Osteoporosis: Musuh Dalam Selimut yang Menggerogoti Tulang
Edukasi | 2025-06-08 22:22:45
Pernahkah kamu membayangkan tulang yang terlihat kuat ternyata bisa rapuh dari dalam? Inilah kenyataan yang dihadapi oleh jutaan orang yang menderita osteoporosis. Penyakit yang dijuluki sebagai “silent disease” karena sering tidak menimbulkan gejala hingga terjadi patah tulang. Meski umum terjadi pada lansia, terutama wanita osteoporosis bisa dicegah sejak dini jika kita memahami cara kerjanya dan faktor-faktor risikonya.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang akibat gangguan dalam mengatur kandungan mineral dalam tulang, sehingga tulang menjadi rapuh. Penyakit ini tergolong tidak menular dan sering kali tidak menunjukkan gejala jelas yang menyerang baik pria maupun wanita dengan risiko lebih tinggi pada usia lanjut. Kejadian osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada individu berusia 50 tahun ke atas (Setiyoargo et al., 2021). Di Amerika Serikat, sekitar 20-25 juta orang terkena osteoporosis dengan lebih dari 50% individu berusia 75-80 tahun terdampak. Berdasarkan penelitian International Osteoporosis Foundation (IOF), 1 dari 4 wanita Indonesia berusia 50-80 tahun berisiko mengalami osteoporosis, dengan risiko empat kali lebih tinggi dibandingkan pria.
Osteoporosis sering kali tidak menunjukkan gejala pada banyak orang. Namun, pada beberapa kasus, gejala yang dapat muncul meliputi nyeri punggung, postur tubuh yang membungkuk, penurunan tinggi badan, atau patah tulang yang terjadi tanpa riwayat trauma atau hanya akibat trauma ringan. Kondisi ini biasanya terdeteksi saat dilakukan pemeriksaan medis.
Menurut IOF, beberapa faktor risiko osteoporosis meliputi usia lanjut, jenis kelamin perempuan, riwayat keluarga dan patah tulang, etnis, menopause, penggunaan jangka panjang obat steroid, rematik, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh rendah, kekurangan gizi, kurangnya asupan vitamin D dan kalsium, gangguan makan, kurang olahraga, serta sering mengalami jatuh (French & Emanuele, 2019 dalam Supartono et al., 2021). Memahami faktor risiko osteoporosis sangat penting untuk meningkatkan kualitas skrining penyakit ini. Strategi pencegahan yang efektif mencakup identifikasi faktor risiko, skrining, diagnosis, dan terapi. Pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai keahlian diperlukan untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Pendekatan ini krusial dalam upaya mengatasi osteoporosis dan mencegah komplikasi seperti patah tulang (Goode et al., 2020 dalam Supartono et al., 2021).
Jadi, Pendidikan tentang gaya hidup sehat dan pemeriksaan dini sangat penting untuk mencegah fraktur akibat osteoporosis. Individu perlu memahami cara mengurangi risiko fraktur dengan menjaga kesehatan tulang. Nutrisi yang seimbang, pola hidup sehat, dan olahraga teratur dapat memberikan dampak positif dengan meningkatkan kualitas tulang dan keseimbangan tubuh. Kalsium dan vitamin D merupakan nutrisi utama bagi kesehatan tulang, sementara energi, protein, mikronutrisi, dan fitoestrogen juga berperan dalam menurunkan risiko osteoporosis (Ismiyasa et al., 2023).
Referensi
Ismiyasa, S. W. ., Oktarina, M., Bachtiar, F., Mailani, R. ., Agustiyawan, A., Fitri Wulan Dhari, I., Azizah, Z. A. (2023). Pengenalan Pencegahan Osteoporosis dan Pemeriksaan Keseimbangan pada Masyarakat. Poltekita: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 460–466. https://doi.org/10.33860/pjpm.v4i2.1775
Setiyoargo, A., Sigit, N., & Maxelly, R. O. (2021). Underweight Sebagai Faktor Resiko Osteoporosis pada Lansia. 2-Trik: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, 11(1), 26-30.
Supartono, B., Wardhani, S., & Kusumaningsih, P. (2021). Skrining Osteoporosis Dengan Ultrasonografi Kalkaneus Sebagai Upaya Pencegahan Patah Tulang Pada Usia Lanjut. Society: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(2), 122-134. https://doi.org/10.37802/society.v1i2.132
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
