8 Ciri Artikel Hasil AI
Teknologi | 2025-08-26 21:18:21Beberapa hari yang lalu saat saya berkunjung ke kolom salah satu kontributor salah satu platform blog... Belum juga saya membaca kalimat pembukanya, saya langsung menyadari kalau tulisan itu adalah hasil Ai (dugaan saya ChatGPT) meski belum membacanya. Bagaimana saya bisa seyakin itu?
Jadi, gini...
Pernah nggak sih kamu baca tulisan seseorang, lalu hati kecilmu bilang, “Hmm... ini sih kayaknya bukan dia yang nulis deh.” Entah kenapa, bahasanya terasa terlalu rapi, terlalu netral, terlalu... generik.
Seolah-olah bukan ditulis manusia biasa yang punya perasaan, tapi kayak “sesuatu” yang kerjaannya memang dari lahir nulis tanpa pernah capek, tanpa ada satupun typo, dan kesannya... terlalu sempurna.
Yup, mungkin aja itu tulisan hasil (bantuan) ChatGPT, atau tools AI lainnya. Nggak salah sih sebenarnya, apalagi kalau kita pakai dengan bijak. Tapi di beberapa kasus, kadang tulisan AI ini punya jejak-jejak kecil yang bikin orang bisa nebak kalau “itu pasti hasil ChatGPT!”
Cerita sedikit pengamatanku sebagai pembaca dan penulis juga. Sebenarnya ada beberapa ciri khas tulisan yang diduga hasil AI, yang emang sering banget muncul. Bukan buat nyinyir ya, tapi lebih ke pengingat kecil aja, biar kita bisa lebih hati-hati kalau lagi pakai bantuan teknologi buat bikin tulisan.
1. Ada Tanda “---” yang Bikin Dahi Berkerut
Salah satu jejak paling gampang dikenali adalah penggunaan tanda “—” yang kalau di copy-paste ke teks editor platform itu bakal jadi kaya gini: ---.
Tanda “—” ini namanya “em dash” yang sering banget dipakai secara berlebihan oleh AI.
Buat sebagian orang, tanda baca ini memang sangat berguna untuk mengurangi pemakaian koma di mana-mana, dan ini mungkin terlihat keren atau bisa menambah efek dramatis. Tapi kalau udah muncul terus-menerus di setiap paragraf, jangan-jangan...
Apalagi buat kita-kita yang tinggal di Indonesia, gaya nulis kayak gini tuh belum terlalu lazim, jadi langsung kerasa rada janggal.
Kalau manusia, biasanya sih lebih suka pakai tanda koma, titik, atau tanda hubung biasa daripada pakai em dash karena nggak banyak orang yang tau cara mengetik em dash pakai keyboard, kan?
Menulis tanda baca em dash pakai keyboard itu caranya cukup ketik tanda minus (-) dua kali. Tapi, hal se-sepele ini tuh jarang yang tau.
Sedangkan AI suka banget pakai em dash kayak gaya nulis bule dan paklek. Padahal kita penulis Indonesia itu emang jarang banget pakai tanda baca begituan, ya kan?
2. Kesalahan Tanda Baca Petik Koma yang Aneh (",)
Ini nih yang sering bikin geli. Pernah lihat nggak, ada kalimat yang ditutup dengan tanda petik lalu koma (”,)? Padahal seharusnya urutan penulisan tanda baca yang benar di Bahasa Indonesia itu, koma dulu baru tanda petik tutup, contohnya seperti “aku cinta kamu,” misalnya. Ini contoh ya, jangan baper!
Kesalahan kayak gini jarang banget dilakukan penulis kalau dia manusia yang nilai bahasa Indonesianya lumayan bagus pas SMP, karena biasanya kita nulis emang sukanya pakai perasaan dan sering banget dibaca ulang.
Yup! membaca ulang tulisan (yang kualitasnya B aja) berkali-kali adalah hal lumrah sebagai wujud self narsistik tingkat dewa penulis pemula kek saya. Plus, supaya artikel keliatan ada view-nya. Daripada view-nya 0, kan?
Back to business... Tapi kalau AI itu emang... dia suka nyelipin pola tanda baca yang aneh. Entah karena template global atau karena “ngikutin” struktur bahasa Inggris, saya juga kurang ngerti kenapa sampe sekarang masih suka salah nulis tanda petik.
3. Suka Banget Pakai Titik Dua di Judul, Sub Judul, Sampai Isi Paragraf
Nah, ini juga sering banget jadi ciri khas tulisan yang “beraroma” AI. Terlalu sering pakai titik dua (:), terutama di judul, subjudul, bahkan di tengah-tengah paragraf.
Contohnya:
- 7 Alasan Kenapa Kamu Harus Coba Ini: Karena Hidup Butuh Warna
- Kesimpulannya: Kamu tetap harus jadi versi terbaik dari dirimu.
- Kita bahas satu-satu: bla...bla...
Sekilas emang keliatannya nggak ada yang salah, bahkan secara tata bahasa pun masih oke. Tapi, kalau kita minta Ai semisal ChatGPT buat bikin judul, nyaris 99,9% judul yang dikasi pasti pakai titik dua.
