Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurhalimah Putri Sari

Inilah Gen Z: Tak Perlu Wisuda, Mereka Rayakan Lulus dengan Cara Sendiri

Politik | 2025-07-09 19:44:22

Di tengah larangan wisuda dari pemerintah, muncul pro dan kontra di kalangan orang tua dan siswa. Meski banyak yang kecewa karena tidak bisa merayakan momen kelulusan seperti biasa, ada hal menarik yang terjadi: para siswa justru menemukan cara baru untuk merayakannya. Cara yang kreatif, ekspresif, dan khas Gen Z.

Menurut Priyanto (2025) dalam blog pribadinya, beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menegaskan larangan prosesi wisuda untuk jenjang pendidikan TK hingga SMA. Ia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 43/PK.03.04/KESRA, yang melarang wisuda dan perpisahan karena dianggap mengandung unsur pemborosan dan memberi beban finansial pada orang tua, beberapa di antaranya sampai pinjam meminjam online. Larangan ini sempat menuai kontroversi, tapi juga membuka ruang diskusi soal makna sebenarnya dari perayaan kelulusan.

Menurut Kang Dedi, kegiatan wisuda “hanya seremonial yang tidak memiliki makna akademik signifikan”, sehingga ia memilih menghapusnya dan mengarahkan fokus ke pembelajaran substansial serta penguatan, hal ini diungkap oleh shinta (2025) dalam beritanya.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerbitkan SE tentang kebijakan pendidikan, mulai dari larangan study tour hingga penghapusan wisuda. Foto: Shinta/Beritahukum.id

Reaksi Gen Z: Bukan Marah, Tapi Kreatif

Gen Z merespons larangan wisuda dengan cara kreatif. Di media sosial, mereka mengekspresikan diri lewat video transisi TikTok, parodi wisuda di Instagram dan YouTube Shorts, hingga pesan perpisahan jujur dalam caption atau voice over. Bukan protes, tapi unjuk kreativitas.

Cara Mereka Merayakan: Simple Tapi Bermakna. Kelulusan dirayakan dengan cara yang lebih sederhana tapi justru terasa lebih personal. Beberapa menulis pesan perpisahan dalam bentuk narasi di reels, yang berisi kenangan selama sekolah. Yang lain membuat parodi “fake graduation” yang mengundang tawa tapi juga menyentuh. Ini semua menunjukkan bahwa Gen Z tak kehilangan cara untuk merayakan, hanya menggantinya dengan bentuk yang lebih dekat dengan diri mereka sendiri.

Lantas apa maknanya?

Larangan wisuda tidak menghilangkan semangat merayakan kelulusan. Sebaliknya, Gen Z: Menghidupkan kreativitasnya lewat platform digital tanpa harus menggelar seremoni mahal. Menemukan kebebasan berekspresi, sehingga apa yang muncul terasa lebih autentik dan inklusif. Mewakili jati diri generasi baru, yang lebih adaptif terhadap perubahan sosial dan teknologi.

Perdebatan seputar larangan wisuda oleh Dedi Mulyadi memang penting, terutama terkait beban ekonomi dan nilai esensial pendidikan. Namun, cara tanggapan Gen Z ini menunjukkan satu hal menarik: bukan momen yang hilang, melainkan momen yang diubah bentuknya—lebih personal, kreatif, dan relevan dengan zaman.

Dan inilah wajah baru selebrasi kelulusan: bukan panggung formal, tapi panggung digital mereka sendiri.

Dan ya, inilah Gen Z.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image