Kenapa di Kantor Rentan Terjadi Drama? Berikut Alasannya
Gaya Hidup | 2025-06-16 13:30:03
Bekerja merupakan aktivitas sebagian orang untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena dengan bekerja, secara otomatis seseorang akan mendapat gaji bulanan berupa uang yang bisa digunakan untuk memenuhi sandang, pangan dan papan.
Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini mencari pekerjaan bisa dibilang sangatlah susah sehingga bagi kalian yang saat ini sedang bekerja, maka syukurilah pekerjaan tersebut dan berusahalah untuk bertahan.
Ini bukan nasihat, karena saya pun memutuskan resign dari kantor tempat saya bekerja setelah hampir 13 tahun menjadi karyawan di sana. Memang bukan sebuah keputusan yang mudah, namun nyatanya sudah 1 tahun lebih 1 bulan saya menjalani aktivitas di rumah saja sebagai full time freelancer.
Berbicara mengenai kerja kantoran, tahukah kalian jika bekerja itu tidak semudah yang kita bayangkan. Dulu saya membayangkan bekerja itu ya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pimpinan, lalu ketika sudah jam pulang maka kita akan pulang dengan rasa lega karena sudah menyelesaikan pekerjaan.
Nyatanya bekerja itu juga memiliki risiko atau masalah yang selalu mengintai. Bukan untuk menakut-nakuti namun dalam hidup ini akan ada saja risiko yang harus kita hadapi. Dalam bekerja, ada beberapa masalah yang bisa terjadi misalnya saja:
1. Melakukan kesalahan dalam bekerja
2. Konflik dengan rekan kerja
3. Konflik dengan atasan
4. Mendapat teguran dari pimpinan
5. Risiko yang berhubungan dengan keselamatan kerja dan masih banyak lagi risiko lainnya
Sebagai manusia yang memiliki akal, maka kita dituntut untuk bisa menyelesaikan segala masalah yang dialami dengan beragam solusi. Tentu saja kita harus menggunakan kepala dingin alias tidak dengan emosi dalam menyelesaikan suatu masalah.
Nah, di kantor tempat kita bekerja juga rentan terjadi masalah dan salah satu masalah yang ada biasanya drama di kantor. Drama di sini bukan sinetron yang biasa kita tonton di televisi ya. Drama di kantor memiliki pengertian sebagai sebuah konflik atau ketegangan yang terjadi antar karyawan maupun pimpinan dimana berkaitan dengan pekerjaan.
Drama di kantor tidak selalu berhubungan dengan pihak internal, namun terkadang pihak eksternal pun bisa turut serta atau memiliki andil dalam menciptakan drama di kantor.
Bersyukurlah bagi kalian yang bekerja di kantor tanpa ada drama sama sekali dimana rekan kerja sangat supportif semua, pimpinan bijaksana bahkan pihak ke-3 pun juga mendukung dalam kemajuan perusahaan.
Ohya pihak ke-3 ini bisa ditujukan untuk para supplier atau distribusi yang berkaitan dengan jalannya operasional perusahaan tempat kalian bekerja.
Di kantor atau tempat kerja, biasanya memang rentan sekali terjadinya drama. Hal ini dikarenakan:
1. Persaingan Kerja Cukup Tinggi
Terkadang ada karyawan yang ingin dipandang bagus kinerjanya oleh pimpinan, sehingga karyawan tersebut berusaha untuk menjatuhkan rekan kerja lainnya. Dia menganggap rekan kerja lainnya itu sebagai saingan di kantor meskipun yang diharapkan di antara rekan kerja bisa saling support jika ada permasalahan.
Misalkan kalian melihat ada teman yang suka "menjilat" pimpinannya, biasanya orang tersebut tidak punya rasa percaya diri sehingga beranggapan jika dirinya tetap dekat dengan pimpinan, maka posisinya di perusahaan akan aman.
2. Adanya Kepentingan yang Berbeda-beda Di Antara Karyawan
Memang, dalam hidup ini kita tidak memungkiri jika manusia pasti punya kepentingan agar bisa eksis. Misalnya saja kalian bekerja di suatu perusahaan dengan sistem kontrak per 1 tahun dimana di divisi tersebut ada 3 orang yang menjabat posisi sama. Mau tidak mau kepentingan masing-masing karyawan di posisi yang sama itu adalah berharap agar kontrak mereka bisa dilanjutkan lagi di tahun berikutnya.
Dari sini drama bisa terjadi. Adanya kepentingan yang dimiliki setiap karyawan sebenarnya berkaitan dengan poin pertama yaitu persaingan di dalam internal kantor itu sendiri. Akibatnya setiap karyawan akan saling menaruh curiga dengan rekan kerja lainnya sehingga sulit dilakukan kerja sama yang baik di dalam satu divisi.
3. Tidak Ada Rasa Saling Menghargai
Dalam hidup ini sewajarnya ada rasa saling menghargai antar sesama manusia. Baik itu di rumah, lingkungan tetangga hingga di lingkungan pekerjaan. Apa jadinya jika di kantor tidak ada rasa saling menghargai antar karyawan. Tentu ada karyawan yang merasa diinjak-injak dan diperlakukan semena-mena sementara ada karyawan lainnya yang diperlakukan bak raja dan bisa bekerja tanpa rasa tanggung jawab.
Oleh sebab itu, ketika kalian sudah diterima bekerja di perusahaan maka sebisa mungkin hargai semua rekan kerja tanpa terkecuali. Bahkan jika ada tenaga cleaning service di kantor kalian, perlakukanlah dengan baik dan jangan pernah memandang rendah sekalipun.
Rasa saling menghargai ini tidak hanya ditujukan kepada sesama karyawan, namun sebaiknya juga antara pimpinan dan karyawan sebagai anak buah.
4. Peraturan di Perusahaan yang Dianggap Kurang Adil
Budaya kerja setiap perusahaan pastinya berbeda-beda dan kita sebagai karyawan baru biasanya mengikuti aturan yang sudah lama. Namun terkadang peraturan yang dibuat suatu perusahaan pun bisa merugikan karyawan baru atau karyawan lama.
Saya ambil contoh misalnya jika di sebuah kantor hadir karyawan baru yang merupakan keluarga pimpinan perusahaan, lalu karyawan tersebut mendapat perlakuan yang berbeda dengan kita, pasti timbul gejolak yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, namun langsung diungkapkan dengan tindakan.
Jika karyawan yang merupakan keluarga dekat pimpinan suka datang terlambat, maka karyawan lain yang direkrut secara seleksi pun bisa jadi ikut-ikutan datang terlambat ke kantor, dengan melakukan pembenaran terhadap perilaku saudara pimpinan tersebut.
Kalau sudah begini, siap-siap saja drama kantor akan mulai terjadi. Jika karyawan sudah mulai tidak disiplin, maka pekerjaan pun bisa keteteran dan ujung-ujungnya produktivitas karyawan pun akan dipertanyakan.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menginspirasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
