Konferensi Gau Maraja 2025 Sukses Terlaksana, Apresiasi dari Kementerian Kebudayaan dan KKSS
Info Terkini | 2025-07-07 09:30:11
Konferensi Gau Maraja 2025, sebuah ajang tahunan sekaligus dirangkaian dengan HUT ke-66 Kabupaten Maros telah sukses besar diselenggarakan di Maros dengan 12 rangkaian acara (Maros, 3-5 Juli 2025).
Acara yang dihadiri oleh ribuan cendekiawan, budayawan, akademisi, tokoh masyarakat, dan perwakilan organisasi dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan beberapa peserta dari luar negeri dengan 20 negara.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Menteri Kebudayaan Republik Indonesia yang hadir membuka acara, dan juga Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) sebagai mitra kegiatan dan secara khusus Ketua Umum BPP KKSS mengutus perwakilan.
Konferensi Gau Maraja 2025 dibuka Menteri Kebudayaan RI., Dalam sambutan membuka acara, Bapak Menteri menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif penyelenggaraan konferensi ini.
"Gau Maraja adalah sebuah manifestasi nyata dari komitmen kita bersama untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya luhur bangsa," ujar Bapak Menteri. "Saya sangat mengapresiasi upaya luar biasa yang telah dilakukan oleh panitia dan seluruh pihak yang terlibat dalam menyukseskan acara ini. Konferensi ini bukan hanya sekadar pertemuan, melainkan sebuah simpul penting untuk memperkuat identitas budaya kita di tengah gempuran arus globalisasi."
Beliau juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam melanjutkan estafet pelestarian budaya. "Kita memiliki tanggung jawab moral untuk mewariskan nilai-nilai luhur ini kepada generasi mendatang. Melalui forum-forum seperti Gau Maraja, kita membuka ruang dialog, berbagi pengetahuan, dan menumbuhkan kesadaran akan kekayaan budaya yang kita miliki," tambahnya.
Semangat Inklusif dan Kolaboratif
Salah satu rangkaian Gau Maraja, adalah Konferensi Gau Maraja 2025 yang merupakan platform diskusi yang inklusif dan kolaboratif. Berbagai sesi panel, dan juga presentasi pemakalah kunci membahas beragam topik terkait dengan megadiversity hingga peran budaya dalam pembangunan kebudayaan.
Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah diskusi panel mengenai "Geopark Maros Pangkep". Para panelis, yang terdiri dari akademisi dan tokoh adat, menggali bagaimana filosofi hidup yang mendalam ini dapat relevan dan diterapkan dalam menghadapi tantangan modern, seperti isu-isu sosial, etika bisnis, hingga kepemimpinan.
Apresiasi dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS)
Selain dukungan dari pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan RI, Konferensi Gau Maraja 2025 juga mendapat apresiasi hangat dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). Bapak Dr. H. Amran Sulaeman yang juga Mentri Pertanian RI, yang diwakili oleh pengurus harian,, dalam pernyataanya menyampaikan kebanggaannya terhadap keberhasilan konferensi ini.
"KKSS selalu berkomitmen untuk menjaga dan mengembangkan kebudayaan Sulawesi Selatan. Konferensi Gau Maraja ini adalah bukti nyata sinergi antara berbagai elemen masyarakat, dari akademisi hingga tokoh adat, dalam mewujudkan cita-cita tersebut," kata Bapak Salahuddin Alam, Wakil Sekretaris Jendral.
"Kami melihat bahwa konferensi ini tidak hanya memperkaya khazanah intelektual, tetapi juga mempererat tali silaturahmi keilmuan dan pemerhati budaya di seluruh dunia."
Beliau menambahkan bahwa KKSS siap mendukung implementasi rekomendasi yang dihasilkan dari konferensi ini. "Kami berharap, hasil-hasil dari Gau Maraja 2025 ini tidak berhenti hanya di tataran diskusi, melainkan dapat diwujudkan dalam program-program nyata yang bermanfaat bagi masyarakat dan pelestarian budaya kita," tegasnya.
Harapan dan Rekomendasi Masa Depan
Konferensi Gau Maraja 2025 ditutup dengan serangkaian pembahasan yang akan menjadi panduan bagi upaya pelestarian dan pengembangan budaya Bugis-Makassar di masa mendatang.
Beberapa bahasan kunci dari panel dan juga tudang sipulung meliputi pembentukan Pusat Studi Budaya Bugis-Makassar sebagai pusat penelitian, dokumentasi, dan diseminasi pengetahuan, serta integrasi muatan lokal dalam kurikulum pendidikan untuk memasukkan nilai-nilai dan pengetahuan budaya Bugis-Makassar secara lebih komprehensif.
Konferensi ini juga membahas pengembangan platform digital untuk mendokumentasikan, mempromosikan, dan mengajarkan budaya Bugis-Makassar kepada khalayak yang lebih luas, terutama generasi muda.
Ismail Suardi Wekke, anggota Panitia Pengarah Gau Maraja, menyampaikan bahwa Gau Maraja tidak berhenti di penutupan. “Kita akan kembali bersama-sama meneruskan dengan tindak lanjut, dan juga menjaga inklusivitas kegiatan ini secara berkesinambungan,” kata Ismail
Selain itu, ditekankan pula pentingnya dukungan terhadap seniman dan budayawan melalui pemberian apresiasi yang lebih besar, dan peningkatan kerja sama lintas sektor antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat sipil dalam pengembangan budaya.
Bersama-sama panitia penyelenggara, Ismail Suardi Wekke menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh peserta, pembicara, sponsor, media massa, dan pihak-pihak yang telah berkontribusi terhadap kesuksesan Konferensi Gau Maraja 2025.
"Kita bersyukur dengan antusiasme dan partisipasi aktif dari semua pihak. Keberhasilan konferensi ini adalah cerminan dari semangat kolektif kita untuk menjaga dan mengembangkan budaya Bugis-Makassar agar tetap relevan dan lestari di tengah perubahan zaman," pungkas Ismail Suardi Wekke.
Konferensi Gau Maraja 2025 telah menorehkan sejarah sebagai salah satu forum kebudayaan terpenting di Indonesia, menegaskan kembali komitmen bersama untuk menjadikan kebudayaan sebagai pilar utama pembangunan bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
