Prof. Abdul Muti: Generasi Muda Harus Didengar, Bukan Hanya Diceramahi
Agama | 2025-09-30 07:53:48
Samarinda – Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Timur menggelar pengajian subuh istimewa di Masjid Muhammadiyah Ad Da’wah, Jalan Siradj Salman, Samarinda, Selasa (30/9/2025). Acara ini menghadirkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, sebagai penceramah.
Kegiatan dimulai dengan sholat subuh berjamaah, dilanjutkan pengajian yang dipandu Ustadz Babe Arifin Suparman selaku Ketua Majelis Tabligh PWM Kaltim. Kemudian Ketua PWM Kaltim, K.H. Siswanto, memberikan sambutan singkat sebelum ceramah utama disampaikan oleh Prof. Abdul Mu’ti.
Dalam tausiyahnya, Prof. Mu’ti menyoroti persoalan serius yang dihadapi umat Islam, yakni fenomena degenerasi. Ia menjelaskan ada dua bentuk degenerasi, yakni degenerasi nasabiyah dan degenerasi diniyah. “Degenerasi nasabiyah tampak dari kecenderungan generasi muda enggan berkeluarga, bahkan jika menikah banyak yang tidak ingin memiliki anak. Beberapa negara maju seperti Jepang, Singapura, dan sebagian negara Eropa mulai menghadapi krisis anak muda,” jelasnya.
Sementara itu, degenerasi diniyah muncul dalam bentuk keterputusan keagamaan antara orang tua dan anak. “Ada orang tua yang aktif di kegiatan keagamaan, tetapi anak-anaknya tidak tertarik untuk melanjutkan perjuangan itu. Bahkan, ada yang berbeda keyakinan dengan orang tuanya. Ini tantangan bagi kita semua, khususnya Muhammadiyah,” tegasnya.
Lebih jauh, Prof. Mu’ti menambahkan bahwa fenomena ini diperparah dengan berkembangnya agnostisisme dan ateisme di kalangan generasi muda. Menurutnya, orang tua sering kali tidak mampu menjawab kegelisahan anak-anak dengan pendekatan yang sesuai zaman. “Generasi Z dan Alfa ini maunya didengar, bukan sekadar diceramahi. Kita harus menumbuhkan spiritualitas agama yang menyambung dengan psikologis mereka,” ujarnya.
Sebagai solusi, ia mengajak orang tua untuk mengubah pendekatan dalam pendidikan spiritual anak. Pertama, dengan mendengar suara mereka; kedua, menghadirkan dakwah yang mampu mengisi jiwa anak muda sesuai gaya mereka, misalnya lewat dakwah komunitas; dan ketiga, memotivasi dengan teladan serta kebiasaan baik. “Kita bisa memulai dengan gerakan sederhana, seperti tujuh kebiasaan anak hebat: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat,” ungkapnya.
Jamaah yang hadir tampak antusias menyimak pesan-pesan Prof. Mu’ti, yang menekankan pentingnya menyiapkan generasi muda Islam yang cerdas, berkarakter, serta peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
