Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tuan Guru Deri

Menggurui Peter Carey Makna Penathagama

Gaya Hidup | 2025-06-04 00:17:29

Menggugat pernyataan Peter Carey mungkin Pangeran Dipenogoro tidaklah menjadi Penataghama Karena keluar dari Wali Sulthan dan alih-alih melakukan perang dengan Belanda. Tetapi, Perlawanan Jihadnya berperang melawan Belanda lah yang membuatnya Layak mendapat gelar Panataghama Versi Nusantara bukan menjadi Mufti (orang mengerti Hukum islam diangkat menjadi hakim) yang Manut, seperti kerbau dicocok hidungnya yang Di datangkan dari yaman untuk melemahkan Perlawanan Kaum Pribumi terhadap penjajah.

Sultan Abdul Hamid Erucokro Li Sayidin Panataghama Khalifaturrasul. Adalah hasil uzlah Pangeran Dipenogoro setelah bertemu Sang Bijak (ratu adil). Yang berarti Raja yang adil pemimpin agama Penata keagamaan dan khalifah yang menerima nurbuat atau wahyu-wahyu.

Bermula karena sakit dan wafat Sultan Hamengku Buwono IV, segera menemui Pangeran Dipenogoro sayang Tidak sempat sudah keburu wafat. Saudaranya Sultan Hamengku Buwono IV diangkatnya Pengeran Dipenogoro menjadi wali sultan juga pengangkatan bayi Sultan saudara Sultan Hamengku Buwono IV karena memang masih berumur dua Tahun (19 desember 1822) karena putra mahkota Masih muda dan kecil maka diurus Ketatanegaraan oleh Pangeran Dipenogoro, Ratu Ageng, Ratu Kencono, dan Mangkubumi.

Ditakdirkan menjadi pemimpin – pemberontakan yang terjadi lima tahun sebelumnya Menambah Krisis wafatnya Sultan Hamengku Buwono IV dan pecahnya perang jawa (1817-1822). Banyak yang Menyambung-nyambungkan dengan Ratu adil, Aromanya sangat kuat Tercium. Namun, sosok yang Digadang-gadang tidak muncul. Kecuali Diposeno, yang Namanya disebut-sebut sebagai Pangeran Dipenogoro setidaknya itu yang tertulis di dalam Babad tanah jawa, nama yang lain muncul tapi tidak Sekuat wibawa dan senyentrik Pangeran Dipenogoro, mereka tidak cukup kuat mengangkat gerakan Kecuali perlawanan-Perlawanan terhadap Belanda sangatlah kecil.

Engkau hanyalah sarana, tetapi tidak lama lagi hanya untuk menggenapi bilangan di Kalangan para leluhur, menurut ramalan Parangkusumo

"He, kamu, Ngabdulkamid”

“engkau telah mendapat gelar oleh Yang Kuasa Rabilngalimina sebagai Sultan Ngabdulkamid Erucokro Sayidin Panatagama di Jawa Kalifat Rasulullah. Diberkatilah engkau!" Sesudah itu suara itu menghilang.

Pangeran kemudian kembali ke Gua Secang. Waktu itu malam tanggal 27 Ramelan AJ 1752 (16 Mei 1825). Setelah Pangeran menyantap hidangan buka puasa, ia tertidur di atas batu Tempat ia bersemadi (Babad Dipanegara II: 125-126):

Sekarang Pangeran bermimpi dalam tidurnya di gua [Secang] seolah-olah ia berada [kembali) di Selorejo,

Sementara duduk di selo gilang itu di Pulau Waringin. Kemudian tiba-tiba muncul delapan Orang. Ujung-ujung tutup kepala mereka pada menggantung. Yang paling depan Membawa sepucuk surat yang dibawa dengan kedua tangannya. Pangeran terpana Menatap [mereka] [dan] melangkah maju untuk memberi hormat, terlihat gentar pada Delapan orang itu, yang bersinar seperti bulan purnama.

