Pandangan Sosial Markus Acian: Antara Teknologi dan Nilai Kemanusiaan
Kolom | 2025-08-13 19:21:39
Dalam lanskap komunikasi modern, setiap orang berhadapan dengan arus informasi yang bergerak cepat. Namun, tidak semua memilih untuk ikut terbawa tanpa arah. Markus Acian, pengamat sosial asal Kalimantan Barat, berusaha memahami fenomena ini dengan menelisik hubungan antara perkembangan teknologi dan kesadaran sosial manusia. Ia menuangkan pandangannya melalui berbagai media massa, sekaligus mengukuhkan perannya sebagai kolumnis yang konsisten membahas isu-isu sosial.
Melalui tulisannya seperti "Rasa Malu yang Hilang dalam Budaya Digital" dan "Teknologi Semakin Canggih, tapi Kesadaran Sosial Manusia yang Menentukan Arah", Markus menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat. Kemajuan perangkat keras maupun lunak tidak otomatis membawa kemajuan moral. Menurutnya, inti permasalahan ada pada kualitas kesadaran kolektif—sesuatu yang dibentuk oleh nilai etika, empati, dan kepedulian.
Pemikiran ini beririsan dengan pandangan para sosiolog yang memandang teknologi sebagai medium, bukan tujuan akhir. Tanpa kendali moral, teknologi dapat memperlebar jurang sosial, memperkuat polarisasi, bahkan melemahkan ikatan antarwarga. Markus mencoba mengurai hal ini dengan bahasa yang sederhana namun tajam, sehingga pesannya dapat diterima oleh pembaca dari berbagai latar belakang.
Salah satu aspek yang sering ia soroti adalah hilangnya rasa malu dalam interaksi digital. Bagi Markus, rasa malu bukan sekadar emosi, tetapi mekanisme sosial yang menjaga keseimbangan hubungan. Ketika rasa malu terkikis, ruang publik digital berubah menjadi arena tanpa batas norma, di mana ujaran dan perilaku ekstrem mudah mendapat panggung. Pandangan ini mengajak publik untuk menilai ulang cara berinteraksi di media sosial.
Pendekatan Markus menggabungkan kepekaan terhadap perubahan budaya dan kesadaran akan tanggung jawab individu. Ia menolak anggapan bahwa pengguna hanyalah korban teknologi. Sebaliknya, ia menekankan bahwa setiap orang memiliki kuasa untuk menentukan arah perkembangan budaya digital, baik melalui pilihan konten yang dibagikan, cara berdiskusi, maupun sikap terhadap informasi.
Jika ditarik ke ranah yang lebih luas, gagasan Markus merupakan ajakan untuk membangun hubungan yang sehat antara teknologi, masyarakat, dan nilai kemanusiaan. Baginya, kemajuan digital hanyalah wadah; kualitas manusialah yang menentukan isi dan arah perkembangan peradaban. Di tengah kecenderungan mengejar kecepatan, ia mengingatkan pentingnya memberi ruang bagi kedalaman berpikir.
Tulisan Markus tidak berbentuk manifesto atau riset akademik kaku. Ia memilih jalur opini populer, menyampaikan gagasan serius dalam bahasa yang komunikatif. Strategi ini membuatnya mampu menjangkau pembaca luas, dari kalangan mahasiswa hingga masyarakat umum yang ingin memahami perubahan sosial secara lebih reflektif.
Akhirnya, analisis terhadap pemikiran Markus Acian menunjukkan bahwa usia muda bukan halangan untuk menawarkan perspektif kritis terhadap zaman. Ia mungkin belum mencatatkan diri sebagai akademisi besar atau penulis buku terkenal, tetapi melalui artikel-artikelnya, ia telah mendorong pembaca untuk berhenti sejenak, berpikir ulang, dan memandang realitas dengan sudut pandang yang lebih sadar.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
