Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Widodo Alyusro

Kemerdekaan yang Belum Tuntas #2 : Kemerdekaan di Tengah Tangis Palestina

Politik | 2025-08-13 11:37:17

Pada setiap 17 Agustus, Indonesia merayakan kemerdekaan dengan penuh suka cita. Bendera Merah Putih berkibar, lagu-lagu kebangsaan menggema, dan sejarah perjuangan para pahlawan kembali dikenang. Sebagai bangsa yang pernah merasakan pahitnya penjajahan, kita memegang teguh amanat konstitusi bahwa "kemerdekaan ialah hak segala bangsa." Namun, di tengah euforia kemerdekaan kita, ada sebuah ganjalan di hati yang tak bisa diabaikan: derita rakyat Palestina yang tak kunjung usai.

Di tanah para nabi, tanah yang sarat akan sejarah dan peradaban, nyawa melayang setiap hari. Roket dan bom Zionis Israel menghancurkan rumah, sekolah, dan rumah sakit tanpa pandang bulu. Anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar, kini hidup di bawah bayang-bayang ketakutan dan kematian. Perempuan dan orang tua menjadi korban kekejaman yang tak terbayangkan. Mereka bukan hanya kehilangan harta benda, tetapi juga orang-orang yang mereka cintai, harapan, dan masa depan.

Penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Israel bukanlah sekadar konflik perebutan wilayah, melainkan pembersihan etnis yang sistematis dan kejam. Mereka merebut tanah, mengusir penduduk asli, dan membatasi segala aspek kehidupan rakyat Palestina. Blokade yang mencekik memutus akses terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan. Di satu sisi, dunia melihat bagaimana Israel terus membangun permukiman ilegal di tanah Palestina, sementara di sisi lain, rakyat Palestina dipaksa hidup dalam kondisi yang jauh dari kata layak.

Ironisnya, di tengah semua kekejaman ini, suara dunia seolah membisu. Negara-negara besar, yang seharusnya menjadi penjaga keadilan dan hak asasi manusia, justru memilih diam atau bahkan berpihak pada penindas. Amerika Serikat, dengan segala kekuatan politik dan militernya, secara terang-terangan mendukung Israel, seolah-olah mengesahkan setiap kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan.

Sebagai seorang Muslim dan warga negara Indonesia, kepedulian ini terasa begitu personal. Kita mungkin hanya bisa berdoa, menyuarakan protes di media sosial, atau ikut dalam aksi-aksi solidaritas. Namun, di balik segala keterbatasan ini, ada kekuatan iman yang mengingatkan kita bahwa penjajahan tidak akan pernah bisa mengalahkan kebenaran. Penderitaan rakyat Palestina adalah pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan untuk kemerdekaan universal belumlah tuntas.

Kemanusiaan adalah Alasan Utama

Apakah salah jika kita peduli pada Palestina? Jawabannya tegas: Tidak sama sekali. Kepedulian kita terhadap Palestina bukan semata-mata karena ikatan agama atau sejarah, tetapi karena alasan yang jauh lebih fundamental: kemanusiaan.

Kemanusiaan adalah nilai universal yang melampaui batas-batas negara, suku, dan agama. Setiap manusia, di mana pun mereka berada, berhak hidup dalam damai, aman, dan tanpa penindasan. Ketika kita melihat anak-anak Palestina menjadi korban bom, rumah-rumah mereka dihancurkan, dan hak-hak dasar mereka direnggut, hati nurani kita sebagai manusia harus tergerak.

Jangan biarkan pihak-pihak tertentu memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa membela Palestina adalah tindakan anti-semit atau mendukung terorisme. Pandangan itu adalah narasi yang menyesatkan. Kita tidak membenci Yahudi, tetapi kita menolak kekejaman Zionisme. Kita tidak mendukung kekerasan, tetapi kita membela hak rakyat yang tertindas untuk mempertahankan tanah airnya dari penjajahan.

Maka, mari terus menyuarakan kepedulian kita. Itu adalah tindakan mulia yang menegaskan bahwa kita masih memiliki hati, bahwa kita masih percaya pada kekuatan solidaritas, dan bahwa kita menolak untuk bungkam di hadapan ketidakadilan. Kepedulian kita terhadap Palestina adalah bukti bahwa api kemanusiaan tidak akan pernah padam.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita di Palestina. Semoga di tangan para pejuang sejati, tanah Palestina segera merdeka dengan paripurna, dan bendera Palestina bisa berkibar gagah di atas tanah suci mereka. Doa kita adalah bagian dari ikhtiar. Mari terus suarakan kebenaran, karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan itu sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image