Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Yusril Mahendra

Filantropi Islam: Lebih dari Sekadar Memberi

Agama | 2025-07-19 11:27:57

Makna Memberi di Tengah Dunia yang Sibuk

Di tengah derasnya arus materialisme dan kompetisi sosial yang semakin sengit, saya menemukan makna paling dalam dari ajaran Islam: memberi. Bukan sebagai bentuk pencitraan, apalagi sekadar kewajiban, tapi memberi sebagai ekspresi empati konkret. Inilah ruh yang saya rasakan sejak bergabung, dan kemudian dipercaya sebagai Koordinator Dompet Dhuafa Volunteer Sumatera Barat.

Filantropi dalam Ajaran Islam

Konsep zakat, infak, sedekah, dan wakaf dalam Islam bukan hanya amalan spiritual individual, tapi juga sistem ekonomi sosial yang bertujuan menciptakan keadilan. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam berbagi—meski hidup dalam kesederhanaan, beliau tetap mendahulukan kebutuhan umatnya.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka...” (QS. At-Taubah: 103)

Namun hari ini, pertanyaannya bukan lagi “sudahkah kita memberi?”, melainkan “apakah pemberian kita berdampak?”

Dari Karitatif Menuju Transformasional

Selama saya berkegiatan di Dompet Dhuafa Volunteer Sumatera Barat, saya menyaksikan langsung bagaimana gerakan filantropi Islam berkembang. Tidak hanya dalam bentuk pembagian sembako, tapi juga berbagai kegiatan yang menyentuh aspek pendidikan, kesehatan, lingkungan, hingga krisis kemanusiaan.

Kita menggelar:

 

  • Program edukasi anak-anak di pelosok
  • Aksi kesehatan gratis di daerah minim fasilitas
  • Layanan dukungan untuk lansia dan disabilitas
  • Aksi tanggap bencana berbasis kolaborasi relawan
  • Kampanye literasi dan pembagian buku di desa-desa

Di setiap kegiatan itu, kami tidak sekadar "menyalurkan bantuan", tapi juga mendengar, menyapa, dan menguatkan. Dari situ saya memahami bahwa filantropi Islam tidak boleh berhenti pada tahap memberi barang. Ia harus naik tingkat menjadi sarana membangun peradaban.


Potensi yang Belum Tergali

Data BAZNAS menunjukkan bahwa potensi zakat nasional mencapai Rp327 triliun per tahun. Nilai ini hampir setara dengan 75% anggaran perlindungan sosial negara. Namun realisasinya masih di bawah 10%. Banyak umat Islam yang masih memaknai zakat atau sedekah sebagai ritual tahunan, bukan gerakan perubahan sosial.

Padahal bila potensi ini dioptimalkan, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi pionir negara berperadaban tinggi berbasis Islamic giving.

Anak Muda dan Gelombang Baru Filantropi

Yang membuat saya optimis adalah gelombang anak muda yang mulai berubah. Mereka tidak sekadar ingin “nyumbang”, tapi ingin turun langsung.

Banyak di antara mereka yang: terjun ke daerah 3T, membuat konten edukasi ZIS di TikTok, menggalang dana kreatif, bahkan mengadvokasi kebijakan publik berbasis keadilan sosial.

Filantropi Islam kini punya wajah baru: kolaboratif, terbuka, dan digital. Dan itu baik!

Amanah adalah Nyawa Gerakan

Namun ada satu hal yang harus terus dijaga: amanah.

Dalam Islam, harta yang dititipkan adalah amanah. Tanpa akuntabilitas, kepercayaan publik runtuh.

Di Dompet Dhuafa Volunteer, kami berusaha menjaga hal ini secara ketat: laporan kegiatan yang transparan, dokumentasi publik, validasi data penerima manfaat. Karena kami sadar, uang rakyat adalah amanah Tuhan.

Kita Tidak Sedang Memberi, Kita Sedang Membangun

Saya percaya, filantropi Islam bukanlah tren sesaat. Ia adalah jalan panjang umat menuju peradaban. Dan sebagai anak muda, saya tidak ingin hanya menjadi penonton di panggung itu.

Saya ingin terlibat, memberi peran, dan memastikan bahwa setiap zakat, infak, dan sedekah yang disalurkan benar-benar menjadi bahan bakar perubahan.

Karena memberi yang sejati, bukan soal siapa yang paling kaya. Tapi siapa yang paling peduli.

Tentang Penulis:

Nama : Nur Yusril Mahendra

Alamat : Jl. Ampang Karang Ganting, Kampung Jambak 2, RT 02 RW 05, kelurahan Di, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat

Nomor HP : 085761671057

Email : yusrilmahendranur@gmail.com

Media Sosial : nuryusrilmahendra_ (Instagram)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image