Padahal dalam tulisan yang lebih personal dan reflektif, kita cenderung ngomongnya ngalir aja. Nggak perlu selalu pakai titik dua untuk menjelaskan sesuatu.
Kadang lebih enak pakai koma, kadang cukup dengan jeda alami. Karena tulisan itu bukan sekadar menyampaikan informasi, tapi juga rasa.
Jadi, kalau kamu merasa tulisanmu titik-dua-nya di mana-mana, coba baca ulang dengan suara pelan. Kalau terasa kayak robot baca teks pidato, bisa jadi itu bagian yang perlu kamu “manusiakan” lagi.
4. Terlalu Sering Pakai Kalimat “Berikut ini adalah...”
“Berikut ini adalah alasan kenapa kamu harus mencoba ”
“Berikut adalah 5 langkah mudah untuk ”
“Berikut penjelasan lengkapnya ”
Kalimat pembuka yang terlalu rapi dan sistematis kayak gini sering banget muncul di tulisan hasil AI.
Memang sih nggak salah, tapi lama-lama jadi kayak nonton presentasi yang kaku. Padahal kalau kita nulis dari hati, biasanya kalimat pembukanya lebih ngalir, lebih “manusiawi”. Kadang pakai analogi, kadang pakai pengalaman pribadi, kadang... pakai curhatan kecil dulu. Hehehe
5. Gaya Bahasa Netral, Bikin Tulisan Kehilangan Separuh “Jiwanya”
Ini yang paling susah dijelasin tapi paling gampang dirasa. Tulisan buatan AI biasanya terlalu netral, terlalu aman, dan jarang banget keluar dari zona “baik dan benar.”
Padahal tulisan manusia itu justru indah karena keunikan sudut pandang, bahasanya spontan, dan sesekali ada “kesalahan.”
Tulisan yang terlalu rapi dan netral memang nyaman dibaca, tapi kadang bikin kita bertanya-tanya, “Siapa sih yang nulis?” Karena rasanya seperti hasil robot yg nggak berdosa.
6. Tidak Ada Kesalahan Typo Sama Sekali
Lucu ya? Kita biasa kesal kalau ada teks yang typo. Tapi ternyata, kalau terlalu sempurna juga jadi mencurigakan. Tulisan yang benar 100%, tanpa typo, tanpa salah tulis, tanpa jeda aneh... malah jadi kelihatan “too good to be true.”
Karena sebagai manusia, wajar banget kok kalau sekali-sekali salah ketiak ⬅ langsung muncul contohnya . Justru di situlah rasa otentiknya. Ya... kayak kita pas lagi ngobrol sama teman, ucapan kita nggak selalu sempurna, tapi tulus. ecieee...
7. Banyak “Mengulang” di Paragraf-Paragraf Awal dan Akhir
AI sering banget pakai pola repetitif. Misalnya, pembukaannya udah bilang, “Artikel ini akan membahas...”, eh di akhir ditutup lagi dengan “Jadi, artikel ini membahas tentang...”.
Tulisan manusia biasanya lebih cair. Bisa aja dibuka dengan cerita pribadi, ditutup dengan refleksi yang nggak terduga. Tapi AI cenderung main aman, muter-muter di struktur yang sama biar kelihatan rapi. Tapi inilah yang bikin tulisan hasil Ai kadang jadi terasa datar.
8. Sering Pakai Kalimat Penutup yang Kesannya... Bijak Banget
Kalimatnya itu kira-kira seperti:
“Jadi, tetaplah bijak dalam menggunakan teknologi.”
“Atur waktu dengan baik agar hidupmu lebih seimbang.”
“Gunakan media sosial secara positif.”
Kalimat-kalimat penutup kayak gini sering banget muncul di tulisan AI, karena memang sistemnya dilatih untuk memberikan kesimpulan yang aman, netral, dan bisa diterima semua orang.
Tapi buat pembaca yang jeli, kalau ketemu kalimat penutup yg kayak gini tuh, mereka bakal langsung tau kalau itu pasti hasil AI.
Ya... kesannya itu kadang terlalu formal, dan nggak menyentuh. Padahal yang kita cari kan yang agak-agak punya rasa... kayak kita ngobrol sama manusia.
AI Itu Boleh, Asal Punya “Rasa”
Aku nggak anti AI. Sama sekali nggak. Justru aku juga pakai AI buat bantu brainstorming, buat cari referensi yg instan, atau sekadar nulis draft awal. Tapi buatku pribadi, tulisan yang menyentuh itu lahir dari hati dan pengalaman.
Nah, ini lah (rasa dan pengalaman) yang belum bisa ditiru sama mesin, secerdas apapun mereka. Setidaknya sampai saat ini lho ya.
Jadi, kalau kamu nulis pakai bantuan AI, itu nggak masalah. Tapi jangan lupa kasih sentuhan atau pakai gaya sendiri. Kasih sedikit “salah,” kasih sedikit curhatan, dan kasih perasaan kita yang “jujur” supaya punya jiwa. Karena disitulah letak keindahan sebuah tulisan. Bukan di kata-katanya yang sempurna, tapi di rasa yang ikut kamu titipkan.
Jadi, menurutmu artikel ini hasil AI atau buatan sendiri? ????
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
