Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image NI Made Ayudya Dewanti

Tragedi di Puncak Rinjani: Refleksi atas Evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani

Info Terkini | 2025-06-26 18:26:25

Peristiwa evakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal di Gunung Rinjani, menarik perhatian masyarakat luas. Bukan semata karena sulitnya medan yang harus dilalui oleh tim SAR, tetapi juga karena sikap penuh ketabahan dari pihak keluarga dalam menerima kondisi yang begitu sulit. Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, menjelaskan: “Setelah kami menjelaskan dan memaparkan tahapan proses evakuasi sejak awal sampai hari ini, mereka memahami dengan situasi saat ini, mereka juga telah menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan tim evakuasi.” Transparansi informasi ini menjadi aspek penting dalam penanganan yang berlandaskan nilai kemanusiaan, sekaligus menunjukkan bahwa komunikasi terbuka dan jujur dapat membantu mengurangi kesedihan mendalam yang dirasakan oleh keluarga korban.

Keputusan pihak keluarga untuk menerima kondisi evakuasi yang penuh risiko patut dihargai. Sikap tersebut mencerminkan kepercayaan yang tinggi terhadap profesionalisme tim SAR, serta pemahaman bahwa proses evakuasi di medan ekstrem seperti Gunung Rinjani bukanlah hal yang mudah. Namun, situasi ini juga menimbulkan pertanyaan penting: apakah peralatan dan prosedur yang dimiliki Basarnas saat ini sudah cukup memadai untuk menghadapi kondisi darurat di lingkungan yang berat seperti ini? Kegagalan helikopter untuk terbang akibat cuaca buruk dan keterbatasan lokasi pendaratan menjadi indikator bahwa Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam meningkatkan kesiapan teknis dan logistik dalam menjalankan misi penyelamatan di medan ekstrem.

Evaluasi menyeluruh terhadap prosedur penyelamatan menjadi kebutuhan yang mendesak. Penting untuk memastikan apakah Basarnas telah memiliki protokol yang sesuai dengan kondisi geografis dan iklim ekstrem, seperti yang terdapat di kawasan pegunungan Indonesia. Penggunaan teknologi seperti drone pemantau, alat evakuasi udara portabel, serta pelatihan khusus bagi tim medis gunung dapat menjadi bagian dari upaya perbaikan tersebut. Di sisi lain, pendekatan Basarnas yang melibatkan keluarga korban secara langsung dalam proses evakuasi layak diapresiasi, asalkan pelibatan tersebut tidak bersifat simbolis semata, melainkan disertai dukungan emosional yang tulus serta komunikasi yang bersifat empatik.

Peristiwa ini seharusnya menjadi pembelajaran berharga bagi pengelolaan krisis di Indonesia. Bukan hanya menjadi tanggung jawab Basarnas, tetapi juga seluruh pihak yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata alam, termasuk pemerintah daerah dan penyedia jasa pendakian. Diperlukan koordinasi yang kuat antar-lembaga, peningkatan fasilitas dan infrastruktur evakuasi, serta edukasi yang memadai bagi para pendaki, agar kejadian serupa dapat dicegah atau diminimalkan di masa yang akan datang.

Pada akhirnya, kasus Juliana Marins menyadarkan kita bahwa pendakian bukan hanya soal petualangan, tapi juga soal kesiapan menghadapi risiko. Semoga pengalaman pahit ini bisa menjadi titik balik untuk perbaikan menyeluruh dalam sistem penanganan darurat, demi menjaga keselamatan jiwa-jiwa yang menggantungkan harapan pada alam yang megah, namun tak terduga seperti Rinjani.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image