Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ananda Rizky Prawiranegara

Diktator Kampus ala Soeharto Kecil dan Ketakutan Massal Terhadap Cipayung

Eduaksi | 2025-09-07 13:37:05
Karikatur By: Canva.com

Bayangkan kampus sebagai republik mini. Ada presidennya (BEM), ada DPR-nya (BLM), ada lembaga yudikatifnya (dosen killer), dan tentu saja ada aparatnya, senior-senior sok jagoan yang tugas utamanya menakut-nakuti adik tingkat. Nah, di republik ini, ada satu hukum tak tertulis, “Rakyat dilarang gabung organisasi eksternal, apalagi Cipayung.”


Alasannya macam-macam. Mulai dari “bahaya dicuci otak” sampai “nanti kamu dipolitisasi.” Padahal, kalau pakai logika sederhana, Cipayung itu nggak lebih serem dari jadi panitia PKKMB yang disuruh berdiri dari jam 5 pagi sampai malam tanpa makan layak. Kalau itu nggak dianggap perbudakan politik, saya nggak tahu lagi definisi politik macam apa yang mereka anut.


Senior-senior ini persis kayak rezim diktator kecil. Mereka takut kehilangan rakyatnya. Kalau semua maba pindah “kewarganegaraan” ke Cipayung, siapa yang mau jadi tim hore pas pemilihan ketua himpunan? Siapa yang mau disuruh fotokopi proposal tanpa dibayar? Siapa yang mau disuruh jaga stand ormawa sampai jam 5 pagi? Bayangkan, tenaga kerja murah itu hilang! Tentu ancaman serius bagi stabilitas republik kampus.


Makanya mereka bikin propaganda: “Jangan ikut ormawa eksternal, nanti masa depanmu hancur!” Padahal yang ngomong, skripsinya aja belum kelar, IPK mepet, masa depan masih penuh tanda tanya. Ini ironinya, masa depan orang lain diceramahi oleh orang yang masa depannya sendiri nyungsep.


Lebih kocak lagi, mereka menuduh organisasi eksternal sebagai alat kepentingan politik. Padahal, di level kampus, mereka juga main politik. Intrik rebutan kursi, koalisi himpunan, bahkan kadang deal-dealan sama dosen. Bedanya, politik mereka receh, nggak lebih besar dari lingkaran food baru depan kampus.


Jadi, kalau ada senior sok diktator melarang masuk Cipayung, jangan takut. Anggap saja itu orasi terakhir penguasa yang ketar-ketir karena rezimnya sebentar lagi tumbang. Bukan karena kamu berbahaya, tapi karena mereka sadar, rakyatnya sudah pintar, dan mereka tinggal menunggu jadi diktator pensiunan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image