Maju Bersama dan SETARA: Pasca Kegiatan PTKIS di Asia Tenggara, Dorong Kolaborasi Global Lewat Riset dan Publikasi
Info Terkini | 2025-08-28 20:07:28
Osaka – Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di seluruh Indonesia kini bergerak lebih jauh untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian. Ini menjadi isu sentral dalam sebuah simposium yang dihadiri oleh para pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Swasta di Asia Tenggara (3-7 Agustus 2025). Acara yang baru saja usai ini menandai babak baru kolaborasi di antara institusi-institusi keagamaan Islam di kawasan tersebut, khususnya dalam hal penerbitan ilmiah, riset kolaboratif, dan pengembangan program pendidikan pascasarjana.
Ismail Suardi Wekke yang turut dalam diskusi malam ini, Kamis, 28 Agustus 2025, saat ini berada di Osaka dalam rangka Summer School in Japan. “Sekalipun ada di Osaka (Jepang), tetap saja sebuah peluang untuk bersama-sama dengan adanya platform online,” kata Ismail.
Simposium Sebagai Landasan Kolaborasi
Simposium yang digagas oleh APTIKIS (Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta) ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan sebuah platform strategis untuk merumuskan langkah konkret. Para rektor dan petinggi universitas dari Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, dan Filipina berdiskusi intensif tentang tantangan dan peluang yang dihadapi oleh PTKI di era globalisasi. Salah satu poin penting yang mengemuka adalah bagaimana meningkatkan daya saing global melalui peningkatan kualitas riset dan publikasi.
“Pendidikan tinggi keagamaan Islam di Asia Tenggara memiliki potensi besar untuk menjadi pusat keunggulan global,” ujar Ismail Suardi Wekke, akademisi terkemuka yang hadir dalam acara tersebut. “Namun, potensi ini hanya bisa direalisasikan jika kita bekerja sama, saling bertukar pengetahuan, dan membangun jaringan yang kuat. Kolaborasi ini harus melampaui batas-batas nasional. Hal ini harus menjadi fondasi bagi kita untuk bisa bersaing di tingkat global, bukan hanya di tingkat kawasan.”
Pernyataan tersebut mencerminkan semangat yang menjadi benang merah dalam seluruh diskusi. Para peserta sepakat bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan umum, seperti keterbatasan anggaran riset, minimnya jumlah publikasi di jurnal-jurnal bereputasi internasional, dan kesenjangan kualitas antara institusi.
Publikasi Sebagai Salah Satu Utama
Salah satu tindak lanjut paling signifikan dari simposium ini adalah inisiasi program penerbitan kolaboratif. PTKIS di Indonesia dan mitra mereka di luar negeri akan menerbitkan artikel di jurnal-jurnal bersama yang dikelola oleh tim editor dari berbagai negara. Tujuannya adalah untuk menjadi platform kolaborasi internasional dan juga mengikhtiarkan proses akreditasi perguruan tinggi.
Sebagai langkah awal, sebuah jurnal baru yang berfokus pada studi Islam kontemporer di Asia Tenggara akan diluncurkan. Jurnal ini akan menjadi platform utama untuk mempublikasikan hasil-hasil riset tentang isu-isu strategis, seperti pendidikan Islam di era digital, peran moderasi beragama, dan kontribusi ekonomi syariah dalam pembangunan kawasan.
Selain itu, para peserta juga sepakat untuk menyusun buku-buku ajar dan monograf yang ditulis secara bersama-sama oleh para pakar dari berbagai institusi. Ini diharapkan dapat menciptakan kurikulum yang lebih komprehensif dan relevan dengan dinamika global.
Prof. Dr. Azhar Jaafar, direktur pusat studi di UCYP University (Malaysia), menyatakan bahwa program ini juga akan membantu para peneliti muda. “Seringkali, peneliti kita kesulitan menembus jurnal-jurnal top dunia karena persaingan yang ketat. Dengan adanya jurnal kolaboratif ini, kita membangun ekosistem yang mendukung mereka untuk mengembangkan kualitas tulisan mereka, sekaligus memperluas jaringan keilmuan mereka,” jelasnya.
Kerja Sama Penelitian dan Program Pascasarjana
Selain penerbitan, kerja sama dalam bidang penelitian dan pendidikan pascasarjana juga menjadi fokus utama. Simposium ini berhasil menelurkan beberapa kesepakatan penelitian bersama (joint research) yang akan segera diimplementasikan. Topik-topik yang akan diteliti mencakup isu-isu krusial seperti ekstremisme dan radikalisme, tantangan pendidikan Islam di era kecerdasan buatan, serta peran lembaga wakaf dalam mengatasi kemiskinan.
Penelitian-penelitian ini akan melibatkan tim lintas-negara, memungkinkan pertukaran data, metodologi, dan perspektif. Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan yang lebih kaya dan relevan dengan konteks regional. Peluang pendanaan bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga filantropi, juga sedang dieksplorasi untuk memastikan keberlanjutan proyek-proyek ini.
Di sisi lain, disepakati pula program pertukaran mahasiswa dan dosen pascasarjana. Ini akan memungkinkan para mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di universitas mitra di negara lain, serta melakukan penelitian lapangan yang lebih mendalam. Program joint-degree dan double-degree juga sedang dalam tahap finalisasi. Ini merupakan langkah strategis untuk menciptakan lulusan yang memiliki pemahaman global dan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja internasional.
Menurut Dr. Shukri Langputeh, seorang pakar dari Thailand, program pertukaran ini merupakan langkah bagus. “Melalui interaksi langsung, para mahasiswa dan dosen akan mendapatkan perspektif yang lebih luas dan memahami kompleksitas isu-isu keagamaan dan sosial dari sudut pandang yang berbeda. Ini adalah esensi dari pendidikan tinggi yang berorientasi global,” katanya.
Masa Depan PTKIS di Asia Tenggara
Tindak lanjut dari simposium ini menunjukkan komitmen kuat dari para pemimpin PTKI di Asia Tenggara untuk melampaui batas-batas tradisional. Dengan fokus pada kolaborasi riset, publikasi, dan program pendidikan, mereka berupaya menjadikan institusi mereka tidak hanya sebagai pusat pembelajaran agama, tetapi juga sebagai pusat keilmuan Islam yang inovatif dan relevan secara global.
Langkah-langkah konkret yang dihasilkan dari simposium ini diharapkan menjadi cetak biru bagi PTKI untuk menghadapi masa depan yang semakin kompleks. Dengan bersatu dan berkolaborasi, mereka siap untuk memainkan peran yang lebih besar dalam membentuk masa depan pendidikan Islam di kawasan ini dan di seluruh dunia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
