Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Bintang Syahputra -

4,8 Juta Ton Sampah Plastik Setahun: Masa Bawa Tumbler Aja Masih Males?

inside | 2025-07-24 21:55:47
Ilustrasi sampah plastik [Shutterstock].

Tanpa disadari, rutinitas harian kita masih sangat tergantung pada plastik sekali pakai. Ambil contoh paling sederhana: beli minuman, pakai gelas plastik beberapa menit, lalu buang. Selesai. Tapi faktanya, cerita plastik itu nggak selesai begitu saja.

Menurut data World Bank, Indonesia menghasilkan sekitar 4,8 juta ton sampah plastik setiap tahun—salah satu yang tertinggi di dunia. Bahkan laporan dari UNEP mencatat, lebih dari 36% plastik global hanya digunakan sekali, lalu mengendap di tempat pembuangan, mencemari tanah, laut, hingga masuk ke rantai makanan.

Yang lebih mengkhawatirkan, masih banyak yang merasa masalah ini terlalu besar untuk dihadapi sendiri. Padahal, solusi awalnya justru bisa dimulai dari satu tindakan sederhana: bawa tumbler sendiri.

Ngobrol santai sambil bawa tumbler? Gaya hidup Gen Z yang makin sadar lingkungan

Langkah Kecil, Efek Besar

Bagi sebagian mahasiswa, kebiasaan membawa tumbler awalnya hanya karena ingin hemat atau lebih praktis. Tapi lama-lama, jadi kebanggaan tersendiri. Salah satunya dirasakan oleh mahasiswa LSPR, yang mulai membiasakan diri menolak gelas plastik saat membeli minuman.

“Awalnya iseng aja biar hemat. Tapi makin ke sini, ngerasa puas sendiri tiap kali bisa bilang ‘nggak usah pakai gelas plastik ya, saya bawa tumbler kok’,” ujar Bintang salah satu mahasiswa LSPR Institute of Communication & Business Jakarta

Meski belum ada aturan wajib dari kampus, semangat ini mulai terlihat di lingkungan sekitar. Beberapa mahasiswa bahkan mengusulkan agar ada sistem sederhana seperti papan apresiasi atau stiker reward untuk setiap kali ada yang membawa tumbler.

Bukan untuk hadiah besar, tapi sebagai simbol bahwa tindakan kecil tetap layak diapresiasi. “Bintang kecil buat aksi sehari-hari,” kata mereka.

Kalau Satu Orang Bisa, Kenapa Nunggu yang Lain?

Coba bayangkan: satu orang mengurangi 30 gelas plastik dalam sebulan. Kalau ada 100 mahasiswa konsisten melakukannya, artinya 3.000 sampah plastik bisa dicegah setiap bulannya itu baru dari satu lingkungan kampus saja.

Tren ini sejalan dengan kampanye Plastic-Free Campus yang sudah digalakkan di beberapa universitas dunia, dan bahkan sudah mulai diadaptasi oleh kampus-kampus di Indonesia. Universitas Indonesia misalnya, sudah menjalankan program Bring Your Own Tumbler (BYOT), dengan diskon khusus bagi pembeli yang membawa wadah sendiri.

Dari Gaya Hidup ke Gerakan Sosial

Langkah ini bukan cuma soal gaya hidup ramah lingkungan, tapi bentuk kepedulian terhadap masa depan bumi. Tumbler yang kamu bawa bisa jadi pernyataan: ‘Saya peduli, saya mulai dari diri sendiri’.

Jangan Anggap Sepele. Ini Nyata.

Kesadaran soal krisis plastik harusnya nggak cuma jadi topik pembuka diskusi kelas. Tapi dibawa ke kebiasaan nyata. Bayangkan, kalau satu kampus saja bisa konsisten mengurangi ribuan gelas plastik, bagaimana kalau semua kampus ikut?

Gen Z dikenal sebagai generasi yang melek isu, penuh energi, dan ingin berkontribusi. Tapi kontribusi itu bukan cuma soal viral challenge atau tagar—kadang dimulai dari isi tas: apakah ada tumbler di sana?

Bumi Nggak Butuh Satu Orang Sempurna. Tapi Butuh Banyak Orang yang Mau Coba.

Kita sering merasa terlalu kecil untuk membuat perubahan. Padahal bumi justru butuh aksi kecil yang dilakukan banyak orang secara konsisten. Tumbler yang kamu anggap sepele itu, bisa jadi penyelamat ribuan plastik yang tak perlu diproduksi atau dibuang.

Jadi... masa iya bawa tumbler aja masih males?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image