Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nadhif ariq

Gen Z di Era Serba Cepat: Sibuk Banget, Tapi Kok Tetap Ngerasa Kurang?

Gaya Hidup | 2025-07-29 11:21:47

Di era di mana semuanya bisa didapat cuma dalam hitungan detik—makanan, hiburan, bahkan validasi—generasi Z tumbuh dengan kecepatan sebagai norma. Multitasking udah jadi hal biasa. Belajar sambil dengerin musik? Check. Bikin tugas sambil scroll TikTok? Gak aneh. Video call sambil ngedit Canva buat post komunitas? Santuy.

Tapi di balik semua itu, ada hal yang sering gak dibahas: kenapa ya, makin sibuk, malah makin ngerasa kurang?

Rasa Bersalah Saat Istirahat

Pernah gak, kamu udah produktif seharian—ngerjain tugas, ikut rapat organisasi, bantu orang rumah—tapi tetap ngerasa gak cukup? Kayak, “Kok gue masih gini-gini aja, ya?” Padahal kamu gak malas. Kamu cuma capek, tapi tetap merasa harus do more.

Itu yang disebut banyak orang sekarang sebagai toxic productivity. Sebuah dorongan buat terus bergerak dan merasa “gagal” kalau gak ngapa-ngapain. Istirahat jadi semacam dosa yang harus ditebus. Padahal, istirahat bukan tanda malas. Istirahat itu perlu. Pusing juga, kalau hidup harus always on 24/7.

Sosial Media Bikin Lupa Diri Sendiri

Niatnya buka TikTok buat ketawa-ketawa, eh malah nemu konten orang seumuran yang udah punya bisnis, kuliah di luar negeri, atau nikah muda. Rasanya langsung kayak, “Wah, gue ketinggalan banget nih.”

Media sosial secara gak langsung bikin kita lupa bahwa orang hanya nunjukin sisi terbaiknya di sana. Jarang banget ada yang update, “Gue burnout banget hari ini” atau “Gue gak kuat ngapa-ngapain.” Yang kita lihat cuma pencapaian. Yang gak kita lihat? Proses dan perjuangannya.

Semua Orang Kayak Lagi Balapan

Kalau dipikir-pikir, kenapa sih kita suka ngerasa harus ngebut terus? Jawabannya mungkin karena kita tumbuh dalam lingkungan yang penuh comparison. Dari dulu udah dibiasain saingan ranking di sekolah, sekarang saingannya jadi pencapaian digital. Dan itu gak berhenti-berhenti.

Padahal, gak semua orang start dari titik yang sama. Ada yang jalannya cepat, ada juga yang pelan tapi pasti. Tapi karena semua orang kayak lari, kita jadi takut kalau jalan pelan, nanti gak sampai tujuan.

Gak Harus Selalu “Ngasih Bukti”

Kamu gak harus selalu produktif untuk punya nilai. Kamu gak harus punya “achievement” setiap minggu. Kadang, cukup bisa bangun pagi, mandi tepat waktu, dan makan teratur aja udah layak dibanggakan. Serius.

Karena hidup bukan soal siapa paling cepat, tapi siapa yang bisa tetap utuh di tengah semua tuntutan. Dan kadang, cara buat tetap utuh itu bukan dengan gas terus, tapi justru dengan tahu kapan harus rem.

Kamu Gak Ketinggalan, Kamu Lagi Proses

Tenang aja. Kamu gak ketinggalan apa-apa. Kamu cuma lagi jalan di waktu kamu sendiri. Kalau capek, berhenti sebentar gak apa-apa. Dunia gak akan marah cuma karena kamu butuh istirahat.

Dan kamu gak harus “healing” ke Bali atau staycation ke Puncak biar merasa lebih baik. Kadang cukup rebahan tanpa rasa bersalah itu udah bentuk perawatan diri yang paling jujur.

Akhir kata, kalau kamu lagi ngerasa burnout atau bingung arah hidup, gak usah buru-buru cari solusi. Duduk aja dulu. Dengarkan diri sendiri. Kadang yang kita butuhkan bukan jawaban cepat, tapi waktu untuk benar-benar mengerti apa yang sedang kita rasakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image