Jangan Uji Alam Raja Ampat: Saatnya Manajemen Risiko Bicara Serius
Info Terkini | 2025-06-22 11:12:35
Oleh: Khafidhotus Sholikhah
Pencabutan izin empat perusahaan tambang nikel di Raja Ampat semestinya menjadi alarm keras dalam praktik manajemen risiko lingkungan di Indonesia. Meski PT Gag Nikel anak usaha PT Antam Tbk masih melanjutkan operasinya dengan klaim tidak berdampak pada ekosistem laut, publik tak bisa hanya bersandar pada pernyataan teknis sesaat. Manajemen risiko bukan sekadar pengawasan satu-dua kali atau melihat kadar sedimentasi air, tetapi membaca potensi kehancuran jangka panjang.
Raja Ampat bukan wilayah biasa, Ia adalah kawasan konservasi prioritas dunia. Jika manajemen risiko hanya didekati secara prosedural tanpa mempertimbangkan nilai ekologis, budaya, dan keberlanjutan sosial maka kehancuran akan jadi harga yang dibayar terlalu mahal. Risiko lingkungan di wilayah ini tidak bisa disamakan dengan lokasi industri biasa.
Dalam konteks ini, manajemen risiko harus bersifat preventif dan berbasis nilai ekologis, bukan semata kepatuhan formal. Risiko degradasi ekosistem bukan hanya soal jarak tambang ke pesisir, tapi juga bagaimana tambang mengubah lanskap alamiah dan sosial masyarakat sekitar secara bertahap.
Saatnya otoritas dan pelaku industri tidak hanya mengandalkan hasil inspeksi sesaat, tetapi juga menerapkan prinsip kehati-hatian berbasis data jangka panjang dan pelibatan komunitas lokal. Risiko terbesar bukan pada kerusakan yang terlihat, tetapi pada kerusakan yang tidak sempat disadari.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
