Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deffy Ruspiyandy

Menulislah Agar Ilmu Semakin Berarti

Gaya Hidup | Wednesday, 23 Feb 2022, 20:38 WIB

Seorang penulis menunjukkan ketajaman penanya yang berbuah pemikiran untuk memberikan pencerahan kepada manusia. Sejak dulu, tulisan membawa pesan kuat tentang sebuah hal yang bertujuan menerangi jalan pemikiran manusia, membuat hidupnya semakin dinamis dan yang lebih terpenting adalah mampu mengajak manusia berpikir tentang eksistensinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan.

Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena. Lalu Allah berkata, “Tulislah”. Maka dia bertanya kepada Allah, “Apa yang harus saya tulis, Ya Tuhan?” Allah menjawab, “Tuliskan semua apa yang telah Aku takdirkan dan apa yang ada sampai akhir zaman.” (H.R. Ahmad)

Menulis ada;ah menuangkan gagasan agar ilmu yang ada bermanfaat. (FOTO :Republika.co.id/pixabay)

Penulis adalah orang mengajak manusia untuk bisa membaca sesuatu di alam realita yang telah digariskan Tuhan dan mengajaknya menggunakan akal pikiran untuk memajukan dirinya dengan keerdasan yang dimilikinya. Seorang penulis yang dilahirkan dari khazanah intelektual, bukan sekedar berkutat pada upaya dia mempengaruhi orang-orang tetapi tulisan yang dihasilkan dijiwai oleh semangat dirinya berbuat amal kebaikan bagi sesama manusia. Terlebih dengan tulisannya ia bisa mengajak manusia untuk mampu memahami tentang belajar yang berkesinambungan melalui tulisan-tulisan yang dibaanya .

Sebuah tulisan yang dihasilkan adalah media pencerahan bagi siapapun. Dengan selalu menanamkan nilai-nilai imliah dan edukasi pada tulisan yang dihasilkannya menjadikan dirinya mengemban tugas sebagai penggerak bagi orang-orang agar optimal didalam menggunakan ilmu yang dimilikinya. Penulis mengambil peran sebagai pendidik non formal di dalam menyebarkann ilmunya melalui tulisan. Upaya menebarkan kebaikannya dilakukannya melalui tulisan-tulisannya dalam beragam bentuk. Semakin tulisannya banyak dibaca orang maka tulisannya dapat tersebar secara luas menembus ruang dan waktu.

Akan terasa sia-sia jika kemudian hasil tulisan yang dibaca banyak orang malah memberikan pemikiran yang sesat kepada pembacanya dan menjauhkan dirinya dari Tuhan. Moralitas seorang penulis akan dipertanggung jawabkan jika tulisannya malah membuat pembaca jauh dari nilai-nilai keislaman. Tetapi jika menumbuhkan kebaikan maka keberkahanlah yang akan diterima. Banyak ruang dan media untuk menyebarkan tulisan adalah jalan tersendiri yang bisa dilewati penulis untuk melakukan amal kebajikan melalui tulisannya sebagai bagian dari syiar dakwah itu sendiri.

Sebagai penulis muslim, membuat tulisan sebaiknya bukan sekedar untuk mendapatkan honor atau meningkatkan viewer, walaupun hal itu taka da salahnya juga, tetapi karya tulis yang dihasilkan semestinya memberi efek positif dalam berbagai hal. Tulisan yang dihadirkan berarti sama dengan sebuah arahan yang bisa mengubah pemikiran seseorang. Jika pengaruh yang disebar mengarah kepada kebaikan, maka tentu saja hal itu akan memberi makna yang bagus dalam kehidupan. Tetapi sebaliknya, jika tulisan yang dihasilkan ternyata malah membaut pemikiran seseorang melenceng dari aturan maka sama saja penulis telah meracuni pemikirannya dan itu adalah sebuah kesalahan fatal.

Hogo Hartig dalam Fajar (2008: 3) mengemukakan beberapa tujuan menulis diantaranya tujuan penugasan tujuan altruistik, tujuan informasi, tujuan persuasif, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif dan juga tujuan pemecahan masalah.(https://core.ac.uk/download/pdf/35343314.pdf).

