Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arief Nurharyadi

Islam (tidak) Rahmat Semesta Alam ?

Sejarah | Thursday, 03 Mar 2022, 10:52 WIB

*Islam (Tidak) Rahmat Semesta Alam ?*

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا “

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ” [Al-Maa-idah/5: 3]

Pada ayat ini Allah telah memberikan 'kesempurnaan' ajaran Islam sehingga Jaminan bahwa Islam adalah agama yang di ridhoi-Nya.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)

Selain sebagai agama yang sempurna maka Islam juga merupakan rahmat bagi semesta alam akan tetapi apakah hal itu benar adanya ?

Masyarakat Arab sebelum kedatangan islam dalam hal ini adalah islam yang disempurnakan nabi Muhammad SAW dikenal sebagai masyarakat jahiliyah atau masyarakat yang tinggal dalam kebodohan atau kegelapan. Sebenarnya islam atau ketauhidan sudah ada di tengah masyarakat Arab sejak nabi Ibrahim dan Ismail yang mendirikan ka’bah. Akan tetapi kepercayaan itu mulai luntur dengan adanya ajaran sesat menyembah berhala dari masyarakat Syam yang dibawa salah satunya oleh Amir bin Lubai. Ia mengatakan bahwa berhala tersebut adalah perantara/wasilahTuhan dengan makhluknya. Awalnya ajaran tersebut hanya dilakukan oleh masyarakat Mekah yang bahkan membuat ratuasan berhala dan meletakkannya sekeliling ka’bah. Sebagian pendudukan Arab menganut nasrani, yahudi (baca sejarah yahudi) dan agama kepercayaan yang menyembah berhala. Sebagaimana info bahwa,

“Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh AS merupakan patung-patung yang disembah pula dikalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail. Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke Bani Gatifdi yang terletak di lereng bukit Saba.”

Berhala Manat. wikipedia

Masyarakat Arab dikenal sebagai kaum yang sangat mencintai kaumnya (Fanatisme suku) sehingga membentuk suku-suku/golong-golongan dan gemar berperang dengan suku lainnya. Tradisi masyarakat jahiliyah juga sangat kejam pada masa itu. Mereka memperlakukan wanita dengan tidak hormat, mengubur anak perempuan hidup-hidup karena menganggap anak perempuan sebagai pembawa sial.

Memang nabi Muhammad SAW berasal dari Kaum Qurays suku Bani Hasyim akan tetapi bukan berarti semua yang berasal dari Qurays/Arab adalah baik karena kita mengetahui bahwa Al Quran menyebut nama Abu Lahab sebagai contoh tabiat Manusia yang buruk.

Surat Al-Lahab : “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” (QS. Al-Lahab : 1 – 4).

Ayat ini turun 10 tahun sebelum kematian Abu Lahab.

Abu Lahab nama aslinya Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Urutan nasabnya: Abdul Uzza bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Lebih dikenal dengan nama Kun-yah: Abu Lahab dibandingkan nama aslinya. Lahab artinya menyala-nyala. Ada yang mengatakan bahwa yang menggelari Abu Lahab adalah ayahnya, Abdul Muthalib, karena Abu Lahab wajahnya sangat cerah.

Abu Lahab termasuk salah satu paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekaligus penentang dakwah beliau.

Ketika Allah memerintahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk memulai dakwah dari karib kerabatnya,

وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْأَقْرَبِيْنَ

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara’: 214)

Setelah itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri memanggil para karib kerabatnya.

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

“Wahai sekalian orang-orang Quraisy, belilah diri kalian sendiri, sungguh aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari (adzab) Allah sedikit pun.

Wahai Bani Abdu Manaf, aku tidak bisa menyelamatkan kalian dari (adzab) Allah sedikit pun, wahai Abbas bin Abdul Muththalib, aku tidak bisa menyelamatkanmu dari (adzab) Allah sedikit pun.

Wahai Shafiyyah bibi Rasulullah, aku tidak bisa menyelamatkanmu dari (adzab) Allah sedikit pun.

Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah apapun yang engkau inginkan dari hartaku, akan tetapi aku tidak bisa menyelamatkanmu dari (adzab) Allah sedikit pun juga.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Maka jangankan dengan orang yang jauh nasabnya untuk bisa sampai kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang dekat dengan beliau saja seperti putri beliau Fathimah radhiyallahu anha hubungan darah tersebut tidak akan bisa menyelamatkan dari adzab Allah, jika tidak dibarengi dengan keimanan kepada Allah azza wa jalla.

