Polban: Bengkel Pikiran dan Tangan
Curhat | 2025-08-16 18:55:11
Kalau ditanya apa yang paling membekas selama kuliah di Politeknik Negeri Bandung, jawabannya bukan cuma skripsi, bukan juga soal laporan praktikum yang numpuk, tapi bagaimana kampus ini membentuk cara berpikir sekaligus mengasah tangan untuk terjun langsung ke dunia nyata. Di tempat lain, teori bisa jadi raja. Tapi di Polban, teori dan praktik jalan bareng, walau kadang tidak selalu mulus.
Sarana dan prasarana di Polban bisa dibilang cukup menunjang untuk pembelajaran terapan. Beberapa lab memang sudah waktunya di-upgrade, tapi secara umum fasilitas di sini memberikan cukup ruang untuk belajar secara mandiri. Workshop, ruang simulasi, hingga alat-alat pengujian yang kami gunakan saat praktikum bukan sekadar pajangan, tapi benar-benar dipakai, bahkan sering jadi ‘teman lembur’ menjelang laporan dikumpulkan.
Kurikulum di Polban terasa padat dan intens. Ini bukan kampus yang bisa dinikmati sambil santai-santai. Setiap semester datang dengan tugas besar, praktikum, dan proyek yang kadang bikin tidur hanya jadi selingan. Tapi di situlah letak kekuatannya kurikulum di sini dirancang agar kami tidak cuma tahu, tapi juga bisa. Kami belajar cara kerja pabrik, simulasi proses industri, hingga perhitungan teknis yang langsung relevan dengan dunia kerja.
Sistem belajar di Polban memang lebih banyak menekankan pada pemecahan masalah. Bukan soal menghafal, tapi bagaimana mengurai persoalan dan mencari solusi yang bisa diterapkan. Diskusi teknis di kelas bisa berubah jadi debat mini yang seru, apalagi kalau dosennya memberi ruang untuk bertanya dan salah.
Ngomong-ngomong soal dosen, mereka datang dari latar belakang yang beragam. Ada yang akademis banget, ada juga yang punya pengalaman industri yang bikin cerita mereka relatable dan aplikatif. Beberapa dosen memang agak sulit didekati, tapi banyak juga yang terbuka, bahkan rela mendampingi sampai larut malam waktu kami lembur tugas akhir. Di sisi lain, tenaga kependidikan (tendik) juga memainkan peran penting. Mereka yang membantu pengurusan lab, pengajuan surat, atau sekadar memastikan alat-alat siap pakai mereka kadang kurang terlihat, tapi perannya krusial.
Kerja Praktik (KP) adalah salah satu titik balik. Rasanya beda ketika harus benar-benar berada di lapangan, di tengah sistem nyata yang kompleks. Banyak teori yang mendadak “klik” setelah melihatnya langsung di industri. Tapi di saat yang sama, banyak juga kebingungan baru yang muncul. Di situlah kami sadar, kuliah bukan akhir, tapi fondasi awal.
Begitu juga dengan Tugas Akhir (TA). Proyek yang katanya jadi penutup kuliah ini justru membuka banyak pertanyaan. TA bukan soal cari nilai bagus, tapi tentang bagaimana menyelesaikan masalah nyata secara mandiri. Frustasi? Sering. Tapi di situlah kami belajar untuk tangguh dan adaptif.
Dan terakhir, Rancangan Pabrik, salah satu ujian terbesar selama kuliah teknik di Polban. Merancang pabrik dari nol, mulai dari pemilihan proses, desain unit operasi, hingga perhitungan ekonomi, mengajarkan kami bahwa menjadi engineer itu butuh lebih dari sekadar pintar. Harus teliti, tahan banting, dan mau kerja tim.
Semua ini membuat Polban bukan sekadar tempat kuliah. Ia seperti bengkel, tempat di mana pikiran dan tangan diasah bersamaan. Di sinilah kami ditempa, bukan untuk sekadar lulus, tapi untuk siap menghadapi dunia yang tidak selalu ramah. Jadi kalau ditanya, “Apa arti Polban buatmu?” Jawabannya simpel: tempat saya dibentuk untuk bisa berdiri sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
