Cerita di Balik Pilihan: Teknik Kimia Polban dan Pelajaran tentang Diri Sendiri
Edukasi | 2025-07-07 11:39:21Setiap orang punya alasan masing-masing kenapa akhirnya memilih jurusan tertentu. Begitu juga denganku. Saat itu, aku memutuskan untuk kuliah di jurusan Teknik Kimia Polban bukan karena sejak kecil bercita-cita jadi engineer, melainkan karena rasa penasaran tentang bagaimana sebuah pabrik bisa mengolah bahan baku menjadi produk yang bisa kita temui sehari-hari. Aku ingin tahu apa yang terjadi di balik sebuah proses produksi — mulai dari perhitungan aliran fluida, reaksi kimia, hingga pengolahan limbahnya. Rasa ingin tahu itulah yang akhirnya menuntunku ke jurusan ini.
Belajar Berorganisasi dan Mengenali Diri Sendiri
Masuk ke dunia perkuliahan, aku sadar kalau belajar di kampus itu tidak hanya soal memahami mata kuliah atau menyelesaikan laporan praktikum. Ada hal yang lebih besar yang ternyata sangat penting, yaitu mengenal diri sendiri. Aku mulai ikut organisasi kampus. Awalnya hanya coba-coba, tapi di situ aku belajar banyak tentang karakter orang lain dan caraku menyikapi berbagai situasi.
Berorganisasi mengajarkan bagaimana caranya menghadapi orang dengan berbagai sifat. Ada yang cepat tanggap, ada yang harus diingatkan berkali-kali, bahkan ada yang baru mau bergerak kalau sudah mendesak. Dari situ aku belajar untuk lebih peka, tidak egois, dan lebih sabar. Yang awalnya mudah emosi kalau kerja kelompok tidak seimbang, sekarang lebih bisa mengatur diri, memahami posisi orang lain, dan mencari cara agar semua tetap berjalan dengan baik.
Pelan-pelan aku juga mulai mengenali batas kemampuanku. Kapan harus memaksa diri, kapan harus istirahat, dan kapan waktunya meminta bantuan. Proses ini tidak sebentar, tapi justru di situlah aku merasa banyak berkembang.
Hardskill, Softskill, dan Pengerjaan Tugas Akhir
Tanpa disadari, semua hardskill yang dipelajari selama kuliah — mulai dari perhitungan neraca massa dan energi, desain alat, simulasi proses, hingga cara membaca diagram alir — akhirnya benar-benar terpakai saat mengerjakan Tugas Akhir (TA) dan Rancang Pabrik. Pengerjaan TA bukan sekadar soal teori, tapi juga soal bagaimana mengelola waktu, membuat keputusan di bawah tekanan, dan menyelesaikan masalah saat data eksperimen tidak sesuai ekspektasi.
Di sisi lain, softskill yang aku dapatkan dari pengalaman berorganisasi justru sangat membantu. Saat TA atau Rancang Pabrik, kerja sama tim itu mutlak diperlukan. Tidak mungkin semuanya dikerjakan sendiri. Mulai dari membagi tugas, menyatukan data, sampai menghadapi perbedaan pendapat — semua butuh kemampuan berkomunikasi dan emotional intelligence.
Kemampuan analisis pun jadi lebih tajam karena terbiasa menghadapi berbagai situasi dalam organisasi. Saat menemui masalah teknis dalam perancangan pabrik, aku lebih tenang menganalisis penyebabnya, merancang solusinya, dan mendiskusikannya dengan tim. Begitu juga saat harus mempresentasikan laporan di depan dosen penguji, rasa percaya diri itu muncul karena sudah terbiasa berbicara di depan forum saat organisasi.
Kesimpulan: Semua Proses Itu Saling Terhubung
Kalau dipikir-pikir sekarang, semua hal yang aku alami di Teknik Kimia Polban — baik itu mata kuliah yang penuh hitungan dan simulasi, praktikum di laboratorium, organisasi kampus, sampai pengalaman diskusi dan debat kecil bersama teman — ternyata saling terhubung. Semuanya punya peran masing-masing yang tanpa disadari membentuk cara berpikir dan bersikapku hari ini.
Dari sini aku belajar bahwa kuliah itu bukan hanya soal nilai, tapi juga soal membangun karakter, kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, mengatur emosi, dan belajar jadi manusia yang lebih baik. Karena di dunia kerja nanti, yang dibutuhkan bukan cuma orang pintar, tapi juga orang yang bisa bekerja dalam tim, bisa memahami situasi, dan tahu bagaimana menghadapi masalah dengan bijak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
