untuk anak-anak yang secara fisik sehat, jarang sakit, kuat, dan aktif. Namun, saat melihat hasil analisis dan mendengar penjelasan dokter mengenai diagnosis, kami harus menerima. Apalagi, diantara anak-anak kami ada yang harus melalui tahapan operasi dengan status cito. Ada yang terdiagnosis setelah operasi, ada pula yang dioperasi setelah penegakan diagnosis.

Seperti yang dilakukan dokter secara umum, mereka akan menjelaskan hasil analisis, menyampaikan diagnosis, dan menjelaskan prosedur terapi atau pengobatan yang harus dilakukan. Termasuk efek samping dan risiko bila menjalankan atau menolak prosedur tersebut. Pada kasus kanker, dokter akan meminta persetujuan melaksanakan prosedur medis dalam tempo singkat. Sekarang atau sel kanker akan menyebar.

Fakta tentang Kanker Anak

Kanker anak adalah penyakit menakutkan yang tidak menular, dapat menyerang anak saat masih di dalam kandungan hingga berusia 18 tahun. Kanker anak terjadi saat sel-sel di dalam tubuh tumbuh tidak normal. Sel ini dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Namun, deteksi dini dan penanganan serta pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan.

Secara umum, kanker anak lebih sulit diketahui karena mereka belum mampu menyampaikan apa yang dirasakan secara jelas dan spesifik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih waspada mengenali gejala kanker anak sejak dini sekaligus mengedukasi diri mengenai fakta penting seputar kanker anak sebagai berikut.

1. World Health Organization (WHO) pada tahun 2025 menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 400.000 anak-anak dan remaja berusia 0-19 tahun mengidap kanker. Di Indonesia, terdapat sekitar 11.156 pasien kanker anak baru setiap tahunnya (Global Cancer Observatory/Globocan, 2020). Namun, di Indonesia, hanya 20% kasus yang terdeteksi dan ditangani. Salah satu penyebabnya adalah minimnya fasilitas dan tenaga kesehatan yang melayani kanker anak.

2. Penyebab sebagian besar kanker anak tidak diketahui. Tidak seperti kanker pada orang dewasa atau dugaan yang beredar luas di masyarakat, ternyata sebagian besar penyebab kanker pada anak tidak diketahui. Berdasarkan penelitian para ahli yang mempelajari dan mengidentifikasi penyebab kanker anak, pengaruh lingkungan atau gaya hidup sangat kecil. Selain itu, faktor risiko yang dihadapi penyandang kanker anak juga belum diketahui secara pasti.

3. Fasilitas dan tenaga kesehatan yang melayani kanker anak di Indonesia minim. Saat ini, baru terdapat 15 pusat layanan kanker di Indonesia yang sebagian besar berada di Pulau Jawa. RS Dharmais Jakarta adalah pusat layanan kanker yang memiliki fasilitas layanan tinggi (Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi-Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Eddy Supriyadi, dalam media briefing bertema Kanker pada Anak pada tanggal 4 Februari 2025). Selain itu, Indonesia juga hanya memiliki sekitar 80 orang dokter spesialis hematologi onkologi anak dan konsultan kanker anak (https://dharmais.co.id/, 19 April 2025). Jumlah yang sangat tidak memadai untuk penyandang dan penyintas kanker anak yang jumlahnya mencapai lebih dari 10000 anak per tahun.

4. Kanker anak dapat disembuhkan. Tingkat kesembuhan atau kesintasan (persentase individu yang hidup dalam suatu kelompok yang menderita penyakit tertentu) terhadap kanker anak di negara maju di atas 80%, tetapi di Indonesia di bawah 30% (WHO, 2021). Hal ini umumnya disebabkan oleh keterlambatan diagnosis karena gejala dini kanker anak tidak dikenali sehingga pengobatannya pun tidak optimal. Selain itu, informasi mengenai kanker anak dan penanganannya pun minim. Padahal, potensi anak untuk sembuh dari kanker bergantung pada jenis kanker, tingkat pertumbuhan kanker saat diagnosis awal, dan waktu mulai pengobatan.

5. Leukemia (kanker darah) paling sering menyerang anak. Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang belakang akibat produksi sel darah putih yang tidak normal. Berdasarkan data dari 12 rumah sakit di Indonesia melalui aplikasi Indonesian Pediatric Cancer Registry (IPCAR), dikumpulkan 6623 kasus kanker anak selama tahun 2020-2024. Dari data tersebut, terdapat 33,19% penyandang leukemia Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL), 8,36% Acute Myeloid Leukemia (AML), 16% penyandang tumor padat yang terdiri atas retinoblastoma (6,45%), osteosarcoma (5,04%), dan nephroblastoma (4,51%), 6, 59% penyandang limfoma yang terdiri atas 3,37% Non-Hodgkin Lymphoma (kecuali Burkitt) dan 3,22% Hodgkin Lymphoma, 3,14% penyandang neuroblastoma yang dikenal sebagai kanker agresif pada anak-anak, dan 3,7% penyandang sarkoma jaringan lunak (soft tissue sarcoma).

