Senjakala Aparatur Sipil Negara
Eduaksi | 2022-03-05 14:38:21Era disrupsi sudah menghilangkan banyak pekerjaan yang selama ini terbilang mapan. Profesi yang dulu dianggap mentereng menjadi tidak berkutik dihadapan kecanggihan teknologi terutama kecerdasan buatan. Banyak pekerjaan yang lenyap, sebagaimana juga banyak pekerjaan yang muncul dengan spesifikasi yang sama sekali belum pernah ada. Pabrik-pabrik memilih untuk menggunakan mesin yang bekerja efisien, hemat waktu, tidak perlu pembiayaan yang besar dan terutama mesin-mesin dan robot-robot itu tidak akan melakukan demo yang banyak merugikan perusaahan. Kesemua faktor itu menjadikan tenaga manusia menjadi tidak terpakai lagi. Isu-isu robot menggantikan banyak profesi sudah menjadi kenyataan, bahkan Dubai sejak tahun lalu polisi Negara itu mengenalkan petugas robot pertama mereka, Reem, yang diberikan tugas untuk berpatroli di mal-mal kota dan tempat wisata. Polisi sebagaimana yang kita ketahui bersama adalah pegawai pemerintah. Dengan kata lain pekerjaan dibirokrasi yang selama ini cenderung kebal perubahan menjadi terancam sewaktu-waktu digantikan teknologi. Wacana menggantikan ASN dengan robot di Indonesia juga santer terdengar beberapa waktu yang lalu meskipun hal itu dibantah oleh Menpan-RB.
Sinyal-sinyal perampingan ASN memang sudah lama berlangsung, mulai dari isu-isu penawaran pensiun dini, tuntutan menjadi ASN kelas dunia, penghapusan eselon empat, wacana memperkerjakan tenaga administrasi selamanya dari rumah hingga rekrutmen ASN yang dirubah skemanya menjadi pegawai PPK, semua mengisyaratkan senjakala ASN yang harus segera direspon para ASN yang selalu mengganggap bahwa ASN adalah zona nyaman yang tidak akan tergerus dan digantikan teknologi karena status mereka sebagai pegawai pemerintah.
Jumlah ASN di Indonesia sendiri menurut data BKN tahun 2021 adalah 3.995.634 orang, sebanyak 1,6 juta adalah tenaga administrasi. Awal tahun ini, berhembus isu kencang jika ASN administrasi yang 1,6 juta itu diwacanakan untuk kerja dari rumah hingga pensiun. Menurut Tjahjo Kumolo, para pegawai administrasi ini perlu ditingkatkan profesionalitasnya. Jika tidak, menurutnya ke depan lebih baik pegawai administrasi bekerja dari rumah. Sementara di kantor hanya eselon I dan eselon II.
“Kalau tidak bisa kita tingkatkan profesionalitasnya lebih baik kerja di rumah saja sampai pensiun. Kemudian yang kerja di kantor menempatkan eselon I dan II sebagai leader untuk menggerakan dan mengorganisir dalam mempercepat proses perizinan dan memperpendek layanan publik” . Tuntutan agar ASN profesional memang sudah menjadi suatu keniscayaan di abad 21 ini. ASN yang hanya datang sekedar menggugurkan kewajiban dikantor sudah tidak bisa ditolelir lagi. Berita-berita yang berseliweran tentang ASN Indonesia juga kurang mencerahkan. Kebanyakan berita –berita tentang ASN yang muncul dipermukaan di dominasi oleh berita-berita ASN yang tertangkap oleh satpol PP di Mall pada jam kerja dan sesekali viral di tik tok karena joget berjamaah pada jam kantor sambil memakai pakaian dinas, sebaliknya berita-berita yang memuat prestasi ASN rasanya sangat sepi di media. Tidak heran wacana mengganti ASN dengan robot terus saja digaungkan. Lalu apa yang harus dialkukan ASN untuk mengantisipasi hal itu? Smart ASN dan ASN kelas dunia menjadi solusinya. Sejak beberapa tahun terakhir, kedua term itu sudah dipopulerkan oleh Kemenpan –RB. ASN harus segera bertransformasi menjadi smart ASN dan ASN kelas dunia.
Bagaimana sesungguhnya smart ASN dan ASN kelas dunia itu? Kemenpan RB sendiri sudah menggariskan bahwa ditahun 2024 smart ASN sudah terwujud. Lebih lanjut penjelasan tentang , Smart ASN memiliki profil yang disiapkan untuk menghadapi era disrupsi dan tantangan dunia yang semakin kompleks. Profil Smart ASN meliputi integritas, nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, berjiwa hospitality, berjiwa entrepreneurship, dan memiliki jaringan luas. Bagaiman profik kebanyakan ASN Indonesia saat ini? Para ASN yang masih produktif hingga tahun 2024 bisa mengukur diri mulai saat ini. Budaya kerja yang ada di kantor-kantor pemerintah belum mengarah kearah sana. ASN kebanyakan hanya menghabiskan jam kerja dan belum terukur profesionalismenya. Pekerjaan-pekerjaan administrasi sesungguhnya adalah pekerjaan yang paling rentan yang dapat digantikan oleh artificial intelligent. Ketrampilan mengetik memakai computer saat ini bukan lagi hal yang istimewa. Hanya dalam hitungan bulan perkembangan start up yang bagaikan jamur dimusim hujan cepat atau lambat akan memungkinkan pekerjaan mengetik sudah tidak lagi mebutuhkan manual yang dikerjakan oleh manusia. Pandangan para ASN bahwa mereka tidak akan bisa tergantikan sudah usang. ASN bukan lagi priyayi yang punya hak dan kedudukan istimewa dipemerintahan dan birokrasi. Profesionalisme menjadi ukuran. Sebagai karyawan pemerintah yang kerap mendapat tudingan membebani APBN negara, dan tanpa kinerja yang jelas, ASN Indonesia sebaiknya mulai bertransformasi, meningkatkan kapasitas dan kapabiltas. Bila hal itu tidak dilakukan, tidak mustahil karena tuntutan zaman yang bergerak cepat tenaga ASN bisa saja digantikan oleh robot.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.