Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Budi Santosa, S.Pd.I

Edukasi Halal Dari Sekolah

Guru Menulis | 2022-03-02 07:13:03

Awal tahun 2015, publik dikejutkan dengan berita tentang siomai yang mengandung babi. Padahal, siomai merupakan kuliner favorit masyarakat Indonesia yang notabene mayoritas Muslim. Beberapa waktu yang lalu juga sempat diberitakan Republika tentang Dunkin Donats yang menggunakan gula halus dari bahan berbahaya walaupun pada akhirnya MUI maupun BPPOM sudah memberikan penjelasan terkait masalah itu. Sebelumya, juga marak diberitakan tentang makanan yang mengandung babi beredar di mana–mana.

Hingga saat ini, tak banyak media massa yang mempunyai perhatian dalam mengedukasi halal masyarakat Indonesia meski Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia. Namun, media massa yang mengedukasi halal jumlahnya sangat sedikit, salah satunya Republika. Itu pun terbatas space yang disediakan, belum lagi tidak efektif bagi masyarakat yang tidak berlangganan koran tersebut.

Sekolah sebenarnya mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengedukasi halal. Sekolah bukan hanya bisa mengajarkan pengetahuan semata, melainkan juga hingga ke sikap siswa. Siswa tidak hanya mengetahui pengertian halal dan haram, tapi juga menerima dan menghargai ajaran halal tersebut dan ingin melakukan dalam kehidupannya sehari – hari.

Di tingkat SMP, baik Kurikulum 2013 maupun Kurikulum 2006 keduanya didapati materi pelajaran tentang makanan dan minuman halal, khususnya dalam mata pelajaran PAI. Materi ini diajarkan pada kelas VIII semester genap. Guru bisa menjadikan pembelajaran PAI ini sebagai edukasi halal terhadap siswa-siswa.

Perlu kiranya pembelajaran ditunjang dengan metode-metode pembelajaran aktif agar siswa benar-benar bisa menyerap dengan baik. Alangkah lebih baik jika kemudian siswa diajak untuk berbagi pengetahuan mereka, baik kepada orang-orang di sekitar rumahnya maupun menggunakan akun sosial yang mereka miliki sebab terbukti efektif dalam menyebarkan informasi.

Pihak sekolah juga bisa mengimplementasikan edukasi halal dengan menjaga siswa agar tidak jajan sembarangan serta menyediakan kantin yang halal lagi menyehatkan di sekolah masing-masing. Untuk hal ini, memang masih belum bisa dilakukan oleh semua sekolah. Beberapa sekolah berlabel Islam terpadu (IT) melarang siswanya jajan di luar dengan tujuan menghindari makanan yang tidak halal, bahkan berbahaya sebagaimana sering diberitakan.

Sekolah akan menjadi tempat yang strategis dalam mengedukasi halal jika diberikan sejak dini, bahkan mulai di bangku SD. Tentu dengan porsi dan cara yang berbeda. Di samping lewat mata pelajaran lain, semisal Biologi, kimia, dan lainya.

Sebab tugas mengedukasi halal merupakan tugas bersama sekolah, termasuk membuat kebijakan yang menyelamatkan siswa dari mengonsumsi makanan berbahaya. Dengan edukasi halal dari sekolah, siswa sebagai generasi mendatang bisa menatap masa depannya dengan sehat dan terhindar dari yang haram. Wallahu a’lamu bi shawab.

Budi Santosa, Guru Pelajaran Agama Islam (PAI) di SMPIT Smart Cendikia, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah

pernah dimuat di kolom Guru Menulis Republika edisi 23 Maret 2015

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image