Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muliadi Saleh

Apalah Aku Ini Tanpamu, Ya Allah

Sastra | 2025-09-02 19:56:33

Oleh : Muliadi Saleh

Apalah aku ini, ya Allah

Jangankan menghadap,

memalingkan wajah ke arah-Mu pun aku tak pantas.

Menyebut nama-Mu saja membuat lidah ini gemetar,

seperti daun kering disentuh angin malam.

Bagaimana aku harus bercakap dengan-Mu,

sementara aku hanyalah segenggam debu,

sementara Engkau adalah Lautan Cahaya yang tak terhingga?

Langkah ini berat, ya Allah,

kaki seakan terikat lumpur dosa,

mata beku oleh kabut lalai,

lidah kelu oleh noda.

Bagaimana mungkin aku mendekat,

sementara jarak antara hamba dan Tuhannya

adalah samudra tak terukur?

Bagaimana aku bisa mengucap niat,

membaca Al-Fatihah,

rukuk dan sujud,

sementara semua itu hanya sah

jika Engkau mengizinkan?

Ya Allah

Aku malu.

Aku terlalu hina untuk mendekat,

namun terlalu rindu untuk menjauh.

Aku ingin menegakkan kepala,

tapi leher ini lumpuh oleh rasa rendah.

Aku ingin bersuara,

tapi tenggorokan ini tersumbat rasa tidak layak.

Maka aku berkata:

Ya Rasulullah, ya Habibullah,

wahai Muhammad yang Engkau cintai,

peluk aku dalam doa-Mu.

Pinjami aku suaramu,

agar aku layak berbicara kepada Tuhanku.

Pinjami aku wajahmu,

agar aku pantas menghadap ke arah-Nya.

Pinjami aku dirimu,

agar aku dapat dekat pada-Nya.

Sebab aku tahu,

Engkau adalah rahmat bagi semesta alam,

cahaya yang memantulkan cahaya,

jalan yang menghubungkan kami

dengan Dia yang Maha Tinggi.

Tanpa Engkau,

kami tersesat dalam gelap,

tak tahu arah,

tak mampu menyebut nama Allah

tanpa rasa takut yang membakar.

Ya Rasulullah

Engkau yang menanggung derita umatmu,

hingga punggungmu luka dalam sujud panjang.

Engkau yang berdoa dengan tangis,

“Ummati, ummati, ummati ”

Engkau yang meneteskan air mata

bukan untuk dirimu,

melainkan untuk kami—

kami yang penuh noda,

kami yang penuh salah,

kami yang masih berani mengaku umatmu

padahal jauh dari akhlakmu.

Maka, ya Nabi,

pinjamkan aku cintamu,

pinjamkan aku doamu,

pinjamkan aku sujudmu,

agar sujudku pun ikut Engkau bawa ke hadapan Allah.

Aku tahu,

tanpa Engkau, aku hanyalah bayang,

tanpa Engkau, aku hanyalah arang hitam

yang tak bisa menyala jadi api.

Ya Allah,

aku ingin menjadi Muhammad—

bukan tubuhnya,

bukan gelarnya,

tapi akhlaknya.

Aku ingin menyalakan nur di hatiku,

meski hanya secercah dari sinar agung itu.

Aku ingin menjadi pecahan cermin

yang meski kecil, tetap memantulkan cahaya Sang Nabi.

Apalah saya ini, ya Allah

Aku hanyalah titik kecil di bentangan langit-Mu.

Tapi jika Engkau izinkan,

biarlah titik ini bersinar oleh pantulan cinta Muhammad.

Biarlah aku hanyut dalam syafaatnya,

biarlah aku tenggelam dalam rindunya,

biarlah aku mati dalam pangkuan doanya.

Ya Rasulullah

Peluk aku.

Peluk aku dengan salam sejahteramu.

Biarlah aku luluh dalam kasihmu.

Biarlah aku lenyap dalam cahayamu.

Sebab hanya dengan itu aku bisa berani,

menyebut nama Allah,

menyebut nama Muhammad,

tanpa takut,

tanpa malu,

hanya dengan rindu yang membakar jiwa.

Doa Penutup: Rindu yang Tak Pernah Padam

Ya Allah

Jika langkah ini terlalu lemah untuk menapak,

maka tuntun aku dengan cahaya Nabi-Mu.

Jika lisanku terlalu kotor untuk berdoa,

maka sucikan ia dengan selawat atas Muhammad.

Jika hatiku terlalu keras untuk mencintai,

maka lembutkan ia dengan cinta kepada Rasul-Mu.

Aku tidak meminta banyak, ya Allah,

aku tidak berani berharap surga penuh keindahan,

aku tidak berani menuntut nikmat yang tak terhingga.

Yang aku mohon hanyalah satu:

jangan pisahkan aku dari Muhammad.

Biarlah aku haus, asal dekat dengan telaganya.

Biarlah aku hina, asal tersenyum padaku wajahnya.

Biarlah aku penuh dosa, asal ditutup dengan syafaatnya.

Ya Allah

Izinkan aku menatap wajah kekasih-Mu,

di saat seluruh wajah manusia tertunduk.

Izinkan aku mendengar suara panggilannya,

di saat seluruh lidah kelu tak bisa bersuara.

Izinkan aku menggenggam tangannya,

di saat seluruh tangan gemetar oleh takut dan resah.

Sebab apalah arti hidup,

jika tidak diakhiri dengan cinta Muhammad?

Apalah arti ibadah,

jika tidak diterima karena doa Muhammad?

Apalah arti mati,

jika tidak dibangkitkan bersama umat Muhammad?

Ya Allah

Dengan nama-Mu yang agung,

dengan kasih-Mu yang tiada bertepi,

dengan rahmat-Mu yang meliputi segalanya,

izinkan aku mati dalam selawat,

dibangkitkan dalam syafaat,

dan hidup abadi dalam pelukan Muhammad.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image