Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adeummunasywah Adeummunasywah

Bersyukur untuk kebaika Diri

Agama | Friday, 04 Mar 2022, 06:04 WIB

Bersyukur untuk Kebaikan Diri

Oleh Atik Setyawati, S.Pd., Gr. (Praktisi Pendidikan)

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat An Naml ayat 40 yang artinya:

"Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.”

(QS. An Naml: 40)

Betapa karunia Allah SWT sangat banyak. Tak sanggup kita menghitung banyaknya karunia itu. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, banyak sekali nikmat dari Allah untuk hamba-Nya. Sangat tidak pantas bila tiada syukur di sana. Yang pantas adalah senantiasa mensyukuri setiap nikmat dan karunia yang Allah berikan.

Bagaimana cara mensyukuri nikmat-nikmat itu?

Tentunya, lisan berucap hamdalah, alhamdulillah irobbil'alamiin. Kemudian, kita gunakan badan ini untuk senantiasa beribadah kepada Allah. Rajin beramal saleh, berdakwah amar ma'ruf nahy mungkar. Dengan kata lain, menjadi sepandai-pandainya hamba yang bersyukurbersyukur dengan terus menjalani ketaatan pada Sangat Pencipta.

Senantiasa mengharapkan rahmat dari Allah. Berdoa agar dijadikan sebagai muslim yang pandai bersyukur.

Dengan rasa syukur terhadap nikmat yang telah Allah anugerahkan, maka akan muncul rasa kebahagiaan dalam hidup. Karena syukur mampu menjadikan diri bahagia di setiap keadaan.

Betapa sebenarnya dapat bangun tidur di pagi hari adalah nikmat yang tiada tara. Baik ataukah buruk keadaan di pagi hari, diawali dengan ucapan syukur bahwa Allah masih memberikan napas untuk hari ini. Memiliki waktu untuk beribadah dan berkarya. Ya, karena banyak orang yang tak bisa bangun lagi di pagi hari. Ketika bisa bangun tentu ini adalah kenikmatan yang harus disyukuri.

Sahabat, setelah bangun kita akan mencari air. Betapa ketersediaan air di dekat kita itu juga sebuah kenikmatan. Banyak yang sekadar mendapatkan air saja harus mengantre lama. Ini ada air di dekat kita dan tinggal meminumnya. Ini adalah nikmat yang layak disyukuri. Adanya air yang membasahi kerongkongan kita menjadikan tubuh kita segar. Kita dapat beraktivitas, beribadah di pagi hari.

Nikmat kesehatan di tengah pandemi sekarang ini adalah benar-benar kenikmatan yang selayaknya disyukuri. Adapun bila mendapat giliran sakit, itu juga kenikmatan dari Allah. Bagaimana tidak? Dengan diberi ujian sakit, kita jadi bisa merasakan betapa nikmatnya sehat. Kita rindu sehat, berusaha untuk sehat. Ikhtiyar dilakukan. Berobat, minum herbal, olah raga, istirahat cukup, makan makanan yang halal dan thoyib, bergizi untuk memeroleh yang namanya sehat.

Sahabatku, sungguh itu baru nikmat di pagi hari. Tak sanggup kita menghitung banyaknya nikmat dari Allah. Nikmat beragama Islam dengan penuh keimanan. Ini adalah nikmat yang tiada bandingnya. Nikmat menjalani ketaatan dalam pengabdian seorang hamba. Ketenangan dalam ibadah adalah kenikmatan yang luar biasa.

Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Quran Surat An-Naml di atas bahwa sejatinya seseorang yang bersyukur itu untuk dirinya sendiri. Kenikmatan yang Allah berikan sejatinya adalah ujian bagi hamba-Nya. Apakah mensyukurinya ataukah mengkufurinya. Ini pilihan. Bila bersyukur tentu itu baik untuknya. Allah akan tambah lagi nikmat atasnya. Namun, ketika ia kufur, tentu siksa Allah akan hadir untuknya. Naudzubillah. Allah tak butuh hamba itu bersyukur karena Allah Maha Kaya, Allah tak butuh hamba-Nya. Kitalah sebagai hamba Allah yang membutuhkan rasa syukur itu, berterima kasih terhadap seluruh karunia yang Allah berikan. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang pandai bersyukur atas nikmat dari Allah SWT.

Wallohu'alam bish showwab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image