eSport, Bukan Lagi Games Iseng Pengisi Waktu Luang
Olahraga | 2022-02-23 07:05:42Hi, Retizens
Pasti sudah tidak asing dong dengan yang namanya eSport. Ya kan?
Siapa sangka ya, dulu kegiatan iseng pengisi waktu yang tadinya selalu menjadi bahan omelan emak-emak, sekarang menjadi salah satu cabang olahraga hingga masuk ke ajang Olimpiade. Bahkan eSport menjadi salah satu cabang olahraga yang masih bisa dipertandingkan ditengah pandemi saat ini. Sehingga dibutuhkan latihan serius dari para pelaku olah raga yang mengandalkan kekuatan team dan pengaturan strategi ini.
Jadi kayak catur ga sih? Hanya saja catur mainnya sendirian, satu lawan satu. Sementara eSport dimainkan secara berkelompok.
Ada banyak genre dan titel game esports yang dipertandingkan di seluruh dunia dalam format turnamen dari skala kecil, komunitas sampai kejuaraan dunia. nah, untuk yang masih awam dengan esports, yuk kita kenali satu persatu mulai dari genre dan variasi game yang ramai dimainkan oleh para profesional gamer.
- MOBA (Multiplayer Online Battle Arena). salah satu genre esports terpopuler. Pada dasarnya, tujuan dari game MOBA adalah mengadu dua kubu untuk memperebutkan atau menghancurkan objektif utama milik lawan untuk memenangkan pertandingan.
Ada banyak jenis MOBA yang dimainkan, namun mayoritas gamer memainkan game dengan format 5v5. Dalam esports, satu tim diisi oleh 5 pemain yang akan mengisi tugas tertentu. Ada banyak role dalam MOBA seperti carry, support, tank, offlane dengan pilihan hero yang melimpah, membuat game ini tak cuma mengandalkan skill individu tapi juga kerjasama dan strategi yang baik.
- FPS/ TPS (First Person Shooter - Third Person Shooter). FPS juga salah satu genre populer. Sama seperti MOBA, game ini juga biasanya mengadu 5 orang melawan 5 orang. Bedanya, FPS punya objektif lebih variatif ketika kita berada di kubu berbeda. Misalnya, satu tim harus menjinakkan bom milik lawan untuk menang, sementara kubu lawan harus mempertahankan bom agar tak disabotase oleh lawannya. Bisa juga satu tim menang dengan cara menghabisi seluruh lawan dalam satu ronde.
- Battle Royale. Salah satu genre terbaru di esports adalah battle royale. Game ini cukup unik karena kalian tidak cuma melawan 5 pemain tapi bisa 100 orang sekaligus. Battle royale memadukan ketegangan FPS dengan sensasi battle royale dengan lingkup area tanding sangat luas.
Nah, games satu ini bisa dimainkan sendiri ternyata, Retizens. Tujuan dari game ini adalah jadi orang terakhir yang bertahan hidup. Namun, dalam sistem turnamen, poin kill juga diperhitungkan.
- Racing & Sports. Seperti namanya, game ini mengangkat tema olahraga konvensional seperti balap motor, sepakbola atau basket menjadi kompetisi elektronik. Genre ini juga mulai berkembang bahkan punya sistem layaknya olahraga di dunia nyata dimana pemain direkrut untuk mewakili organisasi olahraga yang sudah ada.
Dan masih banyak lagi, Retizens.
Tapi, Retizens.
Perjalanan esport untuk bisa jadi bagian dari olahraga ga bisa dibilang gampang loh ya. Ingat ga, beberapa tahun yang lalu, saat games masih berupa games offline? Kita yang main games kelamaan pasti jadi bahan omelan orangtua kan?
Berbeda dengan sekarang, games yang sudah menjadi games online malah jadi ajang prestasi dan menjadi salah satu lahan rezeki. Dan untuk menjadi pemain games professional bukan perkara sekedar iseng mengisi waktu luang atau intermezzo dari kepanatan.
Mereka, para gamers pun sudah disebut atlet saat ini, Retizens. Menjaga stamina tubuh pun menjadi hal wajib ternyata, katanya biar bisa konsetrasi pada saat bertanding. Jadi ga main 24 jam full tanpa henti.
Kayaknya, Retizens. Kita, sebagai orang tua harus mulai terbuka melihat minat dan bakat anak ya. Kalo anak memang doyan main games, dari pada ga ada aturannya kan mending diikutin klub-klub eSport yang saat ini berkembang dan menjadi ajang latihan para pecinta games online. Jadi semuanya terukur dan terbina dengan baik.
