Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Alfikalia Alkano

AI dan Kesehatan Mental: Tren Chatbot sebagai Teman Curhat Digital

Eduaksi | 2025-09-30 04:19:21
dok Freepik Artificial Intelligence dan kesehatan mental

Jumlah pengguna alat Artificial Intelligence (AI) di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 1,18 juta dan diproyeksikan meningkat menjadi 3,24 juta pada tahun 2030. Hadirnya AI dalam kehidupan sehari-hari membantu masyarakat dalam berbagai hal. Salah satunya adalah fitur chatbot AI yang semakin berkembang saat ini. Fitur tersebut banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai ‘teman curhat digital’.

Artificial Intelligence (AI) merupakan sistem yang dirancang untuk memungkinkan komputer berpikir, belajar, dan berperilaku layaknya manusia. Salah satu komponen chatbot Ai adalah Natural Language Processing (NLP) yang memfasilitasi interaksi antara mesin dan manusia melalui bahasa alami. Kemampuan Natural Language Processing dapat menghadirkan komunikasi layaknya interaksi dengan manusia serta menyediakan dukungan emosional yang mudah diakses oleh masyarakat.

AI akan sering menampilkan jawaban yang terdengar simpatik dan mendukung, tetapi pada dasarnya ia tetap merupakan sistem tanpa pemahaman emosional yang sesungguhnya. Algoritma yang digunakan hanya dirancang untuk menghasilkan respons relevan berdasarkan pola bahasa yang dipelajari, sehingga tidak benar-benar mampu memahami perasaan manusia.

Maraknya kondisi Masyarakat menggunakan chatbot AI sebagai teman curhat digital memberikan sejumlah dampak positif dan negatif. Berikut ini merupakan dampak positif dari penggunaan chatbot AI sebagai teman curhat digital:

1. Meningkatkan Refleksi Diri dan Kesadaran Emosional

Chatbot AI dapat menggantikan peran jurnal pribadi atau latihan intropeksi dengan cara membantu individu mengklarifikasi pikiran dan perasaan mereka. Individu dapat membaca kembali apa yang mereka rasakan, memahami pola pikir mereka, serta mendapatkan jawaban bagaimana mereka harus merespons situasi yang sedang mereka hadapi ketika mengetikan perasaan mereka ke dalam chatbot.

Individu sering merasa terbantu setelah berbicara dengan AI karena AI dapat memberikan berbagai perspektif serta menyusun kembali informasi yang telah mereka sampaikan dengan sistematis. Ai juga dinilai memberikan saran berbasis data yang lebih objektif dan netral dibandingkan dengan percakapan dengan manusia yang cenderung subjektif.

2. Mengurangi Hambatan Komunikasi bagi Individu dengan Kecemasan Sosial

AI dinilai dapat menjadi perantara bagi mereka yang mengalami kecemasan sosial sebelum mereka mulai hubungan interpersonal dengan individu lain di dunia nyata. Interaksi dengan individu dapat mengekspresikan pikiran mereka tanpa harus menghadapi tekanan sosial yang nyata ketika berkomunikasi dengan AI. Hal ini dapat memberikan mereka ruang latihan yang lebih nyaman

3. Mendapatkan Gratifikasi dari Respons Instan dan Netral

AI memberikan respons yang cepat, objektif, dan tidak menghakimi. Hal ini memenuhi kebutuhan pengguna akan gratifikasi instan dan menghindari ketidakpastian sosial, seperti respons yang kurang mendukung atau penilaian negatif dari manusia. Penelitian menunjukkan bahwa pengguna merasa puas dengan efisiensi dan respons yang netral dari chatbot.

Maraknya penggunaan chatbot AI sebagai teman curhat digital tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Berikut adalah dampak negatif dari penggunaan chatbot AI sebagai teman curhat digital:

1. Menurunnya Interaksi Sosial dengan Manusia

Salah satu risiko utama terlalu sering berkomunikasi dengan chatbot AI adalah menurunnya interaksi sosial dengan manusia.chatbot memang dapat memberikan dukungan emosional, tetapi mereka tidak dapat menggantikan ke intens an dam kompleksitas dalam hubungan manusia yang autentik. Ketika seorang individu mulai nyaman berbicara dengan chatbot AI, mereka secara tidak sadar akan menghindari komunikasi di dunia nyata dan mengalami penurunan kemampuan dalam berinteraksi sosial. Hal tersebut membuat individu akan mengalami kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan sosial dalam kehidupan mereka.

2. Kurangnya Kedalaman Hubungan Emosional

Pada dasarnya chatbot AI hanya menirukan pola komunikasi yang telah diprogramkan sehingga memberikan jawaban yang terdengar empatik. Chatbot AI tetap tidak dapat menggantikan hubungan emosional yang terjalin dalam interaksi dengan manusia karena ia tidak memiliki emosi yang sebenarnya. Berinteraksi dengan chatbot AI terlalu sering justru menghambat perkembangan hubungan sosial yang sehat. Hubungan yang sehat ,melibatkan berbagai aspek yang tidak didapatkan dengan berinteraksi chatbot AI. Individu juga berkemungkinan akan merasa "kosong" karena tidak mendapatkan validasi emosional yang tulus dari orang lain. Keterbatasan AI dalam memahami intonasi dan bahasa tubuh membuat interaksi ini tidak sedalam hubungan antarmanusia.

3. Ketergantungan pada AI sebagai Tempat Curhat

Penggunaan chatbot AI sebagai tempat curhat terlalu sering dapat menimbulkan rasa kenyamanan. Mereka mulai bergantung pada chatbot, bahkan mungkin mulai menghindari komunikasi dengan manusia karena dianggap lebih rumit dan melelahkan. Beberapa studi bahkan menemukan bahwa pengguna aktif chatbot AI untuk curhat cenderung mengalami peningkatan rasa kesepian dan ketergantungan emosional.

Setelah mengulas berbagai sisi positif dan negatif dari tren curhat ke AI, chatbot AI menghadirkan solusi menjanjikan bagi mereka yang membutuhkan ruang aman untuk berefleksi. Respons instan dan netral yang ditawarkan AI memberikan kenyamanan yang sulit didapat dari interaksi manusia. Namun, ketergantungan pada AI berpotensi mengikis keterampilan sosial dan menciptakan ilusi hubungan emosional yang palsu. AI dengan segala kecanggihannya tidak akan pernah bisa menggantikan kedalaman emosional yang hanya ditemukan dalam hubungan antar manusia. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan AI secara bijak sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti utama interaksi sosial. Hubungan yang autentik dengan segala kompleksitasnya adalah kunci bagi kesehatan mental yang sejati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image