MEMAKNAI FILOSOFI ISRAK MIKRAJ
Agama | 2022-02-24 08:44:13Isra' Mi'raj adalah sebuah moment penting dalam sejarah Islam. Peristiwa yang mengandung banyak pelajaran kehidupan. Banyak sekali Ibrah yang bisa diambil dari peristiwa tersebut dan dijadikan kaca benggala untuk kehidupan kita selanjutnya.
Isra' sendiri merupakan perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina. Perjalanan ini melambangkan perjuangan hidup manusia menuju kemuliaan. Sebelum perjalanan, Nabi dibersihkan oleh Malaikat Jibril. Sama halnya dalam kehidupan, manusia juga harus membersihkan diri dan hatinya agar bisa mencapai kemuliaan sejati.
Mi'raj menceritakan peristiwa naiknya Nabi dari Masjidil Aqsa ke Sidratil Muntaha. Tempat tertinggi dan bertemu langsung dengan Allah, Sang Maha Pencipta. Dari Isra' Mi'raj turunlah perintah shalat dari yang awalnya 50 menjadi 5 waktu saja. Tak heran, beberapa ulama mengatakan bahwa shalat adalah moment Mi'raj-nya seorang hamba. Dalam shalat, seorang hamba akan bisa langsung bertemu dengan Tuhannya. Mengadu, meminta, memohon dan berkomunikasi langsung dengan Allah Azza wa Jalla.
Makna integral dalam filosofi Isra' MI'raj adalah jika seorang hamba ingin mencapai kemuliaan sejati dan kedekatan dengan Allah haruslah melalui tiga tahapan yakni:
1. Takhalli (pengosongan diri)
artinya mengosongkan diri dari segala macam keburukan dan kejelekan sifat maupun perangai diri. Kita instropeksi diri, mencari dan menemukan kekurangan diri kita, kemudian membuangnya jauh-jauh. Karakter buruk, hati yang dipenuhi iri dengki, amaliah yang tak terjaga, ubudiyah yang tak berkualitas benar-benar kita pangkas habis dari diri dan kehidupan kita. Tentu bukan hal mudah, karena kita butuh niat yang kuat, amaliah yang kontinyu (istikamah), komunitas yang mendukung dan mengajak kita selalu berada di jalan Allah, serta selalu saling menasehati dalam kebaikan.
2. Tahalli (pembekalan diri)
Jika hati sudah bersih, niat sudah bulat, jalan kebenaran sudah di tangan maka step selanjutnya adalah membekali diri dengan kebaikan dan kemuliaan. Baik akhlak, tingkah laku maupun pemikiran yang terpuji dan diridai Allah harus tertanam dan menyatu dalam diri kita. Sebagaimana perjalanan Isra' Mi'raj, banyak hambatan, gangguan, ujian dan cobaan yang akan selalu datang saat dalam perjalanan membekali diri dengan segala kebaikan. Dalam dunia Sufi proses ini juga merupakan upaya internalisasi sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia. Artinya, seseorang akan berusaha mengisi ruh dan jiwanya dengan segala hal baik dalam rangka mencapai kemuliaan.
3. Tajalli ( eksistensi diri yang bersih)
Tahap pencapaian tertinggi adalah ketika semua nilai kebaikan sudah tertanam dan terstruktur dengan baik dalam diri seorang hamba. Saat itulah, kemuliaan dan internalisasi sifat-sifat Tuhan tercermin dalam setiap tutur dan perbuatannya. Hidupnya akan dilimpahi ketenangan dan keberkahan karena jiwa yang selalu dilingkupi kebajikan.
Pembaca yang budiman, tidak mudah untuk melalui tiga tahap tersebut. Namun, jika tidak sekarang, kapan lagi kita akan mulai menata hidup? Apakah menunggu Izrail datang memanggil? Tentu tidak, saudaraku! Mulailah sekarang dan Ibda' binafsik, mulai dari dirimu sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.