Pangeran berdiri di depan mereka dengan sikap takzim [tetapi] mereka tidak mengacuhkan Kehadiran[nya] dan terus berjalan ke arah kolam. Pangeran mengikuti mereka. Kemudian [Berdelapan itu] berdiri di pinggir kolam, lima di timur dan tiga di selatan. Pangeran Bergabung dengan yang di selatan, menggenapkan jadi empat orang yang semua Menghadap ke utara. Mereka yang di timur menghadap ke barat. Yang membawa surat itu Berdiri di depan, yang lain mendampingi di kedua sisi. Kemudian surat itu dibacakan [dan] Maknanya pun sama seperti suara di [Taman] Modang. Bunyinya: "Kang Sinuwun Kanjeng Sultan Ngabdulkamid Erucokro Sayidin Panatagama Kalifat Rasulullah yang ada di Tanah Jawa." Kemudian [yang lain] serentak menjawab: "alaihi 's-salām [damai atasnya]!" Yang Membaca [surat] dengan tegas membetulkan dengan nada tenang: "Itu luput jawabannya!" Mereka yang ditegur berkata: "Lantas bagaimana, Panembahan?" Yang menegur tadi Menjawab tenang: "Ini perkara yang sudah jadi:

Pertengahan februari 1823 Pangeran Dipenogoro melepaskan jabatannya sebagai Wali Sultan. Beberapa yang menjadi Factor perang jawa adalah Kesultanan Yogyakarta Mengangkat bayi yang baru berumur 2 tahun Menjadi Sultan hanya karena lahir dari istri Sah. Sedangkan tetangganya di Surakarta, diangkatnya Raja dari istri tidak sah (1823) Susuhunan Pakubuwono VI. Kekecewaan ini yang menyebabkan Dipenogoro mesasa Dikhianati oleh pemerintah Belanda, merasa tidak adil terhadap diriNya.

Pemutusan hubungan dengan keluarga Sultan Keraton Jogjakarta, pergundikan Danuredjo IV dan Pejabat Belanda di JogJakarta terhadap anak-anak Sultan terlebih Adik-Adik Pangeran Dipenogoro, Ketidakadilan Dalam Sewa tanah dan kas keraton yang selalu Kosong. Penggajian yang tidak adil, Korupsi dan Nepotisme, dan rusaknya moral Keraton Menjadi rumah bordir. Membuat Pangeran Dipenogoro memutuskan untuk melakukan Perlawan terhadap Belanda yang kita kenal dengan Perang Jawa (1825-1830) yang Menyebabkan Belanda rugi 20 juta gulden kalla itu.

Menelan korban tewas sebanyak 200.000 jiwa penduduk jawa, Belanda kehilangan sekitar 8000 tentara eropa dan 7000 serdadu pribumi. Yang menarik dari perbincangan keturunan Pangeran Dipenogoro adalah mayat-mayat yang berjuang Bersama Pangeran Dipenogoro wangi dan mayat-mayat yang membela Belanda membusuk bau.

Penataghama bukanlah gelar yang harus dipenuhi dengan serangkaian birokrasi Administrasi sebagai Bentuk pemenuhan formalitas, memang betul formalitas bagus untuk Mengetahui kredibilitas, Kapabilitas, layak uji kompetensi terhadap bidangnya, yang kali ini Membidangi agama. Yang dalam Islam kontemporer disebut Hakim atau Qodhi atau Mufti.

Birokrasi adalah sistem organisasi yang mengatur tata kerja dan struktur pemerintahan serta Lembaga publik lainnya. Tujuan utama birokrasi adalah untuk memastikan efisiensi, Efektivitas, dan Akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan pelayanan publik, Serta untuk Menciptakan standar prosedur yang konsisten.

Pada Islam Nusantara, Penataghama berarti mereka yang memiliki ilmu yang mendalam dan luas. Ada yang Mengatakan Penghulu pada Masyarakat betawie yang sekarang bergeser Maknanya Menjadi manusia Dengan profesi menikahkan pria dan wanita. Di zaman Kerajaan mereka yang ilmu Agamanya luas Dan mendalam disebut Penataghama.

