Dari Mantra ke Medis: Saatnya Keluarga Percaya pada Kompetensi Perawat
Hospitality | 2025-08-31 17:18:47
Tahun lalu, tetangga saya mengalami sakit yang dianggap tidak wajar. Banyak orang di sekitar kami menyarankan agar dia berobat ke dukun, di desa saya dukun di sebut sebagai orang pintar. Tetangga saya dan keluarganya pun menuruti saran tersebut. Namun, bukannya membaik, kondisinya justru semakin memburuk. Barulah kemudian dia memutuskan untuk pergi ke klinik dan berkonsultasi dengan perawat, Setelah diperiksa secara menyeluruh, perawat segera merujuk ke rumah sakit karena mencurigai ada masalah yang serius. Di rumah sakit, dokter mendiagnosis bahwa dia mengidap kanker otak. Meskipun sudah menjalani pengobatan medis selama beberapa bulan, akhirnya dia meninggal dunia. Perawat yang menangani sebelumnya mengatakan bahwa keterlambatan dalam mendapat penanganan medis yang tepat turut memperparah kondisinya. Jika saja dari awal dia berkonsultasi dengan perawat di klinik, mungkin kondisinya bisa terdeteksi lebih dini.
Banyak keluarga di Indonesia yang masih percaya akan hal mistis. Bahkan di dalam bidang kesehatan terutama pengobatan masih banyak keluarga yang lebih percaya dukun dibandingkan tenaga kesehatan terutama perawat. Perawat sering diragukan akan kompetensi yang di miliki. Seringkali perawat di indonesia dianggap sebagai asisten dokter dan kompetensi yang dimiliki dipandang sebelah mata, padahal perawat adalah tenaga kesehatan profesional yang menempuh pendidikan akademis, berbekal ilmu, keterampilan, dan kode etik.
Perawat Lebih dari Sekedar Asisten Dokter
Salah satu penyebab utama masalah ini adalah kesalahpahaman masyarakat tentang profesi keperawatan. Perawat bukan "Asisten dokter" yang tugasnya hanya menyuntik dan mengukur tekanan darah. Seorang perawat menempuh pendidikan minimal 4 tahun dengan kurikulum yang mencakup anatomi, farmakologi, patofisiologi, dan berbagai ilmu medis lainnya. Mereka juga harus lulus ujian kompetensi nasional sebelum mendapat izin praktik. Berbeda dengan dukun yang mengandalkan ilmu warisan dari leluhurnya.
Sistem pendidikan keperawatan di indonesia bahkan telah di akui WHO dan sudah terstandar internasional. Perawat wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk mengupgrade pengetahuan mereka sesuai perkembangan ilmu medis terkini. Bandingkan dengan dukun yang sering kali tidak memiliki sistem evaluasi atau update pengetahuan terstandar.
Mantra Memberi Sugesti, Medis Memberi Bukti
Tidak dapat disangkal bahwa mantra atau pengobatan non medis sering kali memberi rasa tenang, terutama saat sedang sakit. Namun, ketenangan yang tidak didukung oleh dasar ilmiah saja tidak cukup untuk menyembuhkan penyakit. Perawatan medis beroperasi berdasarkan bukti, penelitian, dan prosedur yang telah teruji. Perawat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip praktik berbasis bukti (SOP), yang berarti bahwa setiap tindakan didasarkan pada penelitian dan standar internasional.
Keluarga harus menyadari bahwa kesehatan bukanlah sesuatu yang bisa dispekulasikan. Taruhannya adalah hidup dan mati. Memilih layanan medis dan mempercayakan perawatan yang tepat berati memilih kepastian , keamanan, dan harapan pemulihan yang lebih rasional.