Abu Lahab sangat dekat nasab Nabi alaihish shalatu was salam, namun apakah hal itu bermanfaat bagi beliau yang kafir kepada Allah dan menentang dakwah Nabi shallallahu alaihi wa sallam?.

Rasulullah shallallahu alihi wa sallam bersabda,

من أبطأ به عمله لم يشرع به نسبه

“Barangsiapa yang lambat amalannya, maka nasabnya tidak dapat mempercepat” (HR Muslim).

Islam sebagai agama yang sempurna mampu mengkoreksi keburukan yang berasal dari nasab terdekat nabi Muhammad SAW yaitu contoh Abu Lahab dan memperingatkan bahwa nasab/keturunan tidak menjamin dari azab Allah jika mereka mengikari perintah Allah SWT.

Dengan mengkoreksi Nasab ini maka Islam juga mengkoreksi fanatisme kesukuan di Arab bahkan sukses mempersaudarakan kaum anshor dan Muhajirin di Medinah dan ini modal awal untuk kesuksesan Islam kemudian dengan Fathu/pembebasan Mekah.

Dengan kesempurnaan ini maka Islam menjadi rahmat bagi semesta alam. Akan tetapi kenyataan sekarang ini di jazirah Arab kita dapati beberapa konflik baik negara maupun paham seperti Syiah vs Sunni, Saudi Arabia vs Iran, internal Syria, Yaman dan lain-lainnya. Hal ini menjadikan "Islam arab" sebagai hal yang buruk dan patut di waspadai dan karena di dalamnya bersifat radikal, intoleran dan mau mengganti budaya yang ada dengan budaya Arab sehingga melahirkan gerakan Islamophobia.

Perang Global memerangi teror dalam hal ini "Islam" dimulai saat adanya peristiwa 9/11 serangan teror 11 September 2001 lalu. Serangan teror yang dilakukan Al-Qaeda itu merupakan yang paling mematikan di tanah Amerika Serikat dalam dua abad terakhir.

Hampir 3.000 orang tewas dalam teror yang terjadi di tiga lokasi di AS tersebut.

Sejumlah pengamat menganggap teror 9/11 menjadi titik balik yang berdampak besar pada kebijakan luar negeri AS hingga hari ini.

Kurang dari sebulan setelah teror 9/11 terjadi, AS mendeklarasikan Perang Global Melawan Terorisme.

"Pilihannya hanya antara Anda bersama kami, atau Anda bersama teroris," kata presiden AS saat itu, George W Bush, mengultimatum seluruh negara di dunia.

wikipedia.

Menurut Richard Haass, seorang diplomat veteran sekaligus presiden lembaga think thank Council on Foreign Relations, propaganda Bush tersebut sangat mempengaruhi apa yang dilakukan AS di dunia dan bagaimana dunia memandang AS.

Kisah di mulai dari Afghanistan. AS saat itu memberi ultimatum kepada rezim Taliban yang tengah berkuasa di Afghanistan: menyerahkan Osama Bin Laden dan bertanggung jawab atas serangan 9/11 atau rezim mereka terancam.

Karena Taliban menolak, tak lama setelah serangan 9/11, AS meluncurkan invasi ke Afghanistan dengan dalih memburu Al-Qaeda terutama pemimpinnya, Osama Bin Laden, sebagai dalang utama teror.

Namun dalam perjalan, AS pun turut berkolaborasi dengan milisi lokal Afghanistan untuk menggulingkan Taliban dari pucuk pemerintahan. Sejak Taliban terguling, AS membantu Afghanistan membentuk pemerintahan baru dan berupaya menanamkan demokrasi dan pembangunan di sana menurut standar AS.

Hal itu membuat misi invasi di Afghanistan banyak bergeser dari tujuan awal dan membuat AS terseret ke dalam perang terpanjang dalam sejarahnya.

Nahasnya, usai 20 tahun menginvasi Afghanistan, AS harus menelan pil pahit kenyataan lantaran negara itu kembali ke tangan rezim Taliban dua pekan sebelum Negeri Paman Sam resmi mengakhiri pendudukannya di sana.

Selama dua dekade pula, AS menggelontorkan dana US$2 triliun lebih untuk Afghanistan, belum lagi taruhan ribuan nyawa para personel dan warganya selama invasi berlangsung.