6. Gejala kanker anak sulit diketahui. Gejala umum terutama leukemia yang perlu diwaspadai, yaitu pucat, lemah, nafsu makan menurun, demam tanpa sebab, kejang hingga terjadi penurunan kesadaran. Gejala lain adalah nyeri tulang, kemerahan dan pembesaran bola mata, mimisan, pembesaran hati dan limpa, dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, pangkal paha (tanpa rasa nyeri). Namun, sebagian anak tidak menunjukkan gejala yang berarti sebelumnya.

Umumnya, sulit untuk mencegah kanker pada anak. Oleh karena itu, diagnosis yang cepat dan tepat sangat penting agar terapi dan pengobatan yang juga cepat dan tepat dapat segera dilakukan. Deteksi kanker sejak dini dan menghindari keterlambatan dapat meningkatkan persentase kesembuhan. Bila tingkat kesembuhan di negara lain bisa di atas 80%, tentu angka di bawah 30% di negara kita tampak sangat rendah. Perlu kepedulian semua pihak agar anak-anak penyandang kanker bisa sembuh dan menjalani kehidupannya dengan sehat dan ceria.

Setelah Vonis Dijatuhkan, Lalu Apa?

Selain operasi, vonis kanker tentu lekat dengan prosedur kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, sampai transplantasi sumsum tulang belakang. Apa yang Anda bayangkan mendengar prosedur tersebut? Rambut rontok hingga botak? Kulit yang menghitam seperti terbakar? Mual, muntah, tubuh kurus kering? Sama, itu pula yang kami bayangkan. Kami menghadapi kondisi yang sangat sulit, penyakit berat yang anak kami derita dan risiko pengobatannya. Bila terjadi pada buah hati Anda, apa keputusan yang akan diambil? Anda harus berpikir cepat sebelum sel kanker menyebar.

Sungguh, tidak mudah mendengar dokter menjatuhkan vonis kanker pada buah hati. Kami membutuhkan pegangan, genggaman, penguatan, motivasi, dan lingkungan yang mendukung. Namun kenyataannya, lingkungan terdekatlah yang kerap membuat motivasi dan harapan berulang kali runtuh, bahkan hingga titik terendah. Sikap menyalahkan, meremehkan, menjatuhkan, mengatai, takut dimintai tolong, takut berdekatan, dan lainnya, menambah beban mental kami.

Keyakinan menjalankan prosedur medis juga sering dipatahkan dengan penyampaian efek samping dan risiko berlebihan yang membuat ragu dan takut. Intinya, mereka melarang kami menjalankan prosedur medis sesuai saran dokter. Padahal, kanker bukan penyakit yang bisa menunggu pengambilan keputusan berlarut-larut. Beberapa jenis kanker, bisa menyebar dan berkembang biak dengan sangat cepat.

Sebenarnya, kami tidak sepenuhnya menolak prosedur nonmedis. Bila saran tersebut jelas prosedur dan pelaksanaannya, tentu akan kami terima. Namun kenyataannya, hanya saran untuk mencoba ke sana kemari berdasarkan pengalaman orang lain. Hanya berdasarkan “katanya”. Terlalu berisiko bagi anak kami, bukan?

Sebagian dari kami, cepat mengambil keputusan untuk mengikuti prosedur medis hanya karena menyadari risiko lebih besar yang akan anak kami terima bila terlambat mendapat pengobatan. Namun tak urung, sebagian memang sudah terlambat sejak awal. Kanker telanjur menyebar dan kondisi anak menurun.

Tidak dipungkiri, sebagian dari kami juga memberikan terapi nonmedis sebagai tambahan untuk menunjang prosedur medis. Tentu saja yang tidak bertentangan dengan prosedur yang sedang dijalankan. O, ya, satu hal penting yang harus diingat. Pasien kami adalah anak-anak. Jangan bayangkan mereka akan mudah menjalankan terapi apapun apalagi minum ramuan yang rasanya tidak enak. Tidak mudah menjaga suasana hati mereka saat kami pun sedang berusaha menjaga suasana hati tetap optimis.