Salah satunya mungkin, Lead by IndiHome yang baru-baru ini mengadakan inagurasi untuk 14 atlet eSport yang siap dibina dan dijadikan juara diberbagai ajang kompetisi eSport.
Ke 14 akademia dibina dengan penuh disiplin dari aspek fisik dan mentalnya. Diuji dengan mengikuti berbagai turnamen eSport tingkat Asia Tenggara, salah satunya adalah Wild Rift Champion SEA (WCS). Di kompetisi bergengsi tersebut, perwakilan LEAD by IndiHome berhasil masuk enam besar di Indonesia.
Para akademia lulusan dari LEAD by IndiHome ini, sangat diharapkan bisa menjadi atlet-atlet eSport terbaik yang siap bersaing ditingkat nasional dan internasional. Kelulusan akademia LEAD by IndiHome ini adalah bagian dari aksi nyata Telkom melalui IndiHome dalam mendukung perkembangan industri eSport dengan melahirkan talenta-talenta terbaiknya.
Ternyata, Retizens
Sampai segitu seriusnya ya, para gamers senior membina juniornya. Didukung pula dengan provider, penyedia jaringan internet yang memang sangat dibutuhkan para atlet.
Aku sih jadi pengen tau, gimana sejarahnya eSport bisa diakui sebagai salah satu cabang olahraga, bahkan layak dipertandingkan di ajang dunia, seperti pada Asean Games misalnya.
Mengutip dari tek.id, ternyata eSport sudah ada sejak 1974 loh, Retizens.
Pertandingan pertama eSport digelar pada Oktober 1972 di Stanford University. Saat itu, para siswa Stanford bertanding dalam sebuah video game berjudul Spacewar. Hadiah yang ditawarkan cukup menggiurkan bagi kelas pelajar, yakni langganan majalah Rolling Stones setahun penuh. Dalam pertandingan Spacewar itu, ada dua kategori yang diperlombakan, yakni individu dan tim yang beranggotakan dua orang.
Delapan tahun berselang, Atari menggelar kompetisi serupa, namun dengan skala yang lebih besar dengan game Space Invader. Tercatat, ada 10.000 partisipan dalam perlombaan yang dihelat Atari. Acara itu menarik perhatian banyak media, selain karena banyaknya peserta, namun juga karena Space Invader merupakan game beken kala itu. Dari sinilah, citra game sebagai sebuah hobi mulai bergeser menjadi ajang kompetisi.
Di sepanjang tahun 80-an, game arcade merupakan satu-satunya game yang dipertandingkan. Konsep pertandingannya adalah dengan mengalahkan skor tertinggi yang tercatat dalam game tersebut. Judul-judul seperti Pac-Man dan Donkey Kong merupakan dua game yang sering dipertandingkan. Jika mau dihitung, total ada 133 episode pertandingan game arcade yang disiarkan di televisi sepanjang periode 1982-1984.
Munculnya internet akhirnya membuka babak baru bagi industri game. Kompetisi pun kembali terjadi. Red Annihilation menggelar turnamen game First Person Shooter (FPS) berjudul Quake yang diikuti oleh 2.000 peserta.
Sepanjang tahun 2000-an, eSport makin berkembang dengan sangat masif, mulai dari jumlah penonton sampai hadiah yang diberikan pada setiap pertandingan. Jumlah pertandingan yang digelar pun makin melesat. Terhitung ada 10 pertandingan besar di tahun 2000, dan di tahun 2010 ada 260 laga eSport besar yang digelar di seluruh dunia.
Dan salah satu negera yang dianggap paling berjasa dalam perkembangan eSport adalah Korea Selatan. Di Korea Selatan bahkan menyediakan satu saluran televisi khusus untuk menyiarkan berbagai pertandingan eSport. Penyebarannya makin meluas, di Jerman, UK, Prancis bahkan Amerika Serikat mulai kepincut untuk menyiarkan pertandingan eSport di sepanjang tahun 2000-an.
Ajang kompetisi eSport pun mulai bergerak, dari perangkat desktop ke konsol. Sejumlah perusahaan game mulai mempertimbangkan potensi game buatannya agar dapat dipertandingkan dalam kompetisi eSport. Nintendo mulai menggelar event eSport dengan game Super Smash Bros menggunakan konsol Wii U. Halo menggelar Halo League, begitu pula dengan Blizzard Entertainment dan Riot Games.
Memiliki masa depan yang menjanjikan, maka tidak heran setiap tim membina atletnya selayaknya atlet olahraga lainnya. Dan memberi aturan ketat kapan latihan, kapan latihan fisik dan kapan istirahat. Kapan mengatur belajar mengatur strategi buat menang disatu pertandingan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.