Seperti Mufti Betawie Habib Utsman bin Yahya tercatat beliau kembali ke Batavia dan Menetap disitu hingga diangkat menjadi Mufti menggantikan mufti sebelumnya, Syekh Abdul Gani yang telah lanjut usianya, dan sebagai Adviseur Honorer untuk urusan Arab ( 1899 – 1914 ) di kantor Voor Inlandsche Zaken. Adalah Imigran yaman yang didatangkan Ratu Wilhelmina Belanda untuk meredam pemberontakan kaum santri yang dipimpin Kiai-Kiai Thariqah. Pada geger cilegeon (1888) Yang sebelumnya usaha-usaha lainnya termasuk Memerintahkan Snouck Hourgronje mempelajari Islam dan merubah Namanya menjadi Syekh H Abdul Ghaffar yang membuat sekat-sekat dalam islam Sehingga melemahkan Pergerakan perjuangan islam di aceh(1873-1904). menurut muallaf Koh Dondi Tan Misionaris memiliki tingkatan-tingkatan dalam menyebarkan Agamanya dalam istilah C1 Sampai C6; C1 mereka bangun gereja menggunakan bahasa asal belanda, C2 mereka Membangun gereja Menggunakan bahasa local, C3 membangun gereja menggunakan Bahasa local dan menggunakan Tradisi local, C4 mereka membangun gereja menggunakan Bahasa local, budaya local, dan menerima Budaya islam, C5 mereka sudah berpenampilan Seperti islam memelihara jenggot memakai baju Ghamis, menggunakan istilah-istilah islami Tapi masih mengaku kristiani, C6 penampilanya Islami, Sholat segala macam tapi kita tidak Mengetahui muslim beneran Atau engga kita tahunya dia muslim Walaupun rasnya beda Dan itu yang harus kita waspadai juga. Salah satu usaha Belanda lainnya Adalah memberi Gelar Haji, meskipun ada yang mengatakan gelar ini dari Kerajaan saud karena Sudah Melakukan rukun islam yang ke-lima. Entah kebenaran yang mana Belanda atau Kerajaan Saud Yang jelas Belanda Melabeli mereka dengan Haji karena kegalakan Mereka, Keberanian dan jiwa jihad Mereka setelah pulang dari Haji. Maka, Belanda melabeli mereka Manusia yang sudah pulang Melakukan ibadah ritual rukun islam yang ke-lima dengan haji Agar mudah dipetakan pergerakan Perlawanan mereka.

Penataghama Orang yang pertama kali menggunakan istilah itu adalah Raden Fatah (1500). Beliau merupakan pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, Kesultanan Demak Bintoro Dengan gelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Keturunan langsung Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Beliau sangat berperan Dalam perkembangan dan penyebaran agama Islam di Demak. LI Sayidin Panataghama,li sayidin berasal dari Bahasa arab yang sebelumnya Bertemu huruf jar (li) perubahan bunyi istilah nahwu I’rab dalam sebuah kata yang harus Berakhiran huruf I dari kata sayidun menjadi Sayidin karena ada kata Li diawal kalimat li Sayidin yang bermakna untuk dan kata Sayid yang berarti Tuan itu sendiri. Kata tuan berarti Manusia yang memimpin beberapa komunal Manusia lain berupa Pemerintahan Kerajaaan, Kepala desa, Kepala Suku atau Pemimpin Kabilahnya Dalam ekspedisi Perdagangan bilateral Dua negara seperti yang kita temui kata Sayidina Abu Thalib Paman Nabi yang menjadi Pemimpin Kabilah dagangnya yang bertemu dengan Pastor Nasrani Bukhaira daerah Busra, Syam ketika melihat awan mengikuti rombongan Nabi Muhammad SAW. “wahai TuanKu Maukah Kalian mampir ke gereja Ku untuk perjamuan makan” kata tuan yang berarti Sayid Dialog antara Pastur Bukhaira dengan Sayidina Abu Thalib yang berakhir dengan saran dan Pesan dari Pastor tersebut untuk menjaga Nabi Muhammad SAW dengan segenap Jiwa.

Penathagama Dari dulunya gelar yang didapatkan oleh seorang raja, karena raja dahulu Harus arif Dan bijaksana untuk memutuskan sebuah pertimbangan hukum oleh karena itu Raja-raja haruslah Mengerti ilmu Agama yang mendalam dan luas, kemudian hal itu Downgrade secara makna. Dari raja Bergeser Kepada Menteri agama di Kerajaan pada masa Pangeran Dipenogoro. Yang diartikan Menata Agama, Penataghama asal morfologi kata Penataghama manusia yang mendalam dan luas ilmu agamanya, Menjadi tempat bertanya Maupun rujukan saran atas masalah kehidupan umat dan Bangsa.

Peter Carrey hanya melihat rangkaian birokrasi yang harus dipenuhi Pangeran Dipenogoro, Karena Pembangkangannya terhadap Kerajaan Mataram Yogyakarta yang sudah tirani Dibawah pengaruh Belanda Maka membelot, mba’lelolah Pangeran Dipenogoro terhadap Kerajaan sendiri, Yang Sebenarnya perlawananNya terhadap belanda. Sehingga unsur ini Tidak memenuhi syarat prasyarat Menjadi Penataghama menurut Peter Carrey. Justru Pembangkangannyalah bentuk implementasi dari reaksi akan ilmu islam yakni amar ma’ruf nahi munkar yang melahirkan jihad fi sabilillah perang Jawa yang menunjukan eksistensinya (pembuktian) pantas dan layak disandangkan sebagai Penathagama secara substansi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image