Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mukaromah_MTsN 3 Bantul

Membaca dan Menulis dalam Perspektif Pendidikan Islam

Guru Menulis | Thursday, 24 Feb 2022, 12:18 WIB

Membaca dan menulis merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Sedemikian pentingnya, hingga wahyu pertama Al Qur’an turun ialah perintah untuk mencari ilmu pengetahuan yang diawali dengan membaca. Hal tersebut karena membaca dapat mengantarkan manusia menjadi insan yang mulia. Namun karena manusia memiliki berbagai macam potensi, salah satunya potensi nafsu yang disamping memiliki muatan positif, juga negatif. Jika nafsu negatif yang lebih mendominasi, terkadang kurang optimal dalam mengimplementasikan perintah Allah yang tersebut dalam Qs. Al ‘Alaq 1-5. Adanya rasa enggan dan malas dalam membaca dan menulis merupakan suatu hal yang sudah biasa. Bahkan yang sudah konsisten dalam membaca dan menulis pun terkadang dalam satu titik tertentu mengalami fase down. Tak sedikit pula, yang menginginkan sesuatu dengan instan tanpa melalui proses, seperti ingin memiliki karya namun enggan membaca.

Mekipun di dalam Al Qur’an perintah menulis jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan perintah membaca, namun hal tersebut seharusnya dijadikan semangat agar produktif dalam berkarya. Sebagaimana yang dilakukan oleh para ilmuan dan cendekiawan muslim pada masa keemasan Islam (abad pertengahan) sekitar abad -7 hingga -12 M. Pada abad itu banyak ilmuan muslim yang menulis kitab dan buku, hingga pada akhirnya orang barat berbondong-bondong berguru kepada orang Islam. Al Kindi dengan kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Al Farabi dengan kitab Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha, Ibnu Sina dengan Al-Qanūn Fi At-Thibb, Al Ghazali dengan kitab Ihya Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, Ibnu Khaldun dll. Bagi mereka, menulis merupakan kerja keabadian yang tak ada habisnya. Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan amal shalih, dan salah satu bentuk amal shalih adalah tulisan. Untuk mengabadikan nama, pemikiran, dan jejak kehidupan dapat melalui karya. Dengan karya, nama akan terkenang sepanjang masa.

Dalam perspektif Islam, karya merupakan salah satu bentuk amal jariyah yang akan terus mengalir sekalipun yang menulis telah tiada. Walaupun ulama’ Islam seperti Al Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun telah tiada, namun kitab peninggalan mereka masih terus dapat dibaca dan dinikmati oleh generasi setelahnya. Di Indonesia sendiri, pemikir Islam seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Nurcholish Madjid (Cak Nur), Ahmad Wahib, BJ. Habibi, Buya Hamka, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Mujab Mahalli, KH. Tholhah Mansur mereka merupakan pegiat dakwah yang mengabadikan ide dan pemikirannya melalui tulisan. Ide dan pemikirannya masih terus hidup dan berkembang hingga kini, karena generasi sesudahnya mewarisi karya-karyanya.

Pada dasarnya, menulis dan membaca adalah sesuatu hal yang mudah jika dilakukan. Tak ada rumus pasti dalam membaca dan menulis selain MELAKUKAN (action). Jika sesuatu hanya disimpan dalam memori, suatu saat akan lupa hingga pada akhirnya hilang tak berbekas, padahal menulis dapat dijadikan sebagai pengingat dan dokumentasi diri yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Menulis dapat menjadi warisan berharga dan bermakna bagi orang lain, terlebih jika jasad telah tiada. Maka tulisan menjadi warisan sejarah yang akan abadi selamanya.

Dalam perspektif humaniora, menulis memegang peranan penting dalam sejarah kemanusiaan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, namun selama tidak menulis ia akan hilang ditelan masa”. Kata inspiratif Pram tersebut bukan tanpa arti, melainkan menjadi satu hal yang patut untuk direnungkan. Karena menjadi tamparan keras dalam sejarah kemanusiaan, jika kesempatan dan peluang umur yang dianugrahkan Allah terlewat begitu saja tanpa meninggalkan jejak sejarah berupa sebuah karya untuk menjadi warisan abadi selamanya.

Tabik,

S. Mukaromah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image