Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syafbrani ZA

Menjadi Ayah Zaman Now

Eduaksi | 2022-03-04 23:00:54
republika.co.id" />
Sumber Foto: AP/Peter Dejong via republika.co.id

Menjadi ayah zaman now? Membayangnya akan terasa spektakuler dan bahkan super wow. Bukankah begitu?

Memang, istilah zaman now ini hadir baru beberapa tahun silam. Menjadi trending di berbagai kanal sosial media. Embrionya tidak lain adalah 'kids jaman now.' Tiga kata yang secara tata bahasa saja sudah mengindikasikan keberadaan mereka. Jaman now. Zaman now.

Maka, sekilas kita bisa mendefinisikan bahwa menjadi ayah zaman now berarti menjadi ayah untuk mereka yang posisi hidupnya sebagai Kids Jaman Now tadi. Beragam ciri yang ditempelkan pada generasi ini. Diantara cirinya tersebut adalah terkait dengan waktu dan gaya mereka, baik di dunia nyata apatah lagi di sosial media.

Sedikit-sedikit jepret. Sedikit-sedikit upload. Sedikit-sedikit rebahan, yang juga sambil jepret-jepret. Terus upload lagi.

Tidak sampai disitu. Posenya saat bergaya di depan gadget yang kekinian itu juga khas -- jika tidak ingin dibilang narsis atau alay. Cara saling sapanya juga khas. Kosa katanya kadang-kadang terdengar khas. Tempat tongkrongannya khas. Juga menu makan - minum pilihannya. Khas. Tampil beda.

Apakah yang mereka lakukan sia-sia? Ooh, jangan salah! Banyak diantaranya yang kemudian mendapat predikat sukses. Bahkan kadang ketenarannya meroket, melampaui para artis. Ketenaran yang berawal dengan istilah yang kita kenal dengan viral itu.

Apakah ketenarannya sia-sia? Ooh, jangan salah! Tidak sedikit diantara mereka yang viral itu berubah nasibnya. Dari yang tadinya bukan siapa-siapa. Kemudian menjadi perbincangan media massa. Menjadi bintang, termasuk bintang iklan. Jepret-jepretnya menjadi sumber pendapatan. Terus, menjadi artis benaran.

Pada kondisi yang demikian ini, sebagai orang tua --- dalam hal ini ayah, sepertinya mempunyai beberapa pilihan. Diantara pilihan itu adalah mulai dituntut untuk menyesuaikan diri dengan zaman anak-anak itu. Membiarkan mereka menikmati zamannya. Pilihan yang seperti memaksa untuk tidak melakukan pilihan lain.

Katanya, biar mereka benar-benar menikmati. Maka, seorang ayah juga dianggap perlu untuk mulai ikut-ikutan. Ikut masuk ke zamannya. Masuk ke gayanya.

Sedikit-sedikit jepret. Sedikit-sedikit upload. Sedikit-sedikit rebahan, yang juga sambil jepret-jepret. Terus upload lagi.

Kelak, bisa jadi ayahnya ikut tenar juga. Bisa tampil di berbagai media. Pengikutnya mulai tumbuh dari satu - dua, menjadi hitungan juta. Jepret-jepretnya menjadi sumber pendapatan. Terus, menjadi artis benaran juga.

Nah, apakah memang seperti ini pilihanya? Tentu masih ada pilihan-pilihan lain. Pilihan yang tetap memberikan garis demarkasi: antara nyata dan maya, antara obsesi dan prestasi, antara selfie dan simpati, sampai antara hubungan anak dan orang tuanya itu sendiri.

Pilihan-pilihan yang mungkin lebih tepat dalam mendefinisikan ayah zaman now itu.

Jadi, mungkinkah kita perlu segera melahirkan konsensus dalam menetapkan pilihan tersebut?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image