Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Analisa SWOT Bagian dari Upaya Meraih Pertolongan Allah

Agama | Wednesday, 09 Mar 2022, 08:22 WIB

Alkisah sebuah tim sepakbola terkenal dan disegani mengalami kekalahan telak dalam suatu pertandingan. Ironisnya, tim sepakbola yang mengalahkannya bukan tim sepak bola yang diunggulkan. Tentu saja keadaan ini selain mengherankan bagi para penggemar sepakbola, juga merupakan pertandingan yang membuat malu tim besar tersebut.

Usai pertandingan, meskipun ada pihak yang menyalahkan wasit dan mengumpat para supporter lawan, ketika tim sepakbola yang kalah tersebut sudah kembali ke markasnya, manajer tim dan pelatih segera melakukan evaluasi terhadap timnya. Evaluasi terhadap kesalahan yang dilakukan para pemain ketika di lapangan, kelemahan kesatuan tim ketika di lapangan, dan berbagai kelemahannya lainnya segera dilakukan.

Evaluasi ini dilakukan agar kelemahan segera diperbaiki dan kesalahan yang dilakukan selama bermain tidak lagi terulang dalam pertandingan berikutnya. Dalam evaluasi ini pun mereka menggali potensi atau kekuatan yang dimiliki agar dapat dikembangkan untuk menjadi kekuatan tim.

Edward Sallis (2006 : 221) dalam bukunya Total Quality Management in Education menyebutkan, dalam dunia manajemen dikenal sebuah analisa SWOT kependekan dari Strenghts (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan), Threats (ancaman). Analisa ini bertujuan untuk menemukan aspek-aspek kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sebuah tim atau organisasi juga untuk untuk mengetahui tantangan apa yang dihadapi sebuah tim atau organisasi dan mencari solusi cara menghadapinya

Tindakan evaluasi yang dilakukan tim sepakbola yang kalah tadi merupakan langkah analisa SWOT. Lebih banyak melakukan tindakan mengakui kelemahan dan kesalahan, menggali potensi atau kekuatan yang dimiliki seraya mempersiapkan diri agar mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang bisa diraih demi kesuksesan pada pertandingan berikutnya.

Evaluasi seperti yang dilakukan tim sepakbola tadi dengan menggunakan analisa SWOT sebenarnya dapat dilakukan terhadap diri kita sendiri. Sebab dalam menjalani kehidupan ini, kita pun layaknya sebuah kompetensi yang tentu saja banyak peluang yang sebenarnya dapat kita raih yang tentu saja tak bisa lepas dari adanya rintangan dan tantangan.

Sayangnya dalam menjalani kehidupan ini kita lebih senang mencari kambing hitam ketika kegagalan atau musibah menimpa daripada melakukan analisa terhadap kelemahan dan kesalahan yang telah kita lakukan.Alih-alih melakukan analisa SWOT kita malah sering bertindak "SEWOT" alias gusar dan menggerutu menyalahkan nasib dan takdir

Kata-kata “kalau bukan karena anu, tidak bakalan begini” atau “seandainya tidak berbuat begini, tidak bakalan begini” sering meluncur dari lidah kita. Malahan, masih banyak lagi kata-kata “seandainya” yang dituduh sebagai penyebab kegagalan atau musibah yang menimpa kita.

“Jika suatu musibah menimpamu, janganlah kamu berkata, ‘sekiranya aku berbuat demikian, tentulah akan kudapatkan demikian dan demikian.’ Tetapi katakanlah, ‘sudahlah ini takdir Allah, dan apa saja yang Dia kehendaki pasti itulah yang terjadi’. Sebab ucapan seandainya dan seandainya itu dapat membuka (pintu masuk) syetan.” (H. R. Muslim).

Lebih dari itu, mencari kambing hitam bukanlah langkah bijaksana. Ia tidak akan dapat menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi. Disamping itu, sikap tersebut menunjukkan adanya kesombongan yang terdampar dalam hati kita. Merasa diri tak punya kesalahan, kelemahan, dan kekurangan. Merasa diri serba “wah” adalah sikap takabur.

Ketakaburan itulah yang sebenarnya merupakan penyebab utama kegagalan yang menimpa kita. Bukankah Rasulullah saw mengatakan, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang tawaduk serta akan merendahkan derajat orang-orang yang takabur?

Imam Ibrahim al-Khawasi, seorang ulama sufi pernah menerima teguran dari seorang kakek, tatkala suatu kegagalan menimpanya.

“Janganlah terlalu cepat mengambil keputusan, apalagi dengan mencari kambing hitam. Periksalah keadaan dirimu! Berusahalah meraih hikmah yang ada di balik musibah atau kegagalan. Jadikanlah kegagalan atau musibah sebagai obat yang akan menyembuhkan penyakit yang tengah kita derita. Jika kita mau merenunginya, banyak sekali hikmah yang terkandung di balik suatu kegagalan atau musibah.”

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q. S. 2 : 216).

“Demi Allah. Tak ada satu kesulitan pun yang menimpa diri kamu, hanya pastilah Allah membukakan untuk kamu jalan keluarnya. Di samping itu, memberikan pula berkah-Nya untuk kaum muslimin.” (H. R. Muslim).

Kita harus belajar jujur mengakui kelemahan diri. Kegagalan yang menimpa adalah sebagian dari kelemahan kita. Bukankah sekuat-kuatnya manusia, pada suatu saat akan dikalahkan oleh kelemahannya sendiri?

Tak ada makhluk yang perkasa dan kekal di dunia ini. Hanya Allah Yang Mahakekal dan Maha Perkasa. Selain Allah, fana dan akan rusak binasa.

Mengakui kelemahan diri, berarti mengakui ketidakberdayaan dalam melakukan sesuatu. Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Tak ada keberdayaan dalam melakukan sesuatu, kecuali dengan pertolongan Allah.

Mengakui ketakberdayaan diri, mengakui kelemahan kekuatan yang dimiliki, seraya dalam diri menggebu-gebu keinginan meraih cita-cita yang diidamkan, secara tidak langsung merupakan langkah analisa SWOT. Sayangnya, kita lebih sering mengucapkannya secara verbal dan tidak mengaktualisasikannya dalam sebuah tindakan nyata. Pertolongan Allah akan segera tiba manakala keinginan secara verbal yang diwujudkan dalam ucapan doa diiringi dengan usaha keras mewujudkan apa yang kita inginkan.

Sangatlah penting sekali bagi kita untuk melakukan introspeksi dan mengakui kelemahan diri kita sendiri. Dengan mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan diri, kita akan selalu bergantung kepada pertolongan dan kekuatan yang diberikan Allah Swt, sehingga timbul suatu keyakinan, apabila kita melakukan sesuatu tak akan takut gagal, sebab Allah yang akan menolong dan menentukan keberhasilannya.

Dalam mengakui kelemahan diri sebagai bagian upaya meraih pertolongan Allah, Syaikh Ibnu ‘Athaillah, seorang ulama sufi, dalam kitabnya Al Hikam menngatakan, “tampakkanlah sifat-sifat kamu, Ia pasti membantumu dengan sifat-sifat-Nya, tampakkanlah kehinaanmu, Ia pasti membantumu dengan keagungan-Nya, tampakkan kelemahanmu, Ia pasti membantumu dengan kekuasaan-Nya. Tampakkan ketidakberdayaanmu, Ia pasti membantumu dengan kekuatan-Nya.”

Ilustrasi : Analisa SWOT (sumber gambar : https://conductual.es)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image