Catatan Sekolah No: 1 (Relevansi Belajar di Sekolah)
Guru Menulis | 2022-03-05 19:58:37Bagaimana mengartikan belajar dan semangat menjalaninya bagi seorang siswa? Di masa ini, belajar tentu tidak dapat hanya didefinisikan dengan memakai seragam, masuk kelas beratur, dan membaca buku paket. Karena saya pernah membaca, memakai seragam, masuk kelas secara beratur, tetapi saya tidak belajar.
Mungkin itu juga yang dirasakan oleh ribuan siswa lainnya di negara ini. Entah mengapa, pembelajaran di sekolah menjadi kaku dengan ruang, modul, kalimat-kalimat dalam paket. dan jika hanya mempelajari satu sampai dua kalimat per bab dalam paket. Saya rasa saya mampu mempelajari dan memahami itu tanpa harus datang pagi-pagi buta, memakai seragam dan berjalan keluar rumah untuk masuk ke ruang kelas.
Dalam sekolah, pembelajaran tentu tidak lagi harus terpaku pada cara untuk membuat kita mengetahui tentang ilmu-ilmu tertentu. Tetapi tingkatan sekolah harus lebih tinggi dari sekedar hanya memberi pengertian ilmu itu sendiri. Sekolah saat ini harus dapat memberi rasa dan hasrat bagi anak-anak kita untuk mau memahami ilmu yang kita bawa. Saya yakin, jika orientasi pembelajaran sekolah dapat diubah, dengan tidak menitikberatkan pada formalitas mempelajari kalimat-kalimat paket, penjelasan dangkal yang tidak disertai diskusi yang nyata tentang ilmu yang dipelajari. Buah manis dari pendidikan tentu tidak akan pernah kita rasakan dalam hidup kita.
Sekolah-sekolah yang ada, terkhusus para guru sebagai pion utama pendidikan harus mulai terbuka untuk menjadikan siswa sebagai bagian dari ilmu itu sendiri, mereka bukan gelas kosong yang harus diisi. Tetapi mereka adalah bahasa, musik, angka, kimia, tenaga, alam, dan cinta yang bebas untuk mengenali diri dan menjadi apa pun yang mereka mau. Dan hal seperti itu bisa dimulai dengan memberi mereka kesempatan, pada pintu gerbang sekolah, pada rumput dan pohon halamannya, pada spidol dan papan tulis, juga pada ruang kelas ajaib tempat mereka menjadi matahari serta bulan.
Apa yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa semua pihak yang bergerak di bidang pendidikan harus secara sadar memberi anak-anak kita banyak kesempatan di sekolah. Untuk bisa mengenali diri mereka sendiri, mengenali bakat alami dalam dirinya. Kita harus tumbuhkan rasa dan kedekatan jiwa mereka dengan ilmu yang kita bawa. Bebaskan mereka berpikir dan mengerti tentang ilmu yang mereka pelajari setiap harinya. Sampai teori dan rumus-rumus baru dari otak mereka keluar, hingga mereka menjadi anak-anak Indonesia yang memiliki pola pikir kritis dan terbuka dalam memahami setiap ilmu yang ada.
Untuk guru-guruku tercinta, pendidikan, sekolah, dan pembelajaran di masa ini jauh lebih sulit menjalankannya, ada sekat-sekat tak kasat mata yang menghambat siswa-siswi kita dalam usahanya mencintai pendidikan, mencintai belajar. Gawai dan segala hal magis di dalamnya adalah salah satu hal tak kasat mata yang sulit dilepaskan dalam hidup mereka. Dan “dunia baru” itu menjadi sekat yang kuat sekali jika kita tak bisa mengontrolnya dari dalam diri siswa. Untuk itu perlu kiranya para guru mengenalkan dan memberikan rasa juga penjiwaan yang lebih menarik dalam pembelajaran. Memakai metode person to person untuk berintraksi dengan mereka lebih dekat. Pikat hati mereka dengan ilmu yang kita bawa, dekatkan mereka dengan ilmu itu sehingga mereka merasa butuh dan mau untuk mengenal dan belajar bersama kita wahai para pahlawan pendidikan.
Catatan Sekolah; F
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.