Keluarga Sebagai Mitra, Bukan Penghambat
Ketidakpercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan terutama perawat sering kali berakar pada komunikasi yang buruk dan kurangnya edukasi. Sebuah penelitian di Journal Of Family Nursing menunjukkkan bahwa keterlibatan keluarga yang posistif dalam perawatan dapat meningkatkan tingkat kesembuhan pasien. Jadi, keluarga merupakan faktor kunci dalam proses penyembuhan pasien. Dukungan moral, kepercayaan pada tenaga kesehatan, dan kepatuhan terhadap instruksi perawat sangat memengaruhi hasil perawatan. Sebaliknya keraguan atau bahkan menolak terhadap intervensi medis dapat menghambat proses penyembuhan.
Ketika keluarga menaruh kepercayaan penuh kepada perawat, lingkungan perawatan akan menjadi lebih kondusif. Pasien merasa lebih aman, perawat dapat bekerja dengan optimal, dan komunikasi antara tim medis dan keluarga menjadi lebih terbuka. Kepercayaan inilah yang menjadi jembatan penting dalam upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Menjawab Keraguan Yang Berkembang
"Tapi nenek moyang kita sudah mengonsumsi jamu selama berabad-abad dan sehat-sehat saja"
Kita hanya mendengar cerita mereka yang selamat, bukan mereka yang meninggal akibat pengobatan yang salah. Selain itu, tantangan kesehatan masa kini jauh lebih kompleks dibandingkan zaman dulu. Diabetes, hipertensi, dan kanker memerlukan penangan medis yang presisi, bukan sekedar ramuan herbal.
"Obat kimia berbahaya, herbal lebih aman"
Semua obat, termasuk herbal, adalah kimia. Perbedaannya, obat modern telah melalui uji klinis ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. Sementara banyak obat herbal yang beredar tanpa standar kualitas yang jelas.
"Perawat kan Cuma menjalankan intruksi dokter"
Perawat memiliki kewenangan mandiri dalam aspek perawatan, mulai dari pengkajian kondisi pasien, perencanaan asuhan keperawatan, hingga evaluasi hasil perawatan. Dalam situasi gawat darurat, perawat bahkan dapat melakukan tindakan life saving sebelum dokter datang.
Jalan Menuju Transformasi
Transformasi dari mantra ke medis memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak yaitu pemerintah, perawat, dan keluarga.
- Pemerintah perlu mengintensifkan kampanye edukasi kesehatan berbasis komunitas. Program posyandu dan puskesmas harus diperkuat dengan tenaga perawat yang memadai. Regulasi praktik pengobatan tradisional juga diperketat untuk melindungi masyarakat dri praktik yang berbahaya.
- Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan harus meningkatkan kemampuan komunikasi dan empati. Mereka perlu memahami latar belakang budaya pasien tanpa mengkompromikan standar medis. Seorang perawat yang baik tidak menghakimi keluarga yang masih percaya akan pengobatan non medis, tetapi secara perlahan mengedukasi mereka dengan pendekatan yang respectful.
- Keluarga perlu membuka diri terhadap informasi medis yang akurat. Ini tidak berati harus meninggalkan semua tradisi, tetapi belajar membedakan mana yang aman dikombinasikan dengan pengobatan medis dan mana yang berpotensi berbahaya.
Menuju Indonesia Sehat 2030
Jika keluarga masih percaya pada pengobatan yang ditangani dukun dibandingkan pengobatan yang ditangani tenaga kesehatan terutama perawat, hal ini akan menghambat visi Indonesia yaitu "indonesia sehat 2030". Perawat, dengan kompetensi dan empati yang mereka miliki, adalah kunci dalam transformasi ini, mereka bukan hanya penyedia layanan kesehatan, tetapi juga educator untuk keluarga indonesia.
Kesehatan adalah hak dasar yang tidak boleh dipertaruhkan dengan praktik yang tidak terbukti. Sudah saatnya kita memberikan kepercayaan penuh pada perawat yang telah membuktikan kompetensisnya melalui ilmu pengetahuan, bukan kepada dukun yang haya mengandalkan klaim tanpa bukti.
Mari bersama-sama membangun Indonesia yang percaya pada kompetensi, berbasi pada evidensi, dan mengutamakan keselamatan. Dari mantra ke medis, untuk masa depan yang lebih sehat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
