Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jaja Jamaludin

Pergantian Menteri Keuangan: Dari Disiplin ke Pertumbuhan

Kolom | 2025-09-10 07:06:28

Pergantian Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan terasa seperti perubahan arah angin yang tiba-tiba. Sri Mulyani, yang selama ini dianggap wajah ketegasan fiskal Indonesia, harus meninggalkan kursinya hanya dengan pemberitahuan singkat. Reaksi pasar pun langsung terasa: rupiah melemah, saham tertekan, dan investor gelisah. Seakan-akan mereka sedang bertanya, “Akan ke mana kapal besar bernama Indonesia ini diarahkan selanjutnya?”

Selama menjabat, Sri Mulyani selalu berdiri di garda depan menjaga disiplin keuangan negara. Baginya, angka defisit bukan sekadar hitungan di atas kertas, melainkan simbol tanggung jawab lintas generasi. Dengan keteguhannya, Indonesia berhasil menjaga batas defisit sekitar 3% PDB, bahkan di tengah badai krisis global dan pandemi. Ia meyakini, stabilitas jangka panjang adalah fondasi agar ekonomi bisa berdiri tegak.

Purbaya Yudhi Sadewa datang dengan semangat yang berbeda. Latar belakangnya sebagai ekonom dan mantan Ketua LPS membuatnya terbiasa berpikir praktis, lugas, dan solutif. Purbaya percaya bahwa Indonesia tidak boleh berlama-lama berada dalam zona nyaman. Ia menargetkan pertumbuhan 6–7% dalam waktu dekat, bahkan berani bermimpi sampai 8% di masa depan. Untuk itu, ia membuka ruang fiskal lebih longgar: belanja negara ditingkatkan, investasi digerakkan, program sosial diperbesar. Singkatnya, ia memilih jalur percepatan.

Di titik inilah terlihat jelas perbedaan mazhab. Sri Mulyani adalah penjaga ketertiban fiskal—ia berdiri di sisi kehati-hatian. Sementara Purbaya adalah pendorong pertumbuhan—ia percaya percepatan bisa membawa kepercayaan. Perubahan ini membawa harapan sekaligus kecemasan. Harapan bahwa Indonesia bisa melesat lebih cepat, namun juga kecemasan bahwa fondasi keuangan negara bisa terguncang jika langkah diambil terlalu berani.

Pergantian ini sesungguhnya lebih dari sekadar pergantian nama. Ia mencerminkan pergulatan klasik dalam pengelolaan negara: antara menjaga yang sudah ada atau mengejar yang lebih besar, antara disiplin yang menenangkan dan pertumbuhan yang menggairahkan. Sejarah akan menilai, apakah arah baru ini benar-benar mampu membawa Indonesia menuju lompatan ekonomi, atau justru membuka celah kerentanan baru.

Pada akhirnya, rakyatlah yang akan merasakan dampaknya. Di meja makan keluarga, di harga kebutuhan pokok, di kesempatan kerja yang tersedia. Karena pada dasarnya, kebijakan fiskal bukan sekadar hitungan angka, tetapi tentang kehidupan sehari-hari jutaan orang.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image