Perang Global Melawan Terorisme turut membuat AS melancarkan perang di Irak. Pemerintahan Bush saat itu mengklaim tujuan invasi adalah untuk "menggulingkan rezim pemerintah Saddam Hussein yang mengembangkan senjata pemusnah massal, mendukung terorisme, dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia."

"Nyatanya, tidak pernah ada bukti Irak memiliki senjata pemusnah massal saat itu," kata Haass.

Meski invasi AS di Irak hanya berlangsung 26 hari, biaya yang dikeluarkan bagi Irak selama dan sesudah invasi Washington hampir setara dengan Afghanistan.

Akibat kampanye dan berbagai propaganda perang Global melawan Terorisme maka Indonesia sebagai negara yang berhubungan dengan negara-negara lain dan bersifat moderate secara sadar dan tidak sadar terpengaruh.

Tujuan AS dalam melancarkan Global War Of Terorisme (GWOT) qadalah untuk menakuti-nakuti publik dunia (politics of fear) sehingga negara-negara bersedia bergabung dalam berbagai operasi militer GWOT. Hal ini sangat menguntungkan industri militer AS dan meningkatkan dominasi AS di dunia.

Ada semacam pemahaman bahwa menjadi muslim yang baik tidak harus memjadi orang Arab, pandangan ini sejatinya baik akan tetapi ada beberapa orang yang memanfaatkan untuk memperlebar perbedaan sehingga mengarah ke perpecahan.

Allah SWT memilih Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir dan menurunkan wahyu melalui bahasa Arab (Qurays) akan tetapi Al Quran ditujukan bukan hanya untuk orang-orang Arab. Ayat yang turun banyak menyatakan Hai Manusia, Hai orang beriman, hai bani adam dan lainnya tidak ada khusus hai bani arab.

Bahkan nabi Muhammad memperingatkan sukunya agar tidak memuja nasab.

Menghormati nasab/keturunan adalah hal baik karena merupakan salah satu adab, akan tetapi harus dibedakan bahwa Nasab bukan menjadi Jaminan kebenaran,kebarokahan,kepintaran dan lain sebagainya. Sejarah sangat nyata jika kita berpikir ?...nabi Nuh ternyata anaknya yang bernama Kanaan tidak mau mengikuti bahkan ketika air hujan yang akan menenggelamkan daratan dan memintanya ikut dan masuk ke bahtera/kapal menolak dan ia / Kanaan menyakini bahwa ia akan selamat dengan menaiki gunung. Inilah pemahaman logika dan kafir/tertutup dari hidayah Allah, dan pada akhirnya ia tenggelam berbeda dengan bahtera/kapal nabi Nuh berserta pengikutnya.

Juga jika kita telaah tentang ayah dari nabi Ibrahim as yang merupakan pembuat patung berhala dan juga menyembah patung berhala tersebut, ini hal aneh dan bodoh untuk orang yang berpikir akan tetapi menjadi lumrah karena sudah dianggap sebagai adat/tradisi nenek moyang yang merupakan harga mati.

Berulang kali nabi Ibrahim berdialog dan menasehati ayahnya bahkan sampai dengan ayahnya mengancam akan mencelakainya.

Inilah fakta bahwa Nasab tidak berpengaruh terhadap Ahlaq, Pengetahuan, bahkan Kebarokahan !.

“Agama seseorang tergantung akalnya, dan siapa yang tidak memiliki akal ia tidak mempunyai agama.”

Kita dapat menelaah dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 170:

Apabila dikatakan kepada mereka (oleh siapa pun): 'Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,' mereka menjawab: '(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari perbuatan nenek moyang kami.'

Sebaiknya kita pikirkan QS. Ali-Imran ayat 7:

Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad SAW). Di antara ayat-ayat(nya) ada yang mukhamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an, dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan kepada kesesatan, maka mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh apa (ayat-ayat) yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan di kalangan orang-orang beriman) dan untuk mencari-cari ta’wilnya (yang sesuai dengan kesesatan mereka), padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: 'Kami beriman dengannya (al-Qur’an), semua dari sisi Tuhan Pemelihara kami'. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan Uli al-Albab."

(Kata ulul albab muncul sebanyak 16 kali dalam Alquran. Dalam terjemahan Indonesia, arti yang paling sering digunakan adalah ‘akal’. Karenanya, ulul albab sering diartikan dengan ‘yang mempunyai akal’ atau ‘orang yang berakal’. Al-albab berbentuk jama dan berasal dari al-lubb. Bentuk jamak ini mengindikasikan bahwa ulul albab adalah orang yang memiliki otak berlapis-lapis alias otak yang tajam).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image