Artificial Intelligence dalam Dunia Medis: Menggantikan atau Membantu Dokter?
Teknologi | 2025-09-01 10:39:15Di era digitalisasi ini, seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan teknologi makin pesat. Salah satu produk teknologi yang tidak asing terdengar di telinga kita adalah AI (Artificial Intelligence) yang tentunya saat ini banyak sekali digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari usia anak sekolah hingga dewasa tentunya sudah sangat familier dengan AI ini. Bahkan, di berbagai informasi, disebutkan bahwa AI ini tidak hanya mempermudah, tetapi justru menggantikan berbagai pekerjaan manusia. Saya, sebagai mahasiswa kedokteran menyimpan pertanyaan di benak saya, apakah teknologi yang canggih ini dalam beberapa tahun kedepan berpotensi menggantikan posisi pekerjaan yang sedang saya perjuangkan ini?
Beberapa contoh di belahan dunia, Artificial Intelligence sudah memberi perubahan dalam bidang kesehatan terutama meningkatkan akurasi diagnosis dan efisiensi pelayanan medis. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam The Lancet Digital Health pada tahun 2023, teknologi kecerdasan buatan berbasis deep learning menunjukkan kemampuan mendeteksi kanker payudara melalui mammogram dengan tingkat akurasi mencapai 96%. Angka ini melampaui tingkat akurasi dokter radiologi manusia yang berada di kisaran 85 hingga 90%.
Kemajuan AI memang memberi manfaat dalam berbagai sektor, salah satunya dalam kesehatan. Sistem berbasis AI kini dapat digunakan untuk membantu dokter menentukan diagnosis dengan analisis citra medis dan membaca hasil laboratorium. Selain itu beberapa aplikasi berbasis AI dapat digunakan pasien untuk mendapat informasi terkait pencegahan penyakit, hingga pemantauan kondisi jarak jauh pasien. Karena kemampuan AI untuk menjawab secara cepat, AI dapat digunakan untuk mengakses informasi kesehatan bagi masyarakat yang berada jauh dari tempat pelayanan kesehatan untuk melakukan konsultasi dini.
Sebagai mahasiswa, saya merasa bahwa AI membantu beberapa proses belajar. Kemampuan otomatisasi dan analisis cepat yang dimiliki AI membuat kita bisa mendapat suatu informasi secara cepat. Namun, dalam hal ini, saya memandang bahwa AI bukan satu-satunya alat yang dapat diandalkan, tetapi sebagai alat bantu karena kita harus meninjau keakuratan informasi dari AI.
Namun, di setiap kelebihan yang diberikan, pasti ada kekurangan yang dapat menjadi risiko. AI bekerja sangat bergantung pada data dan tidak bisa untuk kerja sendiri. Apabila data yang dimasukkan tidak akurat, maka hasil yang keluar bisa berpotensi tidak tepat. Selain itu, AI masih memiliki tingkat ambiguitas yang di mana algoritma yang digunakan masih berpotensi menghasilkan perbedaan dari identifikasi data. Dalam dunia medis, kesalahan diagnosis dapat berakibat fatal, karena di sini yang kita hadapi adalah nyawa manusia, bukan sekadar mesin atau alat.
Selain itu, ada aspek etika yang sangat penting. Keamanan dan privasi data pasien merupakan hal yang harus dijaga. Sementara itu, keamanan cyber di AI masih lemah, sehingga isu kebocoran data atau penyalahgunaan data masih rawan.
AI tidak bisa menggantikan sentuhan kemanusiaan yang diberikan oleh dokter. Pasien tidak hanya butuh untuk diobati dan diberi diagnosis, tetapi juga butuh empati untuk didengar. Tenaga medis, halam hal ini dokter akan melakukan berbagai pendekatan holistik yang tidak bisa digantikan oleh AI sepenuhnya. Dukungan ini mencakup berbagai aspek seperti dukungan spiritual, sosial, kultural, psikologis, dan biologis. Hal ini juga bertujuan untuk meredakan emosional pasien sehingga akan mndorong untuk mengembalikan fungsi tubuh pasien ke keadaan sehat.
Saya melihat bahwa AI bukan sebagai ancaman yang dapat menggantikan dokter sepenuhnya, tetapi untuk beradaptasi dengan perkembangan digital. Berbagai manfaat yang dimiliki AI dapat digunakan sebagai pengembangan sistem kesehatan ke arah yang lebih akurat. Hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan kolaborasi antara dokter dengan AI untuk meningkatkan aspek akurasi dan efisiensi..
AI memiliki kemampuan untuk membantu kita memahami persoalan yang rumit, memberikan rekomendasi sumber data, atau mendeteksi suatu hal kompleks untuk membantu pengamatan manusia. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan tenaga ahli yang tidak hanya mengandalkan data, tetapi juga kondisi dan empati..
Sebagai mahasiswa, kita harus peka terhadap perkembangan teknologi, sehingga kita dapat mengembangkan skill sekaligus berkolaborasi dengan produk-produk teknologi. Dengan begitu, kita dapat menjadi calon tenaga medis yang baik di era digital.
Oleh karena itu, kita sebaiknya bisa memanfaatkan teknologi AI secara bijak. Kita tidak boleh mengandalkan AI sepenuhnya, tetapi kita bisa memanfaatkan AI sebagai peluang untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan skill sesuai dengan perkembangan zaman. Kita harus bisa menghadapi tantangan masa depan dengan selalu siap untuk beradaptasi dan berkembang. Dengan ini, harapannya kualitas pelayanan kesehatan makin bagus dan merata sehingga kesejahteraan masyarakat bisa meningkat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
