Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faiza Salsabila

Zakir Naik, Felix Siauw dan Bumi Arema

Info Terkini | 2025-07-12 21:30:28

Dakwah ulama asal India, Ustaz Zakir Naik di Stadion Gayana Malang berjalan relatif lancar pada Kamis, 11 Juli 2025 kemarin. Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 6.000 orang meskipun beberapa hari sebelumnya diwarnai penolakan dari beberapa pihak yang mengatasnamakan “Arek Malang Bersuara”. Spanduk bertuliskan “Arek Malang Menolak Zakir Naik Ceramah di Malang Raya” juga sempat terbentang di depan gedung DPRD Kota Malang. Selain spanduk, mereka juga menemui perwakilan rakyat untuk menyampaikan keberatan.

"Zakir Naik adalah pembicara yang dalam orasi ceramahnya kerap menimbulkan kontroversi, terutama terkait isu-isu sensitif antar umat beragama," sebagaimana disampaikan oleh juru bicara Arek Malang Bersuara, Abdul Aziz Masrib.

"Beberapa pernyataan dan pandangannya di masa lalu telah dianggap memecah belah dan tidak sejalan dengan semangat toleransi serta kerukunan lintas agama yang selama ini dijunjung tinggi di Indonesia, khususnya di Kota Malang," lanjutnya.

Selain spanduk penolakan, terdapat juga spanduk tandingan bertuliskan “Selamat Datang Dr Zakir Naik di Bumi Arema Bumi Toleransi, PRO-DEMA (Pro Demokrasi Malang), Memandang subyektif pemikiran yang berbeda adalah contoh yang tidak memiliki sikap toleransi”.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pro-kontra terhadap kedatangan Ustaz Zakir Naik yang dikenal dengan dakwah perbandingan agamanya. Penolakan terhadap pendakwah di Kota Malang sebenarnya bukan hal yang baru, sebelumnya di tahun 2017, Ustaz Felix Siauw pernah mengalami pembatalan dari pihak kampus salah satu Universitas Negeri di Malang yang kemudian dipindah ke salah satu hotel dan tetap mengalami pembubaran dari pihak berwajib yang mendapatkan tekanan dari ormas-ormas tertentu.

Penolakan dakwah dan pembubaran kajian yang telah terjadi menunjukkan bahwa Malang darurat toleransi. Atas nama menyelamatkan toleransi, justru pihak-pihak intoleran melakukan tindakan intoleran terhadap aktivitas dakwah. Pergesekan di tengah-tengah umat terkait penolakan kajian sejatinya tidak bisa dipisahkan dari sudut pandang sekularisme yang telah mengakar. Sekularisme sebagai paham yang memisahkan antara agama dengan kehidupan menjadikan umat Islam anti terhadap dakwah pemikiran namun lebih menyukai hal-hal yang bersifat duniawi. Sekularisme menjadikan umat Islam lebih toleran terhadap non muslim namun intoleran terhadap sesama muslim.

Pada dasarnya di dalam Islam terdapat hal-hal yang bersifat pokok (ushul) sehingga tidak boleh berbeda antara muslim yang satu dengan muslim yang lain, misalnya dalam perkara aqidah dan jumlah rakaat shalat. Sedangkan pada hal-hal cabang (furu’) yang bersifat khilafiyah (perbedaan pendapat di kalangan ulama), sesama muslim boleh mengambil pendapat yang berbeda sesuai dengan keyakinan masing-masing berdasarkan dalil terkuat, misalnya tata cara shalat. Ketika memahami hal tersebut, maka seharusnya sesama muslim lebih meghargai pendapat muslim yang lain, bukan menolak mentah-mentah aktivitas dakwah, bahkan sebelum mendengarkan apa yang ingin disampaikan.

Terkait kajian dalam konteks perbandingan agama, Islam mengajarkan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama (laa ikraha fid diin) sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al Baqarah ayat 256. Rasulullah SAW juga tidak mencontohkan kekerasan pada saat dakwah beliau di Makkah meskipun dakwah beliau mendapatkan berbagai penolakan yang tidak jarang juga bersifat fisik. Maka, dakwah Ustaz Zakir Naik sejatinya adalah untuk menyampaikan ilmu dari agama Islam tanpa kekerasan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, bukan seperti yang ditakutkan oleh pihak yang melakukan penolakan. Terbukti bahwa setelah kajian berlangsung, alih-alih menimbulkan konflik, kajian tersebut malah berbuah manis dengan diucapkannya dua kalimat syahadat oleh tiga orang yang kemudian menjadi mualaf.

Wallahua’lam bis shawab

Referensi:

https://www.bbc.com/indonesia/articles/cdez4l713p1o

https://news.detik.com/berita/d-3488256/ustaz-felix-siauw-bicara-soal-pembubaran-kajiannya-di-malang

https://khazanah.republika.co.id/berita/sz8cbo430/tiga-non-muslim-ucapkan-syahadat-dalam-kajian-zakir-naik-di-malang#:~:text=%22Saya%20ingin%20bersyahadat%2C%20saya%20minta,%2C%20kasih%20sayang%2C%20dan%20kesabaran

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image