Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image vivi nurwida

Mengakui Zionis Demi Kemerdekaan Palestina, Jelas Pengkhianatan

Agama | 2025-06-10 17:03:33
Sumber: National Geographic, 1947

Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan banyak pihak saat melakukan konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka, pada Rabu (28-05-2025).

Prabowo menegaskan agar mengakui dan menjamin hak Israel untuk berdiri menjadi negara yang berdaulat dan dijamin keamanannya. Bahkan ia menyampaikan bahwa Indonesia siap menjalin hubungan diplomatik dengan Israel ketika Negara Palestina diakui oleh Negeri Zionis.

Pengkhianatan

Pernyataan Presiden terkait solusi dua negara atas konflik Israel dan Palestina sebenarnya bukanlah pernyataan yang mengherankan. Sebab, ketika beliau menjadi Menhan beliau juga menyuarakan hal yang senada, yakni mengakhiri konflik dengan gencatan senjata dan two state solution yang komprehensif dan permanen. Jadi, ketika beliau menjabat menjadi presiden, arah kebijakannya pasti tidak akan jauh berbeda.

Statemen tersebut merupakan bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Gaza, dan menyakiti hati pendukung Palestina. Bagaimana mungkin Indonesia yang sudah berjuang membangun rumah sakit dan pabrik roti di Gaza yang dibom oleh Zionis, bantuan logistik untuk rakyat Gaza yang juga dihalangi-halangi, justru sekarang memilih berdamai dengan solusi dua negara?

Selain itu solusi yang kini nyaring disuarakan juga merupakan pengkhianatan terhadap sejarah Indonesia dan Palestina. Mengingat, Palestina juga negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Pernyataan yang dikeluarkan presiden ini juga bertentangan dengan cita-cita bangsa. Alih-alih mampu menghapus segala bentuk penjajahan di atas dunia, justru malah mendukung penjajahan terjadi. Hal ini merupakan penghianatan terhadap amanah konstitusi.

Bahkan, ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan para penakluk di masa Khalifah Umar bin Khathab ra., pasukan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi yang membebaskan kembali tanah Palestina yang direbut oleh pasukan Salib, hingga para khalifah yang senantiasa mempertahankan tanah Palestina untuk senantiasa berada dalam kekuasaan kaum muslim.

Jadi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sama artinya dengan pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, konstitusi hingga ketentuan syari'at.

Akar Masalah

Apa yang terjadi di Gaza tidak hanya sekadar konflik antara Zion*s Yahudi dan Palestina, melainkan penjajahan yang komperhensif. Bahkan, ilegal menurut mahkamah internasional.

Statemen Presiden Prabowo yang siap mengakui kemerdekaan Israel jika Palestina diberi kemerdekaan sebenarnya adalah jebakan narasi solusi dua negara buatan Inggris dan Amerika. AS lah yang semestinya menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas terbunuhnya ratusan ribu nyawa warga Palestina, termasuk anak-anak. Bahkan sarana pendidikan dan kesehatan pun hancur karena kekejian yang dilakukan Zion*s.

Tanah Palestina merupakan tanah yang ditaklukan oleh kaum muslimin saat berada dalam kepemimpinan amirul mukminin, Umar bin Khaththab ra. pada 15H. Begitu pun sepanjang masa kekhalifahan Islam, Palestina tetap berada dalam naungan Negara Islam.

Status tanah Palestina adalah tanah kharajiyah, yaitu tanah milik kaum muslimin yang ditaklukkan melalui proses jihad dan penaklukan. Status kharajiyah akan tetap berlaku hingga hari kiamat.

Hanya saja, sejak kekhilafahan Utsmaniyah runtuh pada tahun 1924 akibat makar yang dilakukan oleh kafir penjajah, tanah Palestina sebagai tanah kharajiyah jatuh dalam kekuasaan Zion*s Yahudi akibat dari serangkaian makar politik yang dilakukan oleh para Zion*s yang dibekingi oleh Barat. Sejak saat itu Zion*s laknatullah terus melakukan serangan ke wilayah Palestina.

Dukungan yang diberikan Barat atas pendirian negara Yahudi memiliki tujuan politik, yakni menjaga eksistensi sistem kapitalisme di dunia Islam. Barat memahami betul bahwa kebangkitan Islam sebagai ideologi akan tegak di bawah naungan Kh1lafah. Karenanya, barat tidak akan membiarkan begitu saja daulah Kh1lafah tegak kembali. Mereka mendukung keberadaan entitas Yahudi dengan beragam kejahatannya di Palestina. Jadi, akar persoalan Palestina adalah keberadaan entitas Yahudi itu sendiri yang dijaga oleh sistem batil kapitalisme.

Harus Ditolak

Two state solution yang kini nyaring disuarakan, bahkan oleh pemimpin negeri-negeri muslim adalah solusi yang dipaksakan, yang sudah semestinya ditolak. Dalih bahwa statemen presiden harus dibaca sebagai tujuan antara dan batu loncatan diplomatik untuk menekan zionis agar mau mendengar suara kita hanyalah harapan palsu saja. Jangankan suara kita, selama ini PBB sebagai lembaga dunia tidak dihiraukan, apalagi hanya kecaman negara-negara kecil.

Tapi karena solusi yang ada itu terjebak pada kepentingan, maka Indonesia menjadi tunduk pada kepentingan PBB. Akhirnya dipaksakan pengambilan solusi sesuai dengan yang diinginkan negara-negara yang membekingi entitas Yahudi.

Sudah semestinya Indonesia sebagai negeri muslim terbesar mempunyai peran dan tanggung jawab yang lebih besar dalam upaya pembebasan Palestina, bukan justru menormalisasi terbukanya celah berbagai pihak membantai muslim Gaza.

Dalam pandangan Islam haram membiarkan kezaliman terjadi. Memang betul kita menginginkan kemerdekaan Palestina, namun bukan dengan membuka celah normalisasi berbagai pihak membantai muslim Gaza. Seharusnya, menyelesaikan permasalahan hingga akarnya.

Solusi Islam

Tidak ada jalan lain untuk menghentikan penderitaan saudara muslim kita di Palestina dari segala bentuk penderitaan yang disebabkan oleh serangan keji entitas Yahudi kecuali mengusir mereka dari bumi Palestina.

Tidak akan ada bahasa yang bisa dipahami oleh Zion*s laknatullah itu, kecuali dengan jihad. Solusi yang diperintahkan oleh Allah Swt. terkait persoalan Palestina hanyalah jihad dan kh1lafah. Haram berdamai dengan penjajah dan membiarkan eksistensi mereka bercokol di negeri-negeri kaum muslim.

Allah Swt. dengan gamblang memerintahkan jihad untuk melawan kaum yang telah menyerang dan merampas wilayah kaum muslim. Allah Swt. berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 191:

وَاقۡتُلُوۡهُمۡ حَيۡثُ ثَقِفۡتُمُوۡهُمۡ وَاَخۡرِجُوۡهُمۡ مِّنۡ حَيۡثُ اَخۡرَجُوۡكُمۡ

artinya:

Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu.

Bebasnya Palestina juga membutuhkan tegaknya institusi politik Islam (kh1lafah) sesegera mungkin dan pemimpin (khalifah) yang menyatukan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia yang akan menjaga umat dari musuh-musuh Allah. Rasulullah saw. bersabda:

"Sungguh, Imam (Khalifah) itu adalah perisai (pelindung umat) (HR al-Bukhari dan Muslim).

Khalifah lah yang akan mengerahkan pasukannya untuk berjihad mengusir kaum Zion*s dari bumi Palestina. Khalifah tidak akan tinggal diam tanah umat Islam dirampok, dan masa depan anak-anak kaum muslim terancam.

Rasulullah saw. sebagai kepala negara yang mengusir kaum Yahudi dari 3 kabilah yang ada di Madinah, yang awalnya tunduk ada hukum-hukum Islam dan akhirnya berkhianat. Rasulullah saw. juga menghukum mereka sebab mengkhianati Rasulullah dan kaum Muslim.

Begitu juga Khalifah Sultan Abdul Hamid II dengan gigih menolak bujuk rayu Zion*s untuk menguasai Palestina barang sejengkal. Inilah gambaran seorang pemimpin yang menjadi perisai umat yang berani melakukan pembelaan kepada umat Islam bukan malah bekerja sama dengan penghianat atau penjajah.

Sudah saatnya umat lebih serius, sungguh-sungguh dan konsisten memperjuangkan tegaknya institusi politik Islam melalui thariqah perjuangan Rasulullah saw.. Dengannya penderitaan kaum muslim benar-benar akan terhapuskan.

Wallahu a'lam bisshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image