Filsafat: Pembawa Peradaban yang Dianggap Menyesatkan
Agama | 2025-06-30 19:52:21
Filsafat, keilmuan yang tumbuh dari banyaknya pertanyaan dan keraguan, membawa perkembangan dan kemajuan pada banyak aspek kehidupan manusia yang bahkan kita rasakan sampai saat ini. Filsafat bukan Cuma ilmu, tetapi juga suatu jalan untuk menemukan kebijaksanaan. Dikutip dari buku pengatar filsafat karya Dr. Muliati “Filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir, namun tidak semua orang yang berpikir disebut berfilsafat tetapi mereka yang berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh merupakan orang yang berfilsafat”. Lalu darimana muncul argumen bahwa filsafat merupakan suatu jalan yang menghantarkan kepada kesesatan? Bukankah filsafat yang membawa kita sampai pada pengetahuan kita pada saat ini?
Kesalahpahaman Makna Filsafat
Filsafat sering disebut sebagai ilmu yang membawa kepada kesesatan terutama di indonesia, karena banyak masyarakat umum yang tidak memahami bagaimana filsafat itu bekerja, mereka menganggap mempertanyakan semua hal termasuk tentang ketuhanan adalah hal yang salah. Anggapan tentang filsafat sebagai ilmu yang menjerumuskan kepada kesesatan juga karena filsafat tidak datang dari ilmuwan muslim melainkan dari perkembangan barat. Kebanyakan orang juga mencoba memahami filsafat untuk mengikuti trend dan hanya memahami sedikit dari luasnya filsafat sehingga membawa mereka kepada kesesatan.
Namun sebenarnya filsafat bukanlah suatu hal yang membawa kita kepada kesesatan tetapi filsafat membawa kita masuk ke peradaban modern pada saat ini. Filsafat bisa menjadi sesat karena kita tidak benar-benar memahaminya, dan filsafat bisa menjadi suatu jalan kemajuan peradaban jika kita memahami dan menggunakannya dengan bijak.
Filsafat mengajarkan kita untuk mencari kebijaksanaan dengan berfikir, filsafat bukanlah kebenaran mutlak melainkan berbagai argumen yang saling melengkapi untuk menjawab suatu masalah yang sedang kita hadapi. Filsafat mengajarkan kita cara menghargai orang lain, karena dalam filsafat tidak ada kata salah, tetapi suatu argumen menggugurkan argumen yang lain, Kalimat inilah yang saya dapatkan dari dosen pengantar filsafat saya, ibu Rosmaria.
Filsafat Dalam Menciptakan Peradaban
Filsafat selalu mengajak kita untuk mempertanyakan dan meragukan banyak hal termasuk ketuhanan, tetapi apakah hal itu dilarang? Jawabannya tentu tidak, filsafat justru membawa kita kepada keyakinan yang lebih kuat. Thales, Anaximandros, dan Anaximenes mereka merupakan orang-orang yang mempertanyakan terkait asal-usul alam semesta hingga akhirnya beberapa filsuf seperti Xenophanes, Plato, dan Aristoteles mulai mengemukakan teori tentang ketuhanan dan metafisik. Teori Aristoteles bahkan menjadi rujukan beberapa filsuf muslim termasuk Al-kindi, Al-Farabi, Ibnu rushd dan beberapa filsuf muslim lainnya.
Filsafat memberikan kita banyak pengetahuan seperti saat ini, namun karena banyaknya Stigma buruk yang berkembang di masyarakat pada saat ini menjegal filsafat untuk bisa terus mengembangkan ilmu pengetahuan. Bahkan sebagian umat muslim pada saat ini seakan takut terhadap filsafat dan enggan berfilsafat karena dianggap akan menjerumuskan kepada ketidakpercayaan akan adanya tuhan. Hal ini mendorong stagnansi terutama pada umat islam karena mereka berhenti berfikir dan merasa takut dalam mencari dan mengemukakan ide maupun teori baru.
Kejadian seperti yang umat muslim alami pada saat ini juga pernah dialami oleh kaum barat (eropa), yaitu pada masa kegelapan (Dark Ages) dimana pemikiran dan argumentasi keilmuan sangat dibatasi karena kekuasaan gereja yang sangat dominan pada saat itu. Namun pada saat itu islam dalam masa kejayaannya, dimana islam memimpin peradaban dalam berbagai bidang keilmuan dan menciptakan berbagai karya yang mendorong kemajuan peradaban hingga saat ini, tetapi saat ini muslim kembali mengalami kemunduran dan barat kembali menguasai peradaban. Hal ini dikarenakan batasan yang diberikan oleh umat muslim karena mereka takut hal-hal diluar menghancurkan keimanan yang mereka miliki, rasa takut inilah yang menciptakan stagnansi dalam peradaban muslim saat ini.
Filsafat Sebagai Jawaban
Pada masa kemunduran islam saat ini, filsafat dan tradisi berpikir umat islam yang dahulu bebas seakan-akan bisa menjadi suatu angin segar dalam kemjuan peradaban islam dimasa yang akan datang. Umat islam harus kembali memiliki semangat berpikir agar bisa keluar dari kemunduran hari ini, umat islam harus banyak belajar dari pendahulu-pendahulunya dan kembali menciptakan karya-karya yang spektakuler. Hal ini harus dimulai oleh ilmuwan dan pemuda-pemuda muslim saat ini dengan memberikan keterbukaan dalam menerima berbagai pendapat dan informasi, tetapi tentu saja dengan proses validasi dan tidak menelan secara cuma-cuma segala pendapat dan informasi yang ada.
Umat islam harus membuka wawasan terhadap teknologi, filsafat, dan berbagai keilmuan lainnya serta terus mengembangkan pendapat-pendapat para pendahulunya terkait ketuhanan. Hal ini harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan akidah akibat pengaruh bangsa barat (eropa) yang lebih condong ke arah materialistis dan fisik saja. Umat islam harus bisa menjawab segala tantangan zaman yang berusaha menyerang akidah, maka dari itu umat islam juga harus mempertanyakan dan mengkaji ulang segala teori-teori teologis yang mereka miliki. Umat islam juga harus berani berpikir dan mengungkap segala hal dalam kitab suci yang mungkin belum pernah terungkap sebelumnya. Maka dari itu pembaruan pemahaman mengenai filsafat dibutuhkan agar menimbulkan keberanian dan sikapkritis umat islam dalam mengkaji berbagai keilmuan yang telah mereka miliki dan terus mengikuti perkembangan zaman.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