Kemoterapi dan Pengobatan Panjang yang Penuh Drama

Drama panjang dimulai. Anak-anak mulai menjalankan kemoterapi. Bayangan rambut rontok dan efek lainnya, ternyata tidak berlaku untuk semua jenis obat kemo. Sebagian memang mengalami kebotakan. Tak hanya rambut, alis dan bulu matapun ikut botak. Namun, kebotakan hanyalah efek samping yang ringan. Saat seluruh proses kemoterapi selesai, rambut akan tumbuh Kembali. Tak perlu khawatir berlebihan mengenai kebotakan.

Efek samping lain dari prosedur kemoterapi adalah mual dan muntah. Bagi paramedis yang biasa menangani pasien kemoterapi, efek samping ini juga dikategorikan ringan. Tentu tidak bagi kami. Tidak mudah bagi kami melihat anak terus menerus muntah, tidak mau makan, hingga berat badannya turun.

Efek obat kemo yang lebih berat adalah sulitnya menemukan pembuluh darah yang tepat saat diinfus. Hal tersebut terjadi karena pembuluh darah mengecil dan mengeras. Anak-anak kami akhirnya terbiasa mengalami gagal diinfus, tidak hanya dua tiga kali, tetapi berulang kali merasakan tusukan jarum sampai alat infus terpasang. Itupun belum tentu bertahan lama. Infusnya macet, tersumbat, akhirnya dilepas dan diinfus ulang.

Efek paling berat adalah nilai haemoglobin, leukosit, dan trombosit yang berada di titik terendah. Beberapa kasus kanker, mengalami sebaliknya. Nilai leukosit dan trombosit sangat jauh di atas angka normal. Seringkali hal tersebut ditandai dengan badan lemas dan demam tinggi. Oleh karena itu, disuntik dan transfusi akhirnya menjadi hal “biasa” yang harus mereka jalani. Mereka hebat, bukan? Mereka pejuang Tangguh. Padahal, usia mereka baru 0 bulan hingga 18 tahun. Masa kecil dan remaja yang indah, mereka habiskan di rumah sakit. Tak hanya sekali dua kali, tetapi bertahun-tahun.

Namun, seringkali hal itulah yang menyebabkan kepedulian terhadap penyandang kanker anak rendah. Dukungan, motivasi, empati, tidak banyak mereka terima. Waktu panjang yang mereka habiskan di rumah sakit dianggap biasa.

Perlunya Komunitas

Pengobatan kanker sangat menyita waktu selain membutuhkan dukungan dana. Komunitas dapat memberikan dampak positif terhadap anak dan orang tua yang umumnya terpuruk saat awal diagnosis. Komunitas juga memberikan hubungan yang sehat dan lingkungan yang mendukung, empati, saling membantu, saling menyalurkan semangat dan motivasi karena sebagian besar orang tua terpaksa mengurus sendiri segala sesuatunya akibat minimnya bantuan dari orang terdekat.

Di sinilah anak-anak kami menjalani kemoterapi, di Santosa Hospital Bandung Central (SHBC). Kami saling mendukung dan membentuk komunitas sederhana, melalui Whatsapp grup Anak-anak Hebat, Kuat, Sehat.

Mereka Bukan Menyerah, tetapi Sudah Tiba di Titik Akhir Perjuangan.

Perjuangan panjang yang dilalui tidak berakhir di titik yang sama. Namun, bagi kami, mereka semua adalah pemenang. Di titik manapun akhir perjuangan mereka, tidak seorang pun yang menyerah. Mereka hanya telah tiba di garis akhir, di titik akhir perjuangan. Bagi yang pernah dirawat bersama anak-anak penyandang dan penyintas kanker anak tentu tahu, bagaimana mereka tetap ceria dan semangat menjalani hari meski seringkali harus menangis melawan rasa sakit, kesal, dan bosan.

Semua penyandang dan penyintas kanker anak adalah pejuang tangguh. Berbulan-bulan hingga bertahun-tahun menjadi pasien rumah sakit, baik untuk menjalankan prosedur pengobatan maupun perbaikan kondisi harus mereka jalani. Bahkan, dalam kondisi minim dukungan dan motivasi. Jadi, jangan sematkan kata menyerah pada mereka yang kembali ke pangkuan Ilahi di tengah perjuangan. Mereka pejuang tangguh yang tidak kenal kata menyerah. Mereka hanya telah tiba di titik akhir perjuangan. Mereka hanya telah selesai menjalani hidup sesuai yang telah digariskan.

September dinyatakan sebagai bulan kesadaran kanker anak. Ayo, tingkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap penyandang dan penyintas kanker anak karena mereka pun memiliki hak yang sama dengan anak-anak yang sehat.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image