Jelas dalam hal ini mereka yang menulis artinya mereka tidak sekedar menuangkan apa yang jadi pemikirannya melalui tulisan, tetapi yang bersangkutan lebih dari itu yatu mengajak manusia untuk berpikir tentang suatu hal untuk mengasah pemikirannya sehingga mampu menjadi manusia yang sanggup mengolah akalnya. Hal ini menjadi tujuan yang mulia yang semestinya harus tetap diemban seorang penulis sampai kapanpun. Dengan menulis maka terbuka lebar sarana dirinya enyampaikan yang sesuatu yang sarat ilmu karena sasarannya adalah banyaknya orang yang akan membaca tulisannya. Tak dapat disangkal lagi jika media yang memberikan kesempatan untuk menulis kepada penulis sama artinya menyediakan sarana bagi penulis menyampaikan ilmu yang dmiilikinya.

Transfer ilmu melalui tulisan yang dimuat di berbagai media massa memudahkan banyak orang untuk membacanya karena dengan membaca maka banyak orang yang langsung tidak langsung mencoba menelaah tentang ilmu sesuatu yang tertuang dalam tulisan itu sendiri. Pada dasarnya, menurut Hendra Sugiantoro, mengikat ilmu dengan tulisan merupakan pekerjaan yang tidaklah sukar. Namun demikian, sebagian dari kita merumitkan pekerjaan ini, sehingga pandai berdalih tak ada yang bisa dituliskan. Padahal, setiap saat kita mendapatkan ilmu, entah dari mana pun datangnya. Ilmu yang kita dapatkan itu perlu diikat dan disampaikan kepada orang lain. (https://www.kompasiana.com).

Katakanlah viewernya ada 100 orang dan membaca tulisan kita secara utuh sehingga dia memahami apa yang kita sampaikan sebagai penulis dalam tulisan. Kemudian yang bersangkutan mau membaca dan mempelajarinya yang berarti dia bisa bertambah ilmunya dari tulisan yang kita sampaikan kepada khalayak tentu ada manfaatnya. Maka tulisan yang mampu bisa menambah keilmuan seseorang untuk dengan begitu tulisan yang dihasilkan akan menyebarkan ilmu kepada orang yang mungkin tidak dikenal. Dengan begitu maka proses transfer ilmu melalui tulisan akan berjalan seara baik

Tentu saja ini menjadi motivasi bagi para penulis untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya. Bukan saja untuk dibaca banyak orang, melainkan lebih dari itu adalah sejuah mana tulisan yang dihasilkannya itu mampu memberikan pencerahan bagi siapapun dan mengajak mereka untuk meneguhkan keilmuannya, di mana nilai-nilai tersebut selalu diimplementasikan semuanya dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan ini artinya berbuah karena mampu mempengaruhi pembacanya dalam hal kebaikan.

Semuanya akan kembali kepada sang penulis itu sendiri. Jika menulis ditujukan agar ia bisa entransfer ilmu maka ia akan mendapatkan urusan dunianya yaitu materi dan urusan akhiratnya adalah pahala. Tetapi jika menulis hanya diutamakan untuk mendapatkan unsur duniawi semata maka yang didapat hanya sejumlah uang. Idealnya penulis adalah menulis dengan dua tujuan tadi sehingga ada keberkahan yang bisa didapat juga di dalamnya. Ini sangat menguntungkan bagi seorang penulis.

Maka dari itu alangkah lebih baik jika para penulis berusaha menghasilkan karya-karya terbaiknya di setiap tulisan yang dibuatnya. Sebuah karya yang terbaik akan lebih bermakna dan bermanfaat jika didasari tujuannya adalah berbagi ilmu. Hal itu kemudian menjadi penting karena akan mengajak orang-orang kepada kebajikan. Dengan kebajikan ini akan mendapat keberkahan yang diharapkan. Teruslah menulis dan berjuang melalui syiar dakwah bil qolam karena Allah tahu apa yang kita kerjakan dan akan membalas apa yang telah kita perbuat walaupun sebesar biji